Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat, terus berupaya mengembangkan pemasaran produk camilan yang legendaris Endog Lewo khas daerah Malangbong agar lebih maju, sehingga memberikan kesejahteraan bagi pelaku usaha industri kecil menengah (IKM) produk tersebut.

"Alhamdulillah sampai saat ini pemasarannya menembus berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Kabupaten Garut Ridwan Effendi, saat meninjau sentra produksi Endog Lewo, di Panyindangan, Kecamatan Malangbong, Garut, Selasa.

Ia mengatakan produk camilan Endog Lewo yang sudah aktif memproduksi sejak tahun 1960-an itu tidak hanya beredar di sejumlah kota/kabupaten melainkan sudah sampai ke negara tetangga.

Camilan berukuran sebesar kelereng dari bahan baku singkong itu, kata dia, juga sudah sampai ke beberapa negara tetangga yang sudah mengetahui dan menyukai makanan ringan itu.

"Menurut informasi sudah sampai di negara tetangga, karena di sana pun juga banyak masyarakat yang mencintai dan mengenal Endog Lewo," kata Ridwan.

Ia mengatakan keunikan camilan itu mendapatkan penilaian dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang menetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) pada Januari 2025.

Penetapan itu, kata dia, merupakan sejarah bagi kuliner khas Garut yang telah mendapatkan pengakuan sebagai WBTb yang diharapkan dapat mengenalkan lebih luas lagi ke berbagai kalangan masyarakat.


"Ditetapkannya menjadi Warisan Budaya Tak Benda oleh Pemprov Jabar, produksi IKM di Kabupaten Garut ini semakin pesat, dan tentu saja akan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi bagi warga masyarakat," katanya pula.

Salah seorang pemilik usaha Endog Lewo, Asep Andri mengatakan, camilan itu sudah lama diproduksi yang sebelumnya bernama Emplod, kemudian untuk memudahkan pemasaran namanya berubah jadi Endog Lewo yang terinspirasi dari bentuknya menyerupai telur atau endog dalam bahasa Sunda.

Ia menyebutkan Endog Lewo tersebut memiliki rasa asin original, kemudian pedas, dan rasa daun jeruk, yang mampu diproduksi setiap harinya sebanyak 3 kuintal dengan melibatkan pekerja sebanyak 20 orang.

Produk Endog Lewo itu, kata dia lagi, pemasarannya sudah ke berbagai kota/kabupaten dengan harga jual untuk rasa original Rp28 ribu per kilogram, dan rasa pedas dan daun jeruk Rp30 ribu per kilogram.

"Per hari 3 kuintal sudah matang, satu bal 5 kilogram, kalau saya biasa memasok ke Ciamis, Bandung, Garut, paling banyak ke Ciamis," katanya pula.

Baca juga: Endog Lewo makanan khas Garut jadi WBTB bisa dongkrak perekonomian daerah

 

Pewarta: Feri Purnama

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2025