Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) meminta generasi muda untuk turut serta dalam merealisasikan visi pembangunan untuk mewujudkan cita-cita tahun Indonesia Emas 2045.
"Karena, kesuksesan masa depan sebuah bangsa tidak hadir secara alamiah dan serta-merta, namun harus dibangun dari sebuah visi, dan diperjuangkan melalui proses pembangunan, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang," kata Bamsoet dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR, di Munas Sapma Pemuda Pancasila, di Bandung, Jawa Barat, Kamis.
Baca juga: Bamsoet ajak pemuda miliki benteng tolak hasutan buzzer di tahun politik
Ketua DPR ke-20 ini mengungkapkan pencapaian visi Indonesia Emas mensyaratkan hadirnya empat pilar utama dalam dimensi pembangunan, yaitu pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola.
"Pembangunan manusia serta penguasaan iptek yang menentukan. Karena masa kejayaan yang diraih oleh suatu bangsa selalu ditandai dengan keunggulan kualitas sumber daya manusia, utamanya yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi akan menjadi faktor pendorong utama, menggantikan kekayaan sumber daya alam," ujar Bamsoet.
Pilar kedua pembangunan ekonomi berkelanjutan, kata Wakil Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila ini, memastikan tumbuh dan berkembangnya sektor ekonomi kreatif dan usaha berbasis kecerdasan artifisial, sementara ekonomi berbasis sumber daya alam seperti tambang, perkebunan, dan perikanan, harus dikelola secara cerdas agar tidak membawa petaka dan tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
"Patut disyukuri bahwa saat ini, pertumbuhan sektor ekonomi kreatif sekitar 5,76 persen. Artinya berada di atas pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih, pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, jasa-jasa dan industri pengolahan," kata Bamsoet pula.
Untuk pilar ketiga yakni pemerataan pembangunan, ujar Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan Kadin Indonesia ini, menjadi persoalan mendesak dan krusial, mengingat saat ini wilayah barat Indonesia menyumbang 80 persen pertumbuhan ekonomi, sedangkan wilayah timur hanya berkisar 20 persen.
Pemerintah, kata dia lagi, telah mendorong pemerataan pembangunan dengan penguatan dan pemerataan infrastruktur di seluruh pelosok Indonesia. Khususnya, Indonesia timur untuk menciptakan pemerataan pertumbuhan ekonomi.
"Namun pembangunan tidak boleh dikerdilkan maknanya hanya sekadar tentang infrastruktur, dengan melupakan faktor manusia dan iptek. Tanpa adanya pemerataan pembangunan manusia dan penguasaan iptek, masyarakat setempat tidak akan memperoleh dampak signifikan, bahkan justru dapat meningkatkan kesenjangan," ujarnya.
"Karena, kesuksesan masa depan sebuah bangsa tidak hadir secara alamiah dan serta-merta, namun harus dibangun dari sebuah visi, dan diperjuangkan melalui proses pembangunan, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang," kata Bamsoet dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR, di Munas Sapma Pemuda Pancasila, di Bandung, Jawa Barat, Kamis.
Baca juga: Bamsoet ajak pemuda miliki benteng tolak hasutan buzzer di tahun politik
Ketua DPR ke-20 ini mengungkapkan pencapaian visi Indonesia Emas mensyaratkan hadirnya empat pilar utama dalam dimensi pembangunan, yaitu pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola.
"Pembangunan manusia serta penguasaan iptek yang menentukan. Karena masa kejayaan yang diraih oleh suatu bangsa selalu ditandai dengan keunggulan kualitas sumber daya manusia, utamanya yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi akan menjadi faktor pendorong utama, menggantikan kekayaan sumber daya alam," ujar Bamsoet.
Pilar kedua pembangunan ekonomi berkelanjutan, kata Wakil Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila ini, memastikan tumbuh dan berkembangnya sektor ekonomi kreatif dan usaha berbasis kecerdasan artifisial, sementara ekonomi berbasis sumber daya alam seperti tambang, perkebunan, dan perikanan, harus dikelola secara cerdas agar tidak membawa petaka dan tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
"Patut disyukuri bahwa saat ini, pertumbuhan sektor ekonomi kreatif sekitar 5,76 persen. Artinya berada di atas pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih, pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, jasa-jasa dan industri pengolahan," kata Bamsoet pula.
Untuk pilar ketiga yakni pemerataan pembangunan, ujar Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan Kadin Indonesia ini, menjadi persoalan mendesak dan krusial, mengingat saat ini wilayah barat Indonesia menyumbang 80 persen pertumbuhan ekonomi, sedangkan wilayah timur hanya berkisar 20 persen.
Pemerintah, kata dia lagi, telah mendorong pemerataan pembangunan dengan penguatan dan pemerataan infrastruktur di seluruh pelosok Indonesia. Khususnya, Indonesia timur untuk menciptakan pemerataan pertumbuhan ekonomi.
"Namun pembangunan tidak boleh dikerdilkan maknanya hanya sekadar tentang infrastruktur, dengan melupakan faktor manusia dan iptek. Tanpa adanya pemerataan pembangunan manusia dan penguasaan iptek, masyarakat setempat tidak akan memperoleh dampak signifikan, bahkan justru dapat meningkatkan kesenjangan," ujarnya.
Pilar keempat yakni pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola, kata Bamsoet, tentunya membutuhkan dukungan SDM yang menguasai pengetahuan dan teknologi, mengingat ancaman ketahanan nasional tidak hanya ancaman fisik militer dan keamanan.
"Demikian pula dengan tata kelola pemerintahan yang bersih dan demokratis yang hanya dapat dijalankan oleh SDM yang profesional dan berintegritas," ujar Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas Soksi ini menambahkan bahwa saat ini Indonesia telah menapakkan kaki pada fase bonus demografi dengan komposisi demografi akan didominasi oleh penduduk berusia produktif.
Merujuk pada proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), puncak bonus demografi diperkirakan tercapai pada periode tahun 2025-2030 dan masih akan terjadi pada saat bangsa Indonesia memasuki tahun Indonesia Emas 2045.
Pada tahun 2045, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia mencapai 309 juta jiwa, dari jumlah itu, di antaranya 52 persen berusia produktif, 75 persen hidup di perkotaan dan 80 persen masyarakat berpenghasilan menengah.
Baca juga: Sapma Pemuda Pancasila diminta gaungkan persatuan bangsa
Angka partisipasi kasar (gross enrollment ratio) perguruan tinggi SDM di Indonesia akan mencapai 60 persen, yang menggambarkan bahwa fasilitas, kapasitas, aksesibilitas, serta keterlibatan masyarakat Indonesia terhadap pendidikan semakin baik, khususnya pada jenjang perguruan tinggi.
Angka angkatan kerja lulusan pendidikan SMA sederajat dan perguruan tinggi akan mencapai 90 persen. Tingkat pengangguran alamiah akan terjaga pada tingkat tiga hingga empat persen.
"Namun kembali saya ingatkan, bahwa Indonesia Emas bukanlah kondisi yang ada dengan sendirinya. Mewujudkan Indonesia Emas adalah ikhtiar bersama melalui tahapan-tahapan yang berkesinambungan dan berkelanjutan, oleh kita semua termasuk pemuda dan yang di dalam Sapma Pemuda Pancasila," ujar Bamsoet.
"Demikian pula dengan tata kelola pemerintahan yang bersih dan demokratis yang hanya dapat dijalankan oleh SDM yang profesional dan berintegritas," ujar Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas Soksi ini menambahkan bahwa saat ini Indonesia telah menapakkan kaki pada fase bonus demografi dengan komposisi demografi akan didominasi oleh penduduk berusia produktif.
Merujuk pada proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), puncak bonus demografi diperkirakan tercapai pada periode tahun 2025-2030 dan masih akan terjadi pada saat bangsa Indonesia memasuki tahun Indonesia Emas 2045.
Pada tahun 2045, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia mencapai 309 juta jiwa, dari jumlah itu, di antaranya 52 persen berusia produktif, 75 persen hidup di perkotaan dan 80 persen masyarakat berpenghasilan menengah.
Baca juga: Sapma Pemuda Pancasila diminta gaungkan persatuan bangsa
Angka partisipasi kasar (gross enrollment ratio) perguruan tinggi SDM di Indonesia akan mencapai 60 persen, yang menggambarkan bahwa fasilitas, kapasitas, aksesibilitas, serta keterlibatan masyarakat Indonesia terhadap pendidikan semakin baik, khususnya pada jenjang perguruan tinggi.
Angka angkatan kerja lulusan pendidikan SMA sederajat dan perguruan tinggi akan mencapai 90 persen. Tingkat pengangguran alamiah akan terjaga pada tingkat tiga hingga empat persen.
"Namun kembali saya ingatkan, bahwa Indonesia Emas bukanlah kondisi yang ada dengan sendirinya. Mewujudkan Indonesia Emas adalah ikhtiar bersama melalui tahapan-tahapan yang berkesinambungan dan berkelanjutan, oleh kita semua termasuk pemuda dan yang di dalam Sapma Pemuda Pancasila," ujar Bamsoet.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bamsoet minta generasi muda turut merealisasikan Indonesia Emas 2045
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023