Wakil Ketua Komisi II DPRD Jawa Barat Lina Ruslinawati mengapresiasi industri kulit Garut yang telah mengalami perkembangan positif, namun dia mengingatkan hal itu harus diimbangi dengan baiknya pengelolaan limbah.
Pengelolaan limbah kulit yang harus benar, kata Lina, di antaranya terkait aroma dari limbah kulit yang mengganggu wilayah di sekitar perajin kulit.
"Pengolahan limbah ini jangan dianggap hal yang sepele, kita harus serius dalam hal ini," kata Lina dalam keterangan di Bandung, Minggu.
Dalam hal pengolahan limbah ini, lanjut Lina, pemerintah daerah juga harus berperan dalam mencari solusi agar hal itu dapat segera dilakukan dengan langkah konkret.
Karena, kata dia, tidak mungkin hanya dilakukan oleh pelaku usaha dan pemerintah daerah belaka, di samping itu, pengolahan limbah berbahaya cukup memerlukan biaya yang besar.
"Perlu keterlibatan pemerintah pusat untuk menangani pengolahan limbah tersebut," ujarnya.
Di samping itu, Lina juga menilai upaya inovasi dan peningkatan kualitas serta peran serta pemerintah daerah dalam memperkenalkan industri perkulitan, membuat komoditas asal Garut itu makin dikenal di kancah internasional.
"Apresiasi yang setinggi-tingginya untuk industri perkulitan Garut dan terus berinovasi serta berusaha mempertahankan warisan budayanya, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal," ujar Lina.
Dengan dukungan dari masyarakat, ujar Lina, diharapkan produk-produk khas Garut semakin dikenal dan diminati, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Sekalius, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga industri perkulitan Garut ini menjadi ikonik sebagai sentra perajin kulit khususnya di Jawa Barat.
"Bukan hanya Garut saja yang tersohor sebagai ikonik perkulitan, tetapi juga ikon Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang memiliki sentra-sentra kerajinan yang khas di masing-masing wilayah kabupaten kota," kata Lina.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Industri kulit Garut diminta diimbangi baiknya pengolahan limbah
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
Pengelolaan limbah kulit yang harus benar, kata Lina, di antaranya terkait aroma dari limbah kulit yang mengganggu wilayah di sekitar perajin kulit.
"Pengolahan limbah ini jangan dianggap hal yang sepele, kita harus serius dalam hal ini," kata Lina dalam keterangan di Bandung, Minggu.
Dalam hal pengolahan limbah ini, lanjut Lina, pemerintah daerah juga harus berperan dalam mencari solusi agar hal itu dapat segera dilakukan dengan langkah konkret.
Karena, kata dia, tidak mungkin hanya dilakukan oleh pelaku usaha dan pemerintah daerah belaka, di samping itu, pengolahan limbah berbahaya cukup memerlukan biaya yang besar.
"Perlu keterlibatan pemerintah pusat untuk menangani pengolahan limbah tersebut," ujarnya.
Di samping itu, Lina juga menilai upaya inovasi dan peningkatan kualitas serta peran serta pemerintah daerah dalam memperkenalkan industri perkulitan, membuat komoditas asal Garut itu makin dikenal di kancah internasional.
"Apresiasi yang setinggi-tingginya untuk industri perkulitan Garut dan terus berinovasi serta berusaha mempertahankan warisan budayanya, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal," ujar Lina.
Dengan dukungan dari masyarakat, ujar Lina, diharapkan produk-produk khas Garut semakin dikenal dan diminati, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Sekalius, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga industri perkulitan Garut ini menjadi ikonik sebagai sentra perajin kulit khususnya di Jawa Barat.
"Bukan hanya Garut saja yang tersohor sebagai ikonik perkulitan, tetapi juga ikon Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang memiliki sentra-sentra kerajinan yang khas di masing-masing wilayah kabupaten kota," kata Lina.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Industri kulit Garut diminta diimbangi baiknya pengolahan limbah
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024