Pemerintah Kabupaten Garut Jawa Barat sudah menyiapkan 5.973 pendamping keluarga yang saat ini sedang menjalani orientasi untuk melakukan tugas pencegahan dan penanganan stunting atau gagal tumbuh pada anak yang disebar di setiap kecamatan.
"Jumlah totalnya hampir mencapai 6 ribu, tepatnya 5.973 orang pendamping keluarga," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana saat kegiatan Orientasi Tim Pendamping Keluarga Percepatan Penurunan Stunting di Kantor Kecamatan Garut Kota, Selasa.
Baca juga: Garut kampanyekan gemar makan ikan untuk cegah stunting
Ia menjelaskan, pemerintah daerah menyiapkan petugas pendamping keluarga itu dengan melibatkan tenaga kesehatan, kader KB, atau kader pelayanan terpadu di setiap kecamatan yang dibagi menjadi 1.991 tim.
Seluruh petugas pendamping keluarga itu, katanya, sebelum diterjunkan ke lapangan terlebih dahulu mengikuti orientasi tentang berbagai upaya menurunkan kasus stunting yang diselenggarakan di masing-masing kecamatan selama 10 hari sampai 22 Maret 2024.
"Tim pendamping keluarga ini bertujuan memberikan pembekalan kepada tenaga kesehatan, kader Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, kader KB atau kader yandu terkait dengan deteksi dini faktor-faktor risiko stunting secara spesifik maupun sensitif," katanya.
Ia mengatakan, materi yang disampaikan terkait mekanisme pendampingan keluarga berisiko stunting, kemudian verifikasi dan validasi keluarga yang berisiko stunting, dan ketiga optimalisasi aplikasi elektronik siap nikah dan hamil (elsimil).
Selanjutnya, katanya, melakukan pendampingan surveilans dengan penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan, dan menyalurkan bantuan sosial terhadap keluarga berisiko stunting.
Ia mengungkapkan keberadaan tim pendamping tahun sebelumnya dinilai sudah cukup berhasil menurunkan kasus stunting di Garut, salah satunya yang dilakukan tim Kecamatan Garut Kota menunjukkan laporan menurunkan angka stunting terbesar ketiga tingkat Provinsi Jawa Barat.
"Alhamdulillah menghasilkan rapor baik di tahun 2022, kita bisa menurunkan angka stunting terbesar ketiga tingkat Provinsi Jawa Barat sebesar 11,6 persen," katanya.
Penjabat Bupati Garut Barnas Adjidin yang hadir saat pembukaan orientasi tersebut mengatakan, seluruh tim pendamping keluarga harus memiliki pemahaman dalam melaksanakan tugasnya untuk mengatasi dan menurunkan kasus stunting.
Kabupaten Garut, katanya, harus mampu melahirkan generasi bangsa yang lebih baik dengan menjaga ketahanan keluarga agar tidak stunting dengan melakukan berbagai langkah pendampingan sebelum perkawinan, layanan kesehatan, pendidikan, dan bidang keagamaan, selain pemberian gizi dan obat-obatan.
"Kita itu di 2045 itu ingin Indonesia emas, nah kalau dimulai dari yang tidak sehat bagaimana mau mencapai Indonesia emas di tahun 2045, jadi itu, sudah tidak ada kata lagi, harus zero stunting," kata Barnas.
Baca juga: Cegah stunting, Pemkab Garut belanjakan Rp5 miliar untuk makanan tambahan
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemkab Garut siapkan 5.973 pendamping keluarga penanganan stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
"Jumlah totalnya hampir mencapai 6 ribu, tepatnya 5.973 orang pendamping keluarga," kata Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana saat kegiatan Orientasi Tim Pendamping Keluarga Percepatan Penurunan Stunting di Kantor Kecamatan Garut Kota, Selasa.
Baca juga: Garut kampanyekan gemar makan ikan untuk cegah stunting
Ia menjelaskan, pemerintah daerah menyiapkan petugas pendamping keluarga itu dengan melibatkan tenaga kesehatan, kader KB, atau kader pelayanan terpadu di setiap kecamatan yang dibagi menjadi 1.991 tim.
Seluruh petugas pendamping keluarga itu, katanya, sebelum diterjunkan ke lapangan terlebih dahulu mengikuti orientasi tentang berbagai upaya menurunkan kasus stunting yang diselenggarakan di masing-masing kecamatan selama 10 hari sampai 22 Maret 2024.
"Tim pendamping keluarga ini bertujuan memberikan pembekalan kepada tenaga kesehatan, kader Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, kader KB atau kader yandu terkait dengan deteksi dini faktor-faktor risiko stunting secara spesifik maupun sensitif," katanya.
Ia mengatakan, materi yang disampaikan terkait mekanisme pendampingan keluarga berisiko stunting, kemudian verifikasi dan validasi keluarga yang berisiko stunting, dan ketiga optimalisasi aplikasi elektronik siap nikah dan hamil (elsimil).
Selanjutnya, katanya, melakukan pendampingan surveilans dengan penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan, dan menyalurkan bantuan sosial terhadap keluarga berisiko stunting.
Ia mengungkapkan keberadaan tim pendamping tahun sebelumnya dinilai sudah cukup berhasil menurunkan kasus stunting di Garut, salah satunya yang dilakukan tim Kecamatan Garut Kota menunjukkan laporan menurunkan angka stunting terbesar ketiga tingkat Provinsi Jawa Barat.
"Alhamdulillah menghasilkan rapor baik di tahun 2022, kita bisa menurunkan angka stunting terbesar ketiga tingkat Provinsi Jawa Barat sebesar 11,6 persen," katanya.
Penjabat Bupati Garut Barnas Adjidin yang hadir saat pembukaan orientasi tersebut mengatakan, seluruh tim pendamping keluarga harus memiliki pemahaman dalam melaksanakan tugasnya untuk mengatasi dan menurunkan kasus stunting.
Kabupaten Garut, katanya, harus mampu melahirkan generasi bangsa yang lebih baik dengan menjaga ketahanan keluarga agar tidak stunting dengan melakukan berbagai langkah pendampingan sebelum perkawinan, layanan kesehatan, pendidikan, dan bidang keagamaan, selain pemberian gizi dan obat-obatan.
"Kita itu di 2045 itu ingin Indonesia emas, nah kalau dimulai dari yang tidak sehat bagaimana mau mencapai Indonesia emas di tahun 2045, jadi itu, sudah tidak ada kata lagi, harus zero stunting," kata Barnas.
Baca juga: Cegah stunting, Pemkab Garut belanjakan Rp5 miliar untuk makanan tambahan
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemkab Garut siapkan 5.973 pendamping keluarga penanganan stunting
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024