Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menyiapkan satuan tugas (satgas) untuk mengawasi lalu lintas  maupun distribusi hewan ternak guna mengantisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) menyusul adanya lima hewan ternak di daerah tersebut dinyatakan positif terjangkit PMK.
 
"Lima sapi ini masih ada di peternakan Babakan Ciparay dan sedang diisolasi. Tapi, info terbaru, sudah mulai menunjukkan gejala baik, seperti nafsu makan sudah meningkat dan air liurnya juga sudah tidak terlalu banyak," kata  Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar, di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
 
Menurut dia,  beberapa kabupaten atau kota di sekeliling Kota Bandung  masuk ke zona merah PMK antara lain, Cianjur, Sumedang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta, dan Garut.

Baca juga: Pemkab Garut perketat kedatangan sapi dari luar daerah jelang Idul Adha
 
"Bahkan, Garut sampai mengeluarkan status kejadian luar biasa (KLB). Kasus di Kota Bandung ini juga terjadi karena peternak ambil hewan dari Purwakarta," kata dia.
 
Padahal, kata dia, sebelumnya DKPP Kota Bandung telah melarang para peternak menerima hewan tanpa Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). DKPP Kota Bandung meminta para peternak untuk menghabiskan stok yang ada terlebih dulu.
 
"Jika para pengirim dan peternak tidak bisa menunjukkan hewannya bebas PMK, maka  hewan-hewan tersebut harus ditolak masuk Kota Bandung. Sudah ada tiga kendaraan yang kita tolak, asalnya dari Lumajang dan Sumedang, karena tidak menunjukkan SKKH. Satu truk itu isinya 12-16 ekor sapi," kata dia.
 
Sementara itu, Kepala Bidang Keamanan Pangan DKPP Kota Bandung drh Ermariah menjelaskan masa inkubasi virus PMK itu selama 14 hari. Setelah itu,  hewan akan membentuk antibodinya sendiri untuk melawan penyakit PMK yang bertahan empat bulan.

Baca juga: Kementan sebut ternak terjangkit PMK bukan 5,4 juta ekor
 
"Meski begitu, antibodi ini lama-lama akan menurun terus. Kerugian yang banyak juga dari segi ekonomi. Kalau sapi perah kena PMK, produksi susunya bisa turun 90 persen. Untuk sapi potong, berat badannya juga turun drastis. Belum lagi kalau sampai mati. Tentu peternak akan mengalami kerugian," katanya menambahkan.
 
Untuk menangani kasus PMK yang telah terjadi, Ermariah memastikan pihaknya bakal terus melaksanakan proses desinfektan dan pemberian vitamin pada semua hewan baik yang positif atau negatif PMK. 

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022