Antarajawabarat.com,11/8 - Minat warga Kabupaten dan Kota Bandung, Jawa Barat, menjadi buruh migran rendah karena terserap lapangan kerja lokal, kata Kepala Seksi Perlindungan TKI Kantor Balai Pelayanan Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jabar Lismia.

"Minat warga Bandung jadi buruh migran rendah, karena lapangan kerja lokal mampu menyerap mereka, seperti industri tekstil dan pariwisata," katanya di Bandung, Senin.

Lapangan kerja lokal di Kabupaten Bandung, kata dia, seperti industri tekstil lokal mampu menekan minat warga setempat menjadi buruh migran, berbeda dengan daerah pantura seperti Indramayu dan Cirebon.

Kantong buruh migran di Jawa Barat masih didominasi oleh warga Kabupaten Cianjur, Kuningan, Cirebon, dan Indramayu, karena daerah tersebut sulit memperoleh lapangan kerja dibandingkan dengan Bandung.

Asep Saepuloh, salah seorang warga Bandung mengatakan minat warga Bandung jadi buruh migran rendah karena mereka terserap jadi karyawan pabrik tekstil dan usaha lokal lainnya, meski upahnya terbatas, tapi lebih nyaman dibandingkan dengan menjadi TKI.

Risiko menjadi buruh migran, katanya, cukup tinggi, terutama tujuan Timur Tengah banyak TKI yang dirampas hak hidupnya sehingga mereka tertekan, tapi tidak ada pilihan karena di daerah asal kesulitan mencari pekerjaan.

Lapangan pekerja lokal, katanya, membantu menekan keberangkatan butuh migran. Keberangkatan buruh migran untuk daerah pantura cukup tinggi dibandingkan Bandung.

Wiwin Wintarsih, salah seorang calon TKI tujuan keberangkatan Brunei mengaku terpaksa menjadi buruh migran karena tidak mendapatkan pekerjaan di Bandung.

Bekerja di luar negeri, katanya, risikonya cukup tinggi.

Selain itu, katanya, harus berpisah dengan keluarga, padahal upah yang diterima di Brunei hanya Rp2,5 juta setiap bulan, sedangkan gaji buruh tekstil di Kota Bandung bisa mencapai Rp2 juta. ***3***

Enjang S

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2014