Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menyatakan, provinsinya yang menjadi salah satu dari empat provinsi dengan penyebaran dan jumlah kasus positif HIV/AIDS di Indonesia, menargetkan 3 zero pada tahun 2030, untuk memutus penyebaran HIV/AIDS.
Target 3 zero ini, yakni Zero New HIV infection (nol penyebaran baru) dengan cara minimal 95 orang dengan HIV mengetahui statusnya; Zero AIDS related death (nol kematian) dengan cara minimal 95 persen orang dengan HIV mendapatkan obat ARV; serta Zero Discrimination (nol diskriminasi) dengan cara minimal 95 persen orang dengan HIV tersupresi.
"Indonesia termasuk Jawa Barat, sama dengan dunia melalui WHO, menargetkan 3 zero 2030 yakni target mengakhiri penyebaran HIV/AIDS," kata Pengelola Program HIV Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Asep Ruhyani pada rapat koordinasi lintas struktur dan stakeholder tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Aula SMKN 2 Kota Bandung, Rabu.
Berdasarkan data yang dimilikinya, Asep menjelaskan pada periode Januari - September 2023, sebanyak 700.938 orang melakukan tes HIV dengan lima wilayah tertinggi ada di Kabupaten Bogor sebanyak 63.389, lalu Kota Bandung 54.394, Kota Bekasi 53.698, Kabupaten Bandung 52.393, dan Kabupaten Cirebon 45.650.
Dari jumlah itu, yang terdeteksi positif HIV di Jabar ada 7.383 dengan temuan terbesar di Kota Bandung sebanyak 747, Kota Bekasi 689, Kabupaten Bekasi 662, Kabupaten Bogor 623, dan Indramayu 474 orang.
"Harus pula dicatat HIV, termasuk di Jawa Barat, bagaikan fenomena gunung es di lautan, di mana jika dilihat di atasnya sedikit, tapi ketika diselami akan terlihat yang sesungguhnya, karenanya tracing dan pemeriksaan harus dioptimalkan," ucap dia.
Sementara untuk kasus AIDS di Jabar pada periode Januari - September 2023 adalah sebanyak 1.617 kasus dengan daerah terbanyak Kota Bandung sebanyak 190, Kabupaten Bogor 139, Indramayu 135, Majalengka 116, Kota Bekasi 99.
"Secara kumulatif, HIV sampai September 2023 sebanyak 67.328 kasus, kemudian kasus AIDS sebanyak 14.032. Dengan rata-rata, laki-laki 78 persen dan perempuan 22 persen," ucapnya.
Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan kerja sama semua pihak terutama inisiatif pemerintah dalam penanganan HIV/AIDS di tingkat kewilayahan.
Seperti yang dilakukan oleh Lurah Situsaeur, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Deni Setiabudi dengan memanfaatkan Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kelurahan (PIPPK) untuk penanganan HIV/AIDS di wilayahnya.
Ia menjelaskan, pada 2023 dengan anggaran mencapai Rp7 juta, dilakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui pengajian di masjid, ke sekolah, skrining anak jalanan dan melakukan karnaval jalanan, hingga membentuk kader di tiap RW.
"Namun sosialisasi ini terindikasi belum optimal. Di mana yang datang orangnya itu-itu saja," kata dia.
Karenanya, Kelurahan Situsaeur meluncurkan lagi layanan untuk sosialisasi mengenai HIV/AIDS dengan dampak yang dirasa cukup efektif yakni Pojok CATIN (Calon Pengantin).
Melalui pelayanan tersebut, ujar Deni, pihak kelurahan membuat video edukasi tentang HIV AIDS untuk di sosialisasikan pada para calon pengantin di wilayahnya.
"Diharapkan program ini bisa mencegah munculnya kasus baru HIV/AIDS. Kemudian tidak ada kematian terkait penyakit itu dan hilangnya stigma di kalangan masyarakat," tuturnya.
Kolaborasi berbagai pihak untuk mencapai target pada 2030 juga diungkapkan Tri Irwanda dari Rumah Media Interaksi yang menilai peran media sangat penting malahan juga wajib untuk turut mengedukasi masyarakat tentang pencegahan HIV/AIDS.
"Edukasi yang diperlukan adalah menyebarkan informasi selengkap mungkin dan akurat tentang HIV AIDS, mulai dari penularan, pengobatan sampai pencegahannya. Karena tidak sedikit warga yang belum paham tentang HIV/AIDS, bahkan hal-hal dasarnya,'' tuturnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jabar targetkan 3 zero HIV/AIDS pada 2030
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Target 3 zero ini, yakni Zero New HIV infection (nol penyebaran baru) dengan cara minimal 95 orang dengan HIV mengetahui statusnya; Zero AIDS related death (nol kematian) dengan cara minimal 95 persen orang dengan HIV mendapatkan obat ARV; serta Zero Discrimination (nol diskriminasi) dengan cara minimal 95 persen orang dengan HIV tersupresi.
"Indonesia termasuk Jawa Barat, sama dengan dunia melalui WHO, menargetkan 3 zero 2030 yakni target mengakhiri penyebaran HIV/AIDS," kata Pengelola Program HIV Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Asep Ruhyani pada rapat koordinasi lintas struktur dan stakeholder tentang pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Aula SMKN 2 Kota Bandung, Rabu.
Berdasarkan data yang dimilikinya, Asep menjelaskan pada periode Januari - September 2023, sebanyak 700.938 orang melakukan tes HIV dengan lima wilayah tertinggi ada di Kabupaten Bogor sebanyak 63.389, lalu Kota Bandung 54.394, Kota Bekasi 53.698, Kabupaten Bandung 52.393, dan Kabupaten Cirebon 45.650.
Dari jumlah itu, yang terdeteksi positif HIV di Jabar ada 7.383 dengan temuan terbesar di Kota Bandung sebanyak 747, Kota Bekasi 689, Kabupaten Bekasi 662, Kabupaten Bogor 623, dan Indramayu 474 orang.
"Harus pula dicatat HIV, termasuk di Jawa Barat, bagaikan fenomena gunung es di lautan, di mana jika dilihat di atasnya sedikit, tapi ketika diselami akan terlihat yang sesungguhnya, karenanya tracing dan pemeriksaan harus dioptimalkan," ucap dia.
Sementara untuk kasus AIDS di Jabar pada periode Januari - September 2023 adalah sebanyak 1.617 kasus dengan daerah terbanyak Kota Bandung sebanyak 190, Kabupaten Bogor 139, Indramayu 135, Majalengka 116, Kota Bekasi 99.
"Secara kumulatif, HIV sampai September 2023 sebanyak 67.328 kasus, kemudian kasus AIDS sebanyak 14.032. Dengan rata-rata, laki-laki 78 persen dan perempuan 22 persen," ucapnya.
Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan kerja sama semua pihak terutama inisiatif pemerintah dalam penanganan HIV/AIDS di tingkat kewilayahan.
Seperti yang dilakukan oleh Lurah Situsaeur, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung, Deni Setiabudi dengan memanfaatkan Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kelurahan (PIPPK) untuk penanganan HIV/AIDS di wilayahnya.
Ia menjelaskan, pada 2023 dengan anggaran mencapai Rp7 juta, dilakukan sosialisasi kepada masyarakat melalui pengajian di masjid, ke sekolah, skrining anak jalanan dan melakukan karnaval jalanan, hingga membentuk kader di tiap RW.
"Namun sosialisasi ini terindikasi belum optimal. Di mana yang datang orangnya itu-itu saja," kata dia.
Karenanya, Kelurahan Situsaeur meluncurkan lagi layanan untuk sosialisasi mengenai HIV/AIDS dengan dampak yang dirasa cukup efektif yakni Pojok CATIN (Calon Pengantin).
Melalui pelayanan tersebut, ujar Deni, pihak kelurahan membuat video edukasi tentang HIV AIDS untuk di sosialisasikan pada para calon pengantin di wilayahnya.
"Diharapkan program ini bisa mencegah munculnya kasus baru HIV/AIDS. Kemudian tidak ada kematian terkait penyakit itu dan hilangnya stigma di kalangan masyarakat," tuturnya.
Kolaborasi berbagai pihak untuk mencapai target pada 2030 juga diungkapkan Tri Irwanda dari Rumah Media Interaksi yang menilai peran media sangat penting malahan juga wajib untuk turut mengedukasi masyarakat tentang pencegahan HIV/AIDS.
"Edukasi yang diperlukan adalah menyebarkan informasi selengkap mungkin dan akurat tentang HIV AIDS, mulai dari penularan, pengobatan sampai pencegahannya. Karena tidak sedikit warga yang belum paham tentang HIV/AIDS, bahkan hal-hal dasarnya,'' tuturnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jabar targetkan 3 zero HIV/AIDS pada 2030
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023