Antarajabar.com - Para petani tebu yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat, mengaku kesulitan melunasi hutang yang digunakan untuk modal pada masa tanam tahun lalu, karena sampai saat ini gula mereka tidak laku.
      
 "Kalau tanaman tebu itu harus berkesinambungan terus, agar nanti tidak ada gejolak ketika telat tanam, tapi sekarang buat melunasi kredit tahun lalu saja kami kesulitan membayar," kata seorang petani tebu, Agus Safari di Cirebon, Sabtu.
       
Agus yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPD APTRI Jawa Barat menjelaskan sudah sejak tiga bulan lalu, gula para petani tidak laku dan ini menyebabkan petani kesulitan membayar hutang.
       
Dengan kondisi seperti sekarang ini dikhawatirkan musim tanam tebu tidak bisa dilaksanakan, karena tidak adanya modal.
       
Dia mengatakan modal yang dibutuhkan petani dalam sekali tanam cukup besar, per hektar lahan butuh modal mencapai Rp25 juta itu untuk tanam pertama dan kalau hanya menunggu tunasnya kembali tumbuh petani membutuhkan Rp17 juta.
       
"Modal tersebut juga belum termasuk sewa lahan, kalau yang tidak mempunyai lahan," tuturnya.
       
Agus menambahkan heran dengan masih adanya gula di pasaran, meskipun para petani sudah tiga bulan tidak menjual hasil panennya dikarenakan tidak laku.
       
"Kami juga awalnya heran kenapa di pasar masih banyak gula, padahal kami sudah tiga bulan menumpuk di gudang dan setelah di cek ternyata itu gula rafinasi," tuturnya.
       
Temuan tersebut membuat mereka dari DPD APTRI, DPC melakukan sidak dibeberapa gudang dan hasilnya mereka menemukan gula rafinasi bertumpuk disebuah gudang yang berada di Kota Cirebon.

Pewarta: Khaerul Izan

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017