Hujan yang turun sejak pagi di sebagian besar wilayah Kota Padang pada Rabu (23/11) membuat sebagian orang enggan untuk keluar rumah.

Bagi mereka yang tidak punya tugas yang terlalu penting, lebih memilih untuk melanjutkan berkelimun di balik selimut hangat.

Tapi hal itu tidak berlaku bagi personel BPBD Sumbar. Sejak Selasa (22/11) mereka sudah menerima perintah dari Gubernur Sumbar, Mahyeldi untuk bersiap menerima kiriman bantuan berupa rendang dari berbagai pihak untuk disalurkan pada korban gempa Cianjur, Jawa Barat.

Sejak enam tahun terakhir, rendang di Sumatera Barat tidak hanya dipandang sebagai kuliner khas daerah. Menu wajib dalam pesta-pesta adat dan kenduri. Rendang telah menjadi simbol empati masyarakat Sumbar terhadap korban  bencana besar di berbagai daerah di Indonesia. Bencana yang merenggut banyak korban, yang menyebabkan banyak orang harus mengungsi di tenda-tenda darurat.

Sebagai daerah yang dijuluki super market bencana, Sumbar memang memiliki potensi bencana yang tinggi. Tsunami, gempa, angin puting beliung, letusan gunung api, banjir, longsor hingga karhutla berpotensi terjadi di provinsi yang pernah tercatat dalam sejarah sebagai pusat pemerintahan Indonesia pada 1948-1949 itu.

Namun, dari banyak potensi bencana itu, hingga saat ini gempa menjadi bencana yang paling mematikan di Sumbar. Gempa besar pada 2009 menyebabkan 1.117 orang meninggal dunia. Ribuan orang terluka dan kehilangan tempat tinggal.

Gempa dengan magnitudo  6,1 yang melanda Pasaman dan Pasaman Barat pada 25 Februari 2022 juga mengakibatkan korban dan banyak warga mengungsi bahkan hingga saat ini.

Seringnya bencana yang melanda membuat masyarakat Sumbar sangat peka terhadap penderitaan dari saudara-saudara sebangsa yang juga terkena bencana di berbagai daerah di Indonesia, termasuk gempa di Cianjur.
Mereka paham, logistik adalah hal yang paling dibutuhkan oleh korban dan masyarakat terdampak bencana terutama di pengungsian. Jika mengungsi satu atau dua hari, nasi putih dan mie instan memang cukup untuk mengganjal perut. Namun jika pengungsian berlarut menjadi berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, maka dibutuhkan bahan makanan yang bergizi dan tahan lama.

Karena itulah rendang menjadi pilihan untuk menyimbolkan empati masyarakat Sumbar. Rendang yang berbahan dasar daging dinilai mampu memberikan asupan protein yang cukup bagi korban gempa. Apalagi, ketahanan kuliner khas Minangkabau itu bisa mencapai satu bulan lebih tanpa menjadi basi, sehingga memenuhi persyaratan sebagai logistik bencana.

Gubernur Sumbar Mahyeldi menyebut kebiasaan masyarakat Sumbar mengirimkan rendang untuk membantu korban bencana sudah dimulai sejak 2016, saat membantu korban bencana di Aceh. Setelah itu,  setiap kali ada bencana besar, Sumbar berupaya untuk mengirimkan bantuan rendang.

Pada bencana gempa magnitudo 5,6 di Cianjur pada 21 November, Sumbar kembali mengumpulkan rendang untuk dikirimkan ke lokasi bencana. Ditargetkan 1,5 - 2 ton rendang akan didistribusikan.

Seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Sumbar menyumbangkan rendang, demikian juga BUMD dan BUMN di daerah tersebut. Organisasi kemasyarakatan juga mengumpulkan kuliner tersebut sebagai logistik bantuan.

BPBD Sumbar sebagai OPD yang ditunjuk untuk mengumpulkan donasi rendang, juga ikut menyumbang. Namun, alih-alih membeli produk yang telah jadi di pasaran, ibu-ibu anggota Dharma Wanita (DW) BPBD berinisiatif untuk memasak sendiri rendang yang akan dikirimkan.

Kebetulan salah seorang anggota DW BPBD merupakan pengusaha yang bergerak di bidang kuliner yang telah terbiasa memasak rendang.

Maka pagi itu, kesibukan terjadi di halaman belakang BPBD Sumbar. Belasan ibu-ibu DW membagi tugas. Sebagian ke pasar membeli bahan, sebagian menyiapkan perapian dan sebagian lagi mempersiapkan peralatan di yang butuhkan.
Kalaksa BPBD Sumbar, Jumaidi mengatakan anggota DW menargetkan memasak 40 kilogram rendang untuk dikirimkan ke lokasi bencana.

Bergantian mereka mengaduk rendang dengan api kecil. mengolahnya sejak dari santan hingga masak berminyak. Butuh 6-8 jam untuk mengolah bahan mentah menjadi rendang yang pedas gurih dan tahan lama.

Bahkan, Gubernur Sumbar, Mahyeldi, ikut turun tangan mengaduk rendang yang akhirnya sempurna dikerjakan menjelang adzan magrib. Rendang itu setelah dingin, dikemas untuk dikirimkan esok harinya ke Cianjur.

Gubernur Sumbar Mahyeldi lagi-lagi turun langsung mengantarkan rendang tersebut. Sebanyak 1,3 ton rendang diserahkan kepada Bupati Cianjur, Erman Suherman untuk disalurkan pada masyarakat terdampak gempa.

Rendang yang dibawa dengan kargo udara itu masih sebagian dari rendang yang terkumpul. Karena situasi yang dinilai mendesak, sebagian rendang yang telah terkumpul dikirimkan secepatnya ke lokasi bencana. Sementara sebagian lain akan dikirimkan lewat jalur darat.

Bantuan rendang tersebut diharapkan dapat membantu meringankan beban korban gempa di Cianjur yang saat ini masih di pengungsian.


Keluarga perantau Minang 

Dampak gempa di Cianjur juga dirasakan oleh perantau Minang di daerah itu. Pendataan masih dilakukan oleh Ikatan Keluarga Minang (IKM) setempat. Namun diperkirakan ada belasan rumah perantau yang ikut rusak dihantam gempa. Bahkan ada satu keluarga yang istri dan dua anaknya meninggal dunia karena gempa.

Bencana itu sekaligus merupakan ujian bagi kesolidan dan kekompakan IKM di Jawa Barat. Secara bersama-sama cobaan itu tentu bisa diringankan, namun tanpa kekompakan dan kepedulian bersama, perantau Minang di Cianjur akan merasakan beban yang sangat berat.

Mahyeldi menyebut, bagi perantau yang terkena dampak, Pemprov Sumbar akan berupaya mencarikan solusi untuk membantu. Salah satu kemungkinan dengan melibatkan Baznas Sumbar guna mengumpulkan donasi. Dana yang terkumpul nantinya akan diserahkan untuk membantu perbaikan rumah perantau yang rusak akibat gempa.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Jumat (25/11) malam, jumlah korban meninggal gempa Cianjur sebanyak  272 orang. Sementara itu, jumlah korban luka-luka  mencapai 2.046 orang, sedangkan jumlah pengungsi sebanyak 62.545 orang. 

Pewarta: Miko Elfisha

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022