Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencatat sepanjang tahun 2023 sudah menuntaskan penanganan 167 kejadian bencana alam yang menyebabkan satu orang meninggal dunia, 20 orang luka dan ratusan orang sempat mengungsi.
Kepala Pelaksana BPBD Cianjur, Asep Kusmana Wijaya di Cianjur, Selasa, mengatakan satu orang meninggal dunia karena tertimpa longsor di Kecamatan Pasirkuda dan puluhan orang luka karena gempa bumi susulan yang terasa di sejumlah kecamatan di bagian utara Cianjur.
"Saat ini Pemkab Cianjur sudah menetapkan status siaga bencana karena curah hujan yang tinggi setiap harinya merata di seluruh wilayah Cianjur sehingga berpotensi terjadi bencana, sehingga sejumlah antisipasi dilakukan termasuk menempatkan petugas," katanya.
Bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2023 yang sudah tuntas ditangani, ungkap dia, tersebar di wilayah utara, selatan dan perkotaan mulai dari bencana alam kekeringan, longsor, banjir, gempa bumi dan pergerakan tanah serta puting beliung di wilayah timur.
"Dari seratusan lebih kejadian bencana alam yang terjadi tercatat 400 kepala keluarga sempat mengungsi dan sudah kembali ke rumahnya masing-masing setelah mendapat bantuan perbaikan dari pemerintah dan mandiri," katanya.
Asep menjelaskan, untuk memberikan pelayanan dan pengawasan di sejumlah wilayah, pihaknya menempatkan puluhan petugas dibantu 1.800 relawan tangguh bencana (retana) di masing-masing kecamatan di Cianjur, sebagai upaya pencegahan dan penanganan cepat ketika terjadi bencana.
Relawan berkoordinasi dengan TNI/Polri, PMI Cianjur dan organisasi kemanusiaan lainnya yang memiliki relawan di setiap kecamatan diperbantukan untuk melakukan pengawasan, pemetaan dan pendataan ketika terjadi bencana.
"Petugas dan relawan akan mengimbau warga yang tinggal berdekatan dengan lereng tebing dan bantaran sungai, untuk bersiaga dan mempelajari jalur evakuasi jika terjadi bencana seperti longsor dan banjir akibat sungai meluap," katanya.
Sementara Pemkab Cianjur, menetapkan status siaga bencana gempa bumi, longsor dan banjir yang dapat terjadi di 32 kecamatan yang ada karena Cianjur masuk dalam zona merah bencana alam di Jawa Barat sejak November 2023 hingga April 2024.
Bupati Cianjur Herman Suherman, mengatakan status siaga diterapkan karena curah hujan yang semakin tinggi terjadi di seluruh wilayah, ditambah gempa bumi yang berpusat di Cianjur dan Sukabumi sejak satu pekan terakhir kerap terjadi.
"Berdasarkan informasi BMKG curah hujan akan tinggi hingga awal tahun depan, berpotensi terjadi bencana alam, ditambah sejak sepekan terakhir gempa yang terpusat di Cianjur dan Sukabumi terasa cukup kencang di kedua wilayah," katanya.
Sehingga pihaknya menetapkan status siaga bencana di semua wilayah agar warga berhati-hati dan waspada segera mengungsi jika melihat tanda alam akan terjadi bencana terutama saat hujan turun lebat dengan intensitas lebih dari dua jam.
Pihaknya meminta aparat desa dan kecamatan serta petugas dari BPBD Cianjur, untuk melakukan pengawasan dan mitigasi bencana bersama, serta melakukan upaya penanganan cepat ketika terjadi bencana.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Kepala Pelaksana BPBD Cianjur, Asep Kusmana Wijaya di Cianjur, Selasa, mengatakan satu orang meninggal dunia karena tertimpa longsor di Kecamatan Pasirkuda dan puluhan orang luka karena gempa bumi susulan yang terasa di sejumlah kecamatan di bagian utara Cianjur.
"Saat ini Pemkab Cianjur sudah menetapkan status siaga bencana karena curah hujan yang tinggi setiap harinya merata di seluruh wilayah Cianjur sehingga berpotensi terjadi bencana, sehingga sejumlah antisipasi dilakukan termasuk menempatkan petugas," katanya.
Bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2023 yang sudah tuntas ditangani, ungkap dia, tersebar di wilayah utara, selatan dan perkotaan mulai dari bencana alam kekeringan, longsor, banjir, gempa bumi dan pergerakan tanah serta puting beliung di wilayah timur.
"Dari seratusan lebih kejadian bencana alam yang terjadi tercatat 400 kepala keluarga sempat mengungsi dan sudah kembali ke rumahnya masing-masing setelah mendapat bantuan perbaikan dari pemerintah dan mandiri," katanya.
Asep menjelaskan, untuk memberikan pelayanan dan pengawasan di sejumlah wilayah, pihaknya menempatkan puluhan petugas dibantu 1.800 relawan tangguh bencana (retana) di masing-masing kecamatan di Cianjur, sebagai upaya pencegahan dan penanganan cepat ketika terjadi bencana.
Relawan berkoordinasi dengan TNI/Polri, PMI Cianjur dan organisasi kemanusiaan lainnya yang memiliki relawan di setiap kecamatan diperbantukan untuk melakukan pengawasan, pemetaan dan pendataan ketika terjadi bencana.
"Petugas dan relawan akan mengimbau warga yang tinggal berdekatan dengan lereng tebing dan bantaran sungai, untuk bersiaga dan mempelajari jalur evakuasi jika terjadi bencana seperti longsor dan banjir akibat sungai meluap," katanya.
Sementara Pemkab Cianjur, menetapkan status siaga bencana gempa bumi, longsor dan banjir yang dapat terjadi di 32 kecamatan yang ada karena Cianjur masuk dalam zona merah bencana alam di Jawa Barat sejak November 2023 hingga April 2024.
Bupati Cianjur Herman Suherman, mengatakan status siaga diterapkan karena curah hujan yang semakin tinggi terjadi di seluruh wilayah, ditambah gempa bumi yang berpusat di Cianjur dan Sukabumi sejak satu pekan terakhir kerap terjadi.
"Berdasarkan informasi BMKG curah hujan akan tinggi hingga awal tahun depan, berpotensi terjadi bencana alam, ditambah sejak sepekan terakhir gempa yang terpusat di Cianjur dan Sukabumi terasa cukup kencang di kedua wilayah," katanya.
Sehingga pihaknya menetapkan status siaga bencana di semua wilayah agar warga berhati-hati dan waspada segera mengungsi jika melihat tanda alam akan terjadi bencana terutama saat hujan turun lebat dengan intensitas lebih dari dua jam.
Pihaknya meminta aparat desa dan kecamatan serta petugas dari BPBD Cianjur, untuk melakukan pengawasan dan mitigasi bencana bersama, serta melakukan upaya penanganan cepat ketika terjadi bencana.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023