Antarajabar.com - Panitia Ujian Nasional Kabupaten Cianjur, Jabar, akan mempercepat pendistribusian soal ujian nasional untuk tingkat SMP sederajat karena seluruh sekolah menggelar UN berbasis kertas.
Sekretaris Panitia Ujian Nasional Cianjur Nonong Winarni pada wartawan, Selasa, mengatakan, soal tidak akan disimpan di satu titik, melainkan disebar ke delapan Sub Rayon, sehingga sekolah hanya perlu mengambil soal ke rayon masing-masing.
"Soal tersebut nanti dipusatkan di SMKN 2 Cilaku, kemudian di distribusikan ke delapan subrayon. Setiap Sub rayon membawahi 20 sampai 30 sekolah. Jadi lebih efektif dalam masalah waktu," katanya.
Dia menjelaskan, pendistribusian akan diutamakan ke wilayah yang paling jauh, yakni SMPN 6 Naringgul dan SMPN 9 Cidaun, dimana kedua sekolah tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung dan Garut.
"Kedua sekolah itu nantinya membawa soal ke Sub Rayon di Cidaun. Tapi diupayakan pada petugas agar mengambilnya lebih awal, supaya tidak ada keterlambatan soal," katanya.
Sedangkan untuk mengantisipasi kebocoran soal, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengawal soal dan melakukan penjagaan di setiap subrayon.
"Ada selisih waktu selama empat hari. Selama itu dimungkinkan terjadi kebocoran soal, tapi kami antisipasi dengan menempatkan anggota kepolisian untuk mengamankan soal," katanya.
Dia menjelaskan, pada pelaksanaan UN 9 Mei, jumlah peserta yang ikut sebanyak 31.222 siswa dari 217 SMP, namun dari dua ratus lebih SMP di Cianjur, tidak ada satupun yang menyelenggaran UN berbasis Komputer (UN-BK).
Meskipun untuk tingkat SMA/SMK, Cianjur menjadi kota yang menduduki peringkat teratas sekolah pelaksanan UN CBT terbanyak dan peringkat kedua siswa terbanyak se-Jabar, dengan peserta sebanyak 28 sekolah dan 6.562 siswa.
"Sejak awal uji coba UN-CBT tahun lalu, tidak ada satupun SMP di Cianjur yang berani berpindah dari UN-PBT ke CBT. Kalau dilihat dari peralatan tentu SMP dapat dikatakan mampu menyediakan dan bahkan sudah banyak tersedia. Apalagi 80 persen SMP di Cianjur negeri," katanya.
Selama ini, tutur dia, sejumlah sekolah beralasan penguasaan teknologi yang belum merata dan mendalam di tingkat SMP membuat pihak sekolah tidak mau ambil resiko mengubah sistem, meskipun berdasarkan hasil evaluasi, pelaksanaan UN CBT lebih mudah dan praktis.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016
Sekretaris Panitia Ujian Nasional Cianjur Nonong Winarni pada wartawan, Selasa, mengatakan, soal tidak akan disimpan di satu titik, melainkan disebar ke delapan Sub Rayon, sehingga sekolah hanya perlu mengambil soal ke rayon masing-masing.
"Soal tersebut nanti dipusatkan di SMKN 2 Cilaku, kemudian di distribusikan ke delapan subrayon. Setiap Sub rayon membawahi 20 sampai 30 sekolah. Jadi lebih efektif dalam masalah waktu," katanya.
Dia menjelaskan, pendistribusian akan diutamakan ke wilayah yang paling jauh, yakni SMPN 6 Naringgul dan SMPN 9 Cidaun, dimana kedua sekolah tersebut berbatasan langsung dengan Kabupaten Bandung dan Garut.
"Kedua sekolah itu nantinya membawa soal ke Sub Rayon di Cidaun. Tapi diupayakan pada petugas agar mengambilnya lebih awal, supaya tidak ada keterlambatan soal," katanya.
Sedangkan untuk mengantisipasi kebocoran soal, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengawal soal dan melakukan penjagaan di setiap subrayon.
"Ada selisih waktu selama empat hari. Selama itu dimungkinkan terjadi kebocoran soal, tapi kami antisipasi dengan menempatkan anggota kepolisian untuk mengamankan soal," katanya.
Dia menjelaskan, pada pelaksanaan UN 9 Mei, jumlah peserta yang ikut sebanyak 31.222 siswa dari 217 SMP, namun dari dua ratus lebih SMP di Cianjur, tidak ada satupun yang menyelenggaran UN berbasis Komputer (UN-BK).
Meskipun untuk tingkat SMA/SMK, Cianjur menjadi kota yang menduduki peringkat teratas sekolah pelaksanan UN CBT terbanyak dan peringkat kedua siswa terbanyak se-Jabar, dengan peserta sebanyak 28 sekolah dan 6.562 siswa.
"Sejak awal uji coba UN-CBT tahun lalu, tidak ada satupun SMP di Cianjur yang berani berpindah dari UN-PBT ke CBT. Kalau dilihat dari peralatan tentu SMP dapat dikatakan mampu menyediakan dan bahkan sudah banyak tersedia. Apalagi 80 persen SMP di Cianjur negeri," katanya.
Selama ini, tutur dia, sejumlah sekolah beralasan penguasaan teknologi yang belum merata dan mendalam di tingkat SMP membuat pihak sekolah tidak mau ambil resiko mengubah sistem, meskipun berdasarkan hasil evaluasi, pelaksanaan UN CBT lebih mudah dan praktis.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2016