ANTARAJAWABARAT.com,20/6 - Organisasi Lingkungan Hidup Greenpeace menggelar unjuk rasa di lapangan parkir restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) Jalan RE Martadinata, Bandung, Rabu.

Belasan aktivis pembela lingkungan hidup melakukan aksi teatrikal dengan menggunakan kostum Harimau Sumatera, Kolonel Sanders yang menjadi lambang KFC dan kemasan karton yang digunakan sebagai wadah kentang goreng.

Mereka juga membentangkan spanduk foto yang menggambarkan kerusakan hutan di Sumatera.

Juru kampanye media Greenpeace, Rahma, mengatakan mereka menggelar aksi unjuk rasa terhadap KFC karena restoran cepat saji asal Amerika Serikat itu menggunakan produk Asia Pulp and Paper (APP) sebagai kemasan makanan.

"Kami meminta agar KFC memutuskan kerjasama dengan APP yang selama ini melakukan perusakan hutan di Sumatera," ujarnya.

Menurut Rahma, APP yang mendapatkan konsesi hutan seluas empat juta hektare di Sumatera melakukan penebangan pohon di kawasan hutan tropis dan hutan gambut yang merupakan habitat Harimau Sumatera.

Kerusakan hutan gambut di Sumatera akibat aktivitas APP diperkirakan telah mencapai 180 ribu hektare atau dua kali luas Provinsi Jakarta. Sedangkan populasi Harimau Sumatera saat ini diperkirakan tinggal 400 ekor karena area hutan tropis sebagai habitat mereka semakin berkurang.

"Karena itu kami mengusung ikon Harimau Sumatera setiap kali menggelar aksi," ujar Rahma.

Greenpeace telah menggelar aksi serupa di beberapa kota seperti Semarang dan Pekanbaru guna meminta restoran cepat saji tidak menggunakan produk yang tidak ramah lingkungan.

Greenpeace telah menggelar kampanye secara intensif untuk mengkritik APP yang beroperasi di wilayah hutan Sumatera.

Pada Maret 2012, Greenpeace mengeluarkan hasil investigasi bahwa perusahaan yang bernaung di bawah Sinar Mas itu menggunakan kayu ramin sebagai bahan produk kertas.

Padahal ramin termasuk jenis pohon dilindungi berdasarkan "Convention on International Trade in Endangered Species:CITES" dan sejak 2001 pemerintah telah melarang penebangan kayu ramin.

Greenpeace memperoleh fakta tersebut berdasarkan investigasi selama satu tahun dengan mengunjungi pabrik Indah Kiat di Perawang, Sumatera.

Greenpeace mengambil sampel dari 46 gelondong kayu dan mengirimkannya ke sebuah laboratorium independen di Jerman. Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa sampel yang diambil mengandung ramin.

Atas tuduhan tersebut, APP menyatakan tidak melakukan penebangan, tidak menggunakan spesies tanaman dilindungi, serta memiliki mekanisme lacak-balak yang baik untuk mendeteksi adanya spesies kayu yang dilindungi. ***1***

Diah

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012