Antarajawabarat.com,5/2 - Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Selasa (4/2), mengecam pasukan Pemerintah Suriah karena pemboman barel di Kota Aleppo, dan menyebutnya "aksi kejam paling akhir" oleh Pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
"Masing-masing dan setiap bom barel yang diisi bahan bakar serta pecahan logam serta dilancarkan terhadap rakyat Suriah, yang tak bersalah, mempertegas kekejaman rejim yang telah mengubah negerinya jadi magnet sangat besar bagi teror," kata Kerry di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri.
"Masing-masing dan setiap hari pemboman barel berlangsung terus di Aleppo, rejim (Bashar) al-Assad memperingatkan dunia mengenai warnanya yang sesungguhnya," kata pernyataan tersebut.
Militer Suriah menjatuhkan bom barel terhadap satu tempat ibadah di Aleppo pada Selasa, sehingga menewaskan tak kurang dari 11 orang. Puluhan orang telah tewas akibat bom barel di Kota Suriah Barat-laut itu selama empat hari belakangan.
Diplomat senior AS itu, yang menuduh Pemerintah Basar melakukan penyiksaan, menggunakan senjata kimia serta menghalangi pengiriman bantuan, mengatakan rakyat Suriah "takkan pernah menerima sebagai sah pemerintah yang melibatkan Bashar", demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.
Meskipun oposisi Suriah dan masyarakat internasional memusatkan perhatian pada cara mengakhiri perang, Pemerintah Bashar "merusak harapan bagi keberhasilan proses perdamaian", kata Kerry.
Babak pertama konferensi perdamaian yang dikenal dengan naman Jenewa II berakhir pada penghujung Januari di Swiss tanpa penyelesaian yang berarti bagi konflik itu di Suriah, yang telah menewaskan lebih dari 130.000 orang dalam tiga tahun belakangan.
Tak-adanya kesepakatan berbagai kelompok oposisi yang berpusat di Suriah mengenai perwakilan kelompok oposisi Suriah dalam Pembicaraan Perdamaian Jenewa II adalah salah satu alasan di balik kegagalan konferensi tersebut. Perwakilan yang lebih luas dikatakan dapat memberi hasil nyata bagi penyelesaian politik konflik tiga-tahun di negeri mereka.
Mereka menyatakan aspekn paling penting ialah memiliki satu program dengan visi perundingan bersatu kelompok oposisi untuk membantu mengakhiri konflik tiga-tahun itu.
Kelompok oposisi yang berpusat di Suriah telah mengeluh bahwa mereka tidak diundang untuk ikut dalam Konferensi Jenewa II sebagai kesatuan independen.
Amerika Serikat, salah satu penaja konferensi itu, menyatakan pihak lain dapat ikut di bawah payung Koalisi Nasional Suriah (SNC).
Kelompok oposisi tersebut, terutama NCB, mengatakan tak mungkin mereka bisa ikut di bawah payung SNC, dan menuntut perwakilan yang sama di dalam delegasi oposisi bersatu bukan di bawah bayang-bayang SNC.
Maher Murhej, pemimpin Partai Pemuda, memberitahu Xinhua pada Selasa bahwa keikut-sertaan delegasi oposisi yang lebih besar dalam babak kedua pembicaraan adalah "kebutuhan mendesak" agar pembicaraan itu memberi hasil positif mengenai penyelesaian politik bagi konflik lama di Suriah.
Ia menyatakan AS masih berkeras untuk tidak melibatkan kelompok oposisi yang berpusat di dalam Suriah dan berusaha "menjual koalisi SNC sebagai wakil tunggal rakyat Suriah".
antara
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2014
"Masing-masing dan setiap bom barel yang diisi bahan bakar serta pecahan logam serta dilancarkan terhadap rakyat Suriah, yang tak bersalah, mempertegas kekejaman rejim yang telah mengubah negerinya jadi magnet sangat besar bagi teror," kata Kerry di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri.
"Masing-masing dan setiap hari pemboman barel berlangsung terus di Aleppo, rejim (Bashar) al-Assad memperingatkan dunia mengenai warnanya yang sesungguhnya," kata pernyataan tersebut.
Militer Suriah menjatuhkan bom barel terhadap satu tempat ibadah di Aleppo pada Selasa, sehingga menewaskan tak kurang dari 11 orang. Puluhan orang telah tewas akibat bom barel di Kota Suriah Barat-laut itu selama empat hari belakangan.
Diplomat senior AS itu, yang menuduh Pemerintah Basar melakukan penyiksaan, menggunakan senjata kimia serta menghalangi pengiriman bantuan, mengatakan rakyat Suriah "takkan pernah menerima sebagai sah pemerintah yang melibatkan Bashar", demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.
Meskipun oposisi Suriah dan masyarakat internasional memusatkan perhatian pada cara mengakhiri perang, Pemerintah Bashar "merusak harapan bagi keberhasilan proses perdamaian", kata Kerry.
Babak pertama konferensi perdamaian yang dikenal dengan naman Jenewa II berakhir pada penghujung Januari di Swiss tanpa penyelesaian yang berarti bagi konflik itu di Suriah, yang telah menewaskan lebih dari 130.000 orang dalam tiga tahun belakangan.
Tak-adanya kesepakatan berbagai kelompok oposisi yang berpusat di Suriah mengenai perwakilan kelompok oposisi Suriah dalam Pembicaraan Perdamaian Jenewa II adalah salah satu alasan di balik kegagalan konferensi tersebut. Perwakilan yang lebih luas dikatakan dapat memberi hasil nyata bagi penyelesaian politik konflik tiga-tahun di negeri mereka.
Mereka menyatakan aspekn paling penting ialah memiliki satu program dengan visi perundingan bersatu kelompok oposisi untuk membantu mengakhiri konflik tiga-tahun itu.
Kelompok oposisi yang berpusat di Suriah telah mengeluh bahwa mereka tidak diundang untuk ikut dalam Konferensi Jenewa II sebagai kesatuan independen.
Amerika Serikat, salah satu penaja konferensi itu, menyatakan pihak lain dapat ikut di bawah payung Koalisi Nasional Suriah (SNC).
Kelompok oposisi tersebut, terutama NCB, mengatakan tak mungkin mereka bisa ikut di bawah payung SNC, dan menuntut perwakilan yang sama di dalam delegasi oposisi bersatu bukan di bawah bayang-bayang SNC.
Maher Murhej, pemimpin Partai Pemuda, memberitahu Xinhua pada Selasa bahwa keikut-sertaan delegasi oposisi yang lebih besar dalam babak kedua pembicaraan adalah "kebutuhan mendesak" agar pembicaraan itu memberi hasil positif mengenai penyelesaian politik bagi konflik lama di Suriah.
Ia menyatakan AS masih berkeras untuk tidak melibatkan kelompok oposisi yang berpusat di dalam Suriah dan berusaha "menjual koalisi SNC sebagai wakil tunggal rakyat Suriah".
antara
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2014