Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung meminta warga untuk memilah sampah dari rumah seiring dengan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang masih ditutup dalam waktu tidak terbatas dan terbatasnya pengangkutan sampah, imbas belum normalnya TPA Sarimukti, .

"Mulai saat ini lakukan pemilahan sampah di rumah masing-masing dengan menyiapkan wadah tersendiri untuk tiga jenis sampah, yakni sampah sisa makanan dan dedaunan, sampah yang laku dijual, dan sampah residu," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung Dudi Prayudi di Bandung, Rabu.

Baca juga: 8.000 ton lebih sampah Kota Bandung belum terangkut

Masyarakat, ucap Dudi, bisa bertanya pada pengumpul sampah di lingkungannya, terkait mana sampah yang bisa mereka jual dan sampah lainnya (residu), untuk kemudian dilakukan penempatan sesuai jenis dan wadahnya agar tidak tercampur.

Karena masih sangat terbatasnya volume pengangkutan sampah, kata Dudi, jika ada sampah tercampur, maka sampah tersebut dilarang keluar dari rumah/persil rumah.

"Untuk sampah tercampur, lakukan penyimpanan di dalam kantong plastik besar trash bag, dan ditutup rapat," ucapnya.

Agar tidak mengundang lalat dan menimbulkan bau, Dudi meminta sampah tersebut disimpan di pekarangan atau ditempat lain di luar rumah, tetapi masih di dalam lahan pekarangan rumah, yang tidak terkena hujan dan tidak mengganggu lingkungan sekitar.

Bagi rumah yang tidak memiliki pekarangan, kata dia, bila kesulitan menyimpan sampah di rumah atau lahan rumah masing-masing, maka sepakati bersama antar warga di RT untuk menetapkan beberapa lokasi penyimpanan sementara.

Kemudian siapkan wadah besar dan tertutup dengan volume wadah minimal 500 liter agar sampah bisa terkumpul lebih banyak dan waktu penyimpanan lebih lama, seperti ember bertutup atau kontainer tertutup.

"Dan juga lakukan pengawasan bersama agar sampah tidak berserakan," ucapnya.

Dudi juga mengimbau masyarakat melakukan penanganan sampah lanjutan dengan mengolah sampah sisa makanan dan dedaunan diolah di masing-masing persil atau lahan pekarangan rumah menggunakan home composting seperti kompos takakura, kang empos (karung ember kompos), dan lubang biopori.
Sementara, untuk pengolahan di kawasan, menggunakan bata terawang, rumah daun dan pengomposan open windrow.

"Adapun untuk rumah tanpa pekarangan, dapat diolah ke lokasi pengolahan sampah organik yang telah ditetapkan oleh kelurahan, atau bekerja sama dengan pihak ketiga," ucap Dudi.

Sementara itu, untuk sampah yang laku dijual, dapat diserahkan pada petugas pengumpul sampah ataupun diserahkan ke Bank Sampah.

Baca juga: Kota Bandung keluarkan BTT sikapi kebakaran TPA Sarimukti

"Sedangkan sampah lainnya (residu), untuk sementara dipadatkan dalam wadah karung di dalam persil rumah," ucapnya.

Dudi juga meminta masyarakat enahan sampah di rumah dalam waktu cukup lama.

"Untuk menghindari penumpukan sampah, lakukan pengurangan timbulan sampah dengan hindari penggunaan produk atau kemasan sekali pakai dan menggunakan produk atau kemasan yang dapat diguna ulang, termasuk dalam penyediaan dan penyajian jamuan kegiatan," tuturnya.

Kabar terakhir dari TPA Sarimukti, pengeboman air lewat udara untuk pemadaman kebakaran resmi dihentikan sejak Senin (4/9), dan diganti dengan usaha pemadaman lewat darat dengan cara pengurugan tanah.

Untuk titik api yang tersisa, akan dipetakan oleh petugas melalui udara dengan menggunakan drone. Luasan area yang terbakar di sana mencapai 16,5 hektare dengan tebal tumpukan sampah sekitar 50-70 meter.

Kondisi TPA Sarimukti sendiri dikabarkan masih diselimuti asap tipis dari zona 1, 2, 3 dan 4. Sumber utama kepulan asap dari zona 2, 3, dan 4.

Pewarta: Ricky Prayoga

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023