ANTARAJAWABARAT.com,3/7 - Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya air terbesar kelima di dunia baru memanfaatkan sekitar 25 persen sumber daya air tersebut untuk kebutuhan air baku, rumah tangga, kota dan industri, serta irigasi.

Menurut Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dalam orasi ilmiah berjudul "Tantangan Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia" pada peringatan 92 tahun pendidikan tinggi teknik di Indonesia di Aula Barat ITB, Bandung, Selasa, cadangan sumber daya air yang dimiliki Indonesia sekitar 3.900 miliar meter kubik per tahun yang tersebar dalam 5.886 sungai dan 521 danau.

"Jumlah potensi yang dapat dimanfaatkan sekitar 690 miliar meter kubik per tahun. Namun demikian, sampai saat ini baru sekitar 25 persen yang sudah termanfaatkan," ujarnya.

Dari 25 persen itu, lanjut Djoko, hanya lima persen yang digunakan untuk kebutuhan air baku, rumah tangga, kota dan industri, sedangkan selebihnya dimanfaatkan untuk irigasi.

Cadangan besar sumber daya air yang dimiliki Indonesia, menurut dia, disertai dengan jumlah penduduk yang besar serta penyebaran geografis yang tidak merata sehingga pada beberapa daerah masih terjadi kelangkaan air.

Menurut dia, Pulau Kalimantan, Papua, dan Sumatera, merupakan kawasan yang sebenarnya memiliki 82 persen air permukaan dari seluruh air permukaan yang ada di Indonesia.

Sedangkan Pulau Jawa hanya memiliki air permukaan 4 persen dari seluruh air permukaan yang ada di Indonesia. Padahal, hasil sensus penduduk 2011 menunjukkan Pulau Jawa dan Madura dihuni oleh 138 juta jiwa atau 58 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

"Dengan memperhatikan ketersediaan air tahunan di Pulau Jawa terdapat bulan-bulan tertentu di mana kebutuhan air baik untuk domestik, perkotaan, industri, maupun irigasi tidak tercukupi. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam konteks neraca air, Pulau Jawa berada pada kondisi kritis," tutur Djoko.

Dengan konsep perhitungan "water footprint", Djoko menjelaskan, dapat dikatakan Pulau Jawa telah mengimpor air dengan masuknya beras ke Pulau Jawa karena konsep perhitungan tersebut mengonversi kebutuhan atau produksi pangan menjadi kebutuhan air.

"Pulau Jawa yang merupakan lumbung padi nasional ternyata masih tetap memerlukan pasokan beras dari pulau-pulau lain atau impor dari luar negeri. Dengan masuknya beras ke Pulau Jawa, dapat dikatakan pula bahwa Pulau Jawa saat ini telah mengimpor air," katanya.

Setengah dari total penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa, lanjut dia, hanya mendapatkan sedikit air sekitar 1.210 meter per segi per kapita per tahun atau hanya sekitar 7 persen dari rata-rata ketersediaan air per kapita di Indonesia.

Neraca keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air atau Indeks Pemakaian Air (IPA) yang merupakan rasio antara pemakaian dan ketersediaan air di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) juga telah menunjukkan kondisi mengkhawatirkan karena sudah melebihi angka 0,5.

Ketersediaan air per kapita di Indonesia sebesar 16.600 meter kubik per kapita per tahun termasuk tertinggi di dunia mengalahkan China sebesar 2.100 meter kubik per tahun per kapita dan India 1.100 meter kubik per tahun per kapita.

Sedangkan kebutuhan air di Indonesia sebesar 175 miliar kubik per tahun yang terdiri atas 34 miliar meter kubik per tahun untuk kebutuhan domestik, perkotaan dan industri, serta 141 miliar meter kubik per tahun untuk irigasi.

Pemakaian terbesar berada di Pulau Jawa dan Bali sebesar kurang lebih 100 miliar meter kubik per tahun.



Diah

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012