ANTARAJAWABARAT.com,21/9- Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Cianjur, Jabar, melansir jumlah akseptor tahun ini mencapai 468.000 pasangan usia subur (PUS).
Jumlah tersebut praktis mengurangi target yang ditetapkan sebanyak 1.008.000 PUS, kata Kepala BKBPP Cianjur, Rahmat Chotimin, Jumat.
Dia mengatakan, sepanjang tahun 2012, pihaknya berhasil mencapai 63 persen dari target yang ditetapkan untuk menambah jumlah akseptor. Sisanya sekitar 36 persen akan terus diupayakan untuk menggunakan KB.
sedangkan sisa dari target yang belum menggunakan KB, sebagian besar merupakan pasangan suami istri (pasutri) yang baru menikah. Sisanya merupakan pasutri yang tidak mengerti akan pentingnya KB.
Dimana ungkap dia, pasangan yang baru menikah, beralasan tidak menggunakan KB karena ingin segera memiliki anak. Namun banyak diantara mereka yang tidak mengerti akan pentingnya menggunakan KB.
"Tidak hanya soal persepsi masyarakat, kendala pencapaian Program KB juga disebabkan minimnya tenaga penyuluh lapangan," katanya.
Rahmat menuturkan, dari 422 desa yang ada di Cianjur, tenaga penyuluh KB hanya 146 orang, yang terdiri dari 62 penyuluh PNS dan 84 honorer. Kondisi tersebut membuat satu penyuluh menangani sedikitnya dua hingga tiga desa.
"Idealnya, untuk mensukseskan program tersebut dibutuhkan satu orang penyuluh untuk satu desa, sehingga penyampaian sosialisasinya dapat maksimal dan melekat ditengah-tengah masyarakat," tandasnya.***3***
Fikri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012
Jumlah tersebut praktis mengurangi target yang ditetapkan sebanyak 1.008.000 PUS, kata Kepala BKBPP Cianjur, Rahmat Chotimin, Jumat.
Dia mengatakan, sepanjang tahun 2012, pihaknya berhasil mencapai 63 persen dari target yang ditetapkan untuk menambah jumlah akseptor. Sisanya sekitar 36 persen akan terus diupayakan untuk menggunakan KB.
sedangkan sisa dari target yang belum menggunakan KB, sebagian besar merupakan pasangan suami istri (pasutri) yang baru menikah. Sisanya merupakan pasutri yang tidak mengerti akan pentingnya KB.
Dimana ungkap dia, pasangan yang baru menikah, beralasan tidak menggunakan KB karena ingin segera memiliki anak. Namun banyak diantara mereka yang tidak mengerti akan pentingnya menggunakan KB.
"Tidak hanya soal persepsi masyarakat, kendala pencapaian Program KB juga disebabkan minimnya tenaga penyuluh lapangan," katanya.
Rahmat menuturkan, dari 422 desa yang ada di Cianjur, tenaga penyuluh KB hanya 146 orang, yang terdiri dari 62 penyuluh PNS dan 84 honorer. Kondisi tersebut membuat satu penyuluh menangani sedikitnya dua hingga tiga desa.
"Idealnya, untuk mensukseskan program tersebut dibutuhkan satu orang penyuluh untuk satu desa, sehingga penyampaian sosialisasinya dapat maksimal dan melekat ditengah-tengah masyarakat," tandasnya.***3***
Fikri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012