ANTARAJAWABARAT.com,15/5- Ketua Paguyuban Pasundan Cianjur, Jabar, Abah Ruskawan, menentang keras rencana pengeboran yang akan dilakukan di situs megalit Gunung Padang untuk kedua kalinya.
Bahkan dia mengancam akan melakukan aksi boikot atas rencana tersebut, sebelum dilakukan eskapasi dan restorasi di lokasi situs. Pasalnya ungkap dia, selama ini, belum ada kajian perihal tersebut dan tidak ada izin.
"Silahkan tanya apakah mereka sudah mendapat izin dari dinas terkait di tingkat kabupten dan Jabar. Intinya kami akan menentang kegiatan yang akan dilakukan selama satu bulan lebih itu," katanya, Selasa.
Dia menuturkan, pihaknya akan berkordinasi pula dengan masyarakat setempat, serta tokoh dan budayawan di Jabar, untuk menentang pengeboran yang kembali dilakukan staf khusus bencana alam itu.
"Ini jelas-jelas akan merusak situs, kita tidak tahukan efek dari pengeboran. Bisa saja batu yang ada di dalamnya rusak atau hancur, sementara yang melakukan pengalian bukan ahlinya seperti arkeolog atau peneliti," ucapnya.
Sementara itu Eko Wiwit kordinator Simpul Bodebekpuncur Walhi Cianjur, Jabar, mengatakan hal yang sama. Pihaknya menilai pengeboran yang dilakukan Andi Arief, merupakan bentuk dari inkonsisten ketika mengucapkan maaf di Cianjur beberapa waktu lalu.
Sehingga pihaknya akan melakukan perlawana atas rencana tersebut karena rencana tersebut jelas dia tidak melibatkan masyarakat adat dan budaya yang ada dilokasi situs seperti pengeboran pertama.
"Bukan masalah penelitian atau kajian yang telah dilakukan, namun rencana tersebut, sudah melibatkan masyarakat adat dan budaya sekitar belum. Kalau masyarakat tidak dilibatkan duduk satu meja, maka kami menentang dan akan boikot rencana tersebut," katanya.
Selain itu, tambah dia, selama ini, analisa sosial belum pernah dilakukan, terutama terhadap masyarakat adat dan budaya di sekitar lokasi. Bahkan tutur dia, selama ini, masyarakat di tingkat lokal belum mengetahui rencana tersebut.***3***
Fikri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012
Bahkan dia mengancam akan melakukan aksi boikot atas rencana tersebut, sebelum dilakukan eskapasi dan restorasi di lokasi situs. Pasalnya ungkap dia, selama ini, belum ada kajian perihal tersebut dan tidak ada izin.
"Silahkan tanya apakah mereka sudah mendapat izin dari dinas terkait di tingkat kabupten dan Jabar. Intinya kami akan menentang kegiatan yang akan dilakukan selama satu bulan lebih itu," katanya, Selasa.
Dia menuturkan, pihaknya akan berkordinasi pula dengan masyarakat setempat, serta tokoh dan budayawan di Jabar, untuk menentang pengeboran yang kembali dilakukan staf khusus bencana alam itu.
"Ini jelas-jelas akan merusak situs, kita tidak tahukan efek dari pengeboran. Bisa saja batu yang ada di dalamnya rusak atau hancur, sementara yang melakukan pengalian bukan ahlinya seperti arkeolog atau peneliti," ucapnya.
Sementara itu Eko Wiwit kordinator Simpul Bodebekpuncur Walhi Cianjur, Jabar, mengatakan hal yang sama. Pihaknya menilai pengeboran yang dilakukan Andi Arief, merupakan bentuk dari inkonsisten ketika mengucapkan maaf di Cianjur beberapa waktu lalu.
Sehingga pihaknya akan melakukan perlawana atas rencana tersebut karena rencana tersebut jelas dia tidak melibatkan masyarakat adat dan budaya yang ada dilokasi situs seperti pengeboran pertama.
"Bukan masalah penelitian atau kajian yang telah dilakukan, namun rencana tersebut, sudah melibatkan masyarakat adat dan budaya sekitar belum. Kalau masyarakat tidak dilibatkan duduk satu meja, maka kami menentang dan akan boikot rencana tersebut," katanya.
Selain itu, tambah dia, selama ini, analisa sosial belum pernah dilakukan, terutama terhadap masyarakat adat dan budaya di sekitar lokasi. Bahkan tutur dia, selama ini, masyarakat di tingkat lokal belum mengetahui rencana tersebut.***3***
Fikri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2012