antarajabar - Ribuan warga Bali asal Jawa Barat yang ada di Provinsi Bali menghadiri acara Ulang Tahun ke-10 Paguyuban Urang Sunda di Bali (Pusunda) di Gedung Imaco Pelabuhan Singaraja, Bali utara, pada Sabtu malam (25/11).
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) didampingi istri, Netty Prasetiyani Heryawan pada acara tersebut.
Semenjak dibentuk pada 2007 lalu, khusus di Bali, Pusunda telah hadir di delapan kabupaten dan satu kota di Provinsi Bali.
Warga Sunda yang ada di Bali atau warga Bali asal Jawa Barat mencapai 40 ribu orang dengan berbagai latar belakang profesi dan asal daerah dari Jawa Barat.
Aher bersyukur warga Sunda bisa hadir atau mengembara di Bali. Meskipun hanya dengan lingkup atau tujuan dua hal, yaitu dalam rangka silaturahim atau kapapaitan (permasalahan atau musibah).
Namun, dia juga ingin Pusunda hadir dalam lingkup yang lebih luas, tak hanya kapapaitan tapi juga kamamanisan (kegembiraan) dengan berbagai program.
"Jangan dibatasi oleh dua perkara (silaturahim dan kapapaitan), dibuka saja. Kapapaitan aya, kamanisan aya oge. Jadi kalau misalkan membuat koperasi gagal jangan kapok, karena kegagalan sukses yang tertunda. Itu urusannya urusan manajerial mungkin," ujar dia.
"Pusunda harus menjadi lembaga yang mengayomi, yang mengkoordinasikan berbagai kepentingan, pembinaan, dan potensi yang ada. Silahkan membuat lembaga-lembaga perekonomian, bekerja sama dengan berbagai lembaga setempat, termasuk bekerjasama dengan Bank bjb," katanya.
Pada kesempatan ini, Aher berterimakasih kepada masyarakat dan Pemerintah Provinsi Bali dan menurutnya, dengan sikap terbuka warga Sunda bisa diterima dengan baik di Bali.
"Saya berterimakasih kepada masyarakat Bali dan Pemerintah Provinsi Bali. Yang dengan sikap kenegarawanannya, sikap keterbukaannya, kebhinekaannya menerima keberagaman satu sama lain. Keberagaman suku, etnis, termasuk agama," kata Aher.
"Saya harus berterimakasih sedalam-dalamnya. Ternyata orang Bali luar biasa terbukanya menerima orang-orang asal Jawa Barat," lanjutnya.
Ada sasanti masyarakat Jawa Barat, yaitu Silih Asah, Silih Asuh, Sili Asih, Silih Wawangi.
Hal ini, kata Aher, sangat bisa dan cocok untuk diterapkan bersama dalam masyarakat Bali dan melalui filosofi ini.
Ia mengaku masyarakat Jawa Barat di perantauan mendapat banyak pujian di berbagai provinsi di Indonesia sebagai masyarakat yang mampu menjaga adat, perilaku, kententeraman, serta mampu beradaptasi dengan baik, dan tidak pernah berkonflik dengan masyarakat setempat.
Untuk mendukung warga Jawa Barat di perantauan, maka Pemprov Jawa Barat sejak 2013 lalu menggulirkan program Jabar Ngumbara.
Program ini untuk mendorong masyarakat Jawa Barat agar bisa merantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik terutama dari sisi ekonomi.
Selain itu, program ini juga untuk menghilangkan paradigma masyarakat Tatar Sunda yang dikenal "kurung batokeun" atau "bagaikan katak dalam tempurung".
Aher juga mengajak kepada warga Sunda yang ada di Bali dan di seluruh perantauan agar terus menetap di perantauan.
"Nah, kapan kewajibannya ke Jawa Barat? kalau sudah untung (sukses) baru pulang ke Jawa Barat. Menanamkan investasinya di Jawa Barat," kata dia.
Sementara itu, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Bali I Made Santa, mewakili Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengungkapkan tentang peran penting masyarakat Sunda di Bali.
Keikutsertaan masyarakat Sunda di Bali dinilai sangat penting dalam memberikan pelayanan dan tuntunan moralitas kepada anggota organisasi maupun kepada masyarakat secara luas.
"Oleh karena itulah, silaturahmi dari sesama rumpun Pasundan yang ada di Bali ini sangat penting untuk mempererat tali kekeluargaan di internal organisasi maupun di masyarakat Bali secara luas," kata Gubernur Mangku Pastika.
"Saya mengapresiasi serta memberikan penghargaan setinggi-tingginya tentunya kepada masyarakat Pasundan yang telah berperan aktif untuk bersama-sama membangun kebersamaan di Bali," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) didampingi istri, Netty Prasetiyani Heryawan pada acara tersebut.
Semenjak dibentuk pada 2007 lalu, khusus di Bali, Pusunda telah hadir di delapan kabupaten dan satu kota di Provinsi Bali.
Warga Sunda yang ada di Bali atau warga Bali asal Jawa Barat mencapai 40 ribu orang dengan berbagai latar belakang profesi dan asal daerah dari Jawa Barat.
Aher bersyukur warga Sunda bisa hadir atau mengembara di Bali. Meskipun hanya dengan lingkup atau tujuan dua hal, yaitu dalam rangka silaturahim atau kapapaitan (permasalahan atau musibah).
Namun, dia juga ingin Pusunda hadir dalam lingkup yang lebih luas, tak hanya kapapaitan tapi juga kamamanisan (kegembiraan) dengan berbagai program.
"Jangan dibatasi oleh dua perkara (silaturahim dan kapapaitan), dibuka saja. Kapapaitan aya, kamanisan aya oge. Jadi kalau misalkan membuat koperasi gagal jangan kapok, karena kegagalan sukses yang tertunda. Itu urusannya urusan manajerial mungkin," ujar dia.
"Pusunda harus menjadi lembaga yang mengayomi, yang mengkoordinasikan berbagai kepentingan, pembinaan, dan potensi yang ada. Silahkan membuat lembaga-lembaga perekonomian, bekerja sama dengan berbagai lembaga setempat, termasuk bekerjasama dengan Bank bjb," katanya.
Pada kesempatan ini, Aher berterimakasih kepada masyarakat dan Pemerintah Provinsi Bali dan menurutnya, dengan sikap terbuka warga Sunda bisa diterima dengan baik di Bali.
"Saya berterimakasih kepada masyarakat Bali dan Pemerintah Provinsi Bali. Yang dengan sikap kenegarawanannya, sikap keterbukaannya, kebhinekaannya menerima keberagaman satu sama lain. Keberagaman suku, etnis, termasuk agama," kata Aher.
"Saya harus berterimakasih sedalam-dalamnya. Ternyata orang Bali luar biasa terbukanya menerima orang-orang asal Jawa Barat," lanjutnya.
Ada sasanti masyarakat Jawa Barat, yaitu Silih Asah, Silih Asuh, Sili Asih, Silih Wawangi.
Hal ini, kata Aher, sangat bisa dan cocok untuk diterapkan bersama dalam masyarakat Bali dan melalui filosofi ini.
Ia mengaku masyarakat Jawa Barat di perantauan mendapat banyak pujian di berbagai provinsi di Indonesia sebagai masyarakat yang mampu menjaga adat, perilaku, kententeraman, serta mampu beradaptasi dengan baik, dan tidak pernah berkonflik dengan masyarakat setempat.
Untuk mendukung warga Jawa Barat di perantauan, maka Pemprov Jawa Barat sejak 2013 lalu menggulirkan program Jabar Ngumbara.
Program ini untuk mendorong masyarakat Jawa Barat agar bisa merantau untuk mencari kehidupan yang lebih baik terutama dari sisi ekonomi.
Selain itu, program ini juga untuk menghilangkan paradigma masyarakat Tatar Sunda yang dikenal "kurung batokeun" atau "bagaikan katak dalam tempurung".
Aher juga mengajak kepada warga Sunda yang ada di Bali dan di seluruh perantauan agar terus menetap di perantauan.
"Nah, kapan kewajibannya ke Jawa Barat? kalau sudah untung (sukses) baru pulang ke Jawa Barat. Menanamkan investasinya di Jawa Barat," kata dia.
Sementara itu, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Bali I Made Santa, mewakili Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengungkapkan tentang peran penting masyarakat Sunda di Bali.
Keikutsertaan masyarakat Sunda di Bali dinilai sangat penting dalam memberikan pelayanan dan tuntunan moralitas kepada anggota organisasi maupun kepada masyarakat secara luas.
"Oleh karena itulah, silaturahmi dari sesama rumpun Pasundan yang ada di Bali ini sangat penting untuk mempererat tali kekeluargaan di internal organisasi maupun di masyarakat Bali secara luas," kata Gubernur Mangku Pastika.
"Saya mengapresiasi serta memberikan penghargaan setinggi-tingginya tentunya kepada masyarakat Pasundan yang telah berperan aktif untuk bersama-sama membangun kebersamaan di Bali," katanya.
Editor : Sapto HP
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017