Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Jawa Barat, menerapkan teknologi Climate Smart Agriculture (CSA) atau pertanian cerdas iklim pada budidaya tanaman padi di wilayah Kecamatan Patokbeusi, untuk peningkatan produktivitas.

Kepala Dinas Pertanian Subang, Nenden Setiawati, di Subang, Rabu, mengatakan untuk melancarkan penggunaan teknologi pertanian itu, pihaknya mengawali dengan scaling up expo di wilayah Pantura, yakni di Desa Ciberes, Patokbeusi, Subang.

Scaling Up berarti sebagai demplot (penerapan teknologi di lapangan secara langsung) yang biasanya memiliki lahan uji coba seluas satu hektare.

Namun di Desa Ciberes, demplot yang diterapkan terbilang cukup luas, mencapai 50 hektare.

Nenden menyampaikan kalau tujuan dari demplot itu ialah untuk meningkatkan produktivitas padi melalui perlakuan khusus sebelumnya.

Kegiatan scaling up itu digelar atas kerja sama Dinas Pertanian Subang dengan Kementerian Pertanian, Kemendagri (Pembinaan Kelembagaan Irigasi), Kementerian PUPR (Rehabilitasi Bangunan Irigasi), Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan.

"Patokbeusi adalah kecamatan paling luas di antara kecamatan lain. Harapannya program scalling up ini diterapkan ke kelompok tani lainnya," kata dia.

Ia mengaku saat ini tengah menyiapkan beberapa alsintan untuk diakomodir di daerah Pantura, guna mendukung kegiatan para petani setempat.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat Otong Wiranta menyampaikan terkait penggunaan alat penabur benih untuk para petani dalam scaling up.

"Terkendala jarak tanam antara yang biasa dilakukan petani dengan alat penabur benih. Jadi harus ada kolaborasi. Kita bisa setting agar jarak tanamnya bisa berkurang. Kalau tidak, dibantu combain harvester saat panen," kata dia.



Gunakan drone

Sebelumnya  PT Pupuk Kujang menggandeng Institut Pertanian Bogor untuk mendukung penerapan teknologi di bidang pertanian melalui penyemprotan pupuk daun cair menggunakan drone di wilayah Compreng, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

"Kita perkenalkan produk baru PT Pupuk Kujang berupa pupuk daun berbentuk cair," kata VP Komunikasi PT Pupuk Kujang, Andi Komara dalam keterangannya, di Subang, Sabtu.

Penyemprotan pupuk daun cair menggunakan drone itu dilakukan di Kampung Inovasi Himpunan Alumni IPB, Desa Kiara Sari, Kecamatan Compreng, Subang.

Ia menyampaikan, pupuk daun itu berbentuk cair. Pupuk daun ini diberikan pada tanaman melalui mulut daun atau stoomata, berguna untuk memberikan unsur hara tambahan bagi tanaman selain yang diserap oleh akar tanaman.

Untuk kapasitas tangki drone yang digunakan untuk menyemprotkan pupuk daun secara otomatis itu sebanyak 20 liter dan gerakan drone dipantau langsung oleh operator.

Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Prof Suryo Wiyono mengatakan, penggunaan drone di pertanian adalah jawaban mengatasi tantangan kesulitan tenaga kerja di sektor pertanian.

Ia juga menambahkan bahwa dengan menggunakan drone, biaya tebar pupuk menjadi lebih rendah dibanding konvensional serta bisa lebih cepat.

Dengan menggunakan drone, kata dia, untuk menyebarkan pupuk di atas lahan 100 hektare, cukup membutuhkan empat sampai lima hari. Sedangkan jika dikerjakan manual, per hektare itu membutuhkan sekitar 25 orang pekerja.

Pewarta: M.Ali Khumaini

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022