Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengamuk melihat jalan provinsi di Kabupaten Subang, Jawa Barat, yang kondisinya kotor dan licin akibat tanah galian PTPN berceceran dari sebuah truk pengangkut.
"Awalnya saya mendapat laporan warga yang merasa terganggu karena jalan raya menjadi kotor oleh tanah galian," kata Dedi melalui sambungan telepon, di Subang, Senin.
Warga Desa Lengkong, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, melaporkan bahwa mereka merasa terganggu karena jalan raya menjadi kotor oleh tanah galian.
Baca juga: Dedi Mulyadi akui channel YouTube-nya sebagai bagian pencitraan
“Ini yang berserakan tanah galian PTPN, Pak. Tanah kotori jalan jadi licin,” kata salah seorang pria yang saat itu menghampiri Dedi Mulyadi.
Mendengar hal tersebut Dedi langsung melakukan penelusuran ke areal Perkebunan Jalupang milik PTPN VIII dan mendapati jalan perkebunan rusak karena dilewati sejumlah truk pengangkut tanah.
Bahkan, jalan yang rusak parah membuat mobil minibus tak bisa lewat. Jadi jalan itu hanya bisa dilalui oleh truk, paparnya.
Dedi kemudian menemukan satu truk yang sedang terparkir di pinggir jalan.
Ia menyampaikan agar sopir truk bisa lebih peka dengan membersihkan ban dan bagian truk lainnya sebelum masuk ke jalan raya.
“Ini ban kotor masuk ke jalan, tanah berserakan, hujan dikit pengendara motor bisa jatuh. Belum lagi kalau tanah mengering, itu bisa menyebabkan debu,” ucap Dedi kepada sopir truk.
Baca juga: Dedi Mulyadi bongkar modus aksi pengemis pura-pura buta di Purwakarta
Tak jauh dari situ, Dedi menemukan warung yang selama ini digunakan sebagai tempat pungutan liar setiap truk lewat. Di tempat ini Dedi bertemu beberapa orang pria yang mengaku warga setempat.
Dari pengakuan pria tersebut, setiap truk yang lewat membayar Rp10 ribu. Uang tersebut disebutnya untuk kepentingan warga.
“Dasarnya apa minta Rp10 ribu? Buat apa? Kalau bapak bilang itu uang untuk warga, buktinya tadi warga protes minta tolong ke saya. Kalau tidak ada dasarnya saya akan lapor ke polres bahwa ini pungutan liar. Pokoknya kalau ini masih kotor besok mobil saya palangin (parkir melintang) di sini,” kata Dedi Mulyadi.
Terkait hal tersebut, Dedi sempat meminta penjelasan Manajer Perkebunan Jalupang Yudi Mulyadi melalui sambungan telepon. Ia menanyakan asal usul tanah yang diangkut diduga berasal dari perkebunan.
Ia meminta penjelasan apakah ada kerja sama yang jelas antara perkebunan dan pihak pengangkut tanah karena truk tersebut melintas di areal perkebunan hingga menyebabkan kerusakan jalan. Tak lupa ia menyampaikan keluhan warga terkait tanah yang berceceran di jalan.
Sementara PTPN menyebutkan kalau truk itu hanya lewat, sedangkan tanahnya di luar area perkebunan.
Baca juga: Ibu muda dilaporkan ayah kandungnya ke polisi mengadu ke Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi meminta agar pihak perkebunan segera melakukan pengecekan langsung ke lokasi karena jalan areal perkebunan menjadi rusak parah.
"Saya berharap hal seperti ini tidak lagi terjadi di tengah masyarakat karena meski bagi sebagian orang ceceran tanah sepele, tapi bisa berakibat kecelakaan di jalan raya yang bisa merenggut nyawa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
"Awalnya saya mendapat laporan warga yang merasa terganggu karena jalan raya menjadi kotor oleh tanah galian," kata Dedi melalui sambungan telepon, di Subang, Senin.
Warga Desa Lengkong, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, melaporkan bahwa mereka merasa terganggu karena jalan raya menjadi kotor oleh tanah galian.
Baca juga: Dedi Mulyadi akui channel YouTube-nya sebagai bagian pencitraan
“Ini yang berserakan tanah galian PTPN, Pak. Tanah kotori jalan jadi licin,” kata salah seorang pria yang saat itu menghampiri Dedi Mulyadi.
Mendengar hal tersebut Dedi langsung melakukan penelusuran ke areal Perkebunan Jalupang milik PTPN VIII dan mendapati jalan perkebunan rusak karena dilewati sejumlah truk pengangkut tanah.
Bahkan, jalan yang rusak parah membuat mobil minibus tak bisa lewat. Jadi jalan itu hanya bisa dilalui oleh truk, paparnya.
Dedi kemudian menemukan satu truk yang sedang terparkir di pinggir jalan.
Ia menyampaikan agar sopir truk bisa lebih peka dengan membersihkan ban dan bagian truk lainnya sebelum masuk ke jalan raya.
“Ini ban kotor masuk ke jalan, tanah berserakan, hujan dikit pengendara motor bisa jatuh. Belum lagi kalau tanah mengering, itu bisa menyebabkan debu,” ucap Dedi kepada sopir truk.
Baca juga: Dedi Mulyadi bongkar modus aksi pengemis pura-pura buta di Purwakarta
Tak jauh dari situ, Dedi menemukan warung yang selama ini digunakan sebagai tempat pungutan liar setiap truk lewat. Di tempat ini Dedi bertemu beberapa orang pria yang mengaku warga setempat.
Dari pengakuan pria tersebut, setiap truk yang lewat membayar Rp10 ribu. Uang tersebut disebutnya untuk kepentingan warga.
“Dasarnya apa minta Rp10 ribu? Buat apa? Kalau bapak bilang itu uang untuk warga, buktinya tadi warga protes minta tolong ke saya. Kalau tidak ada dasarnya saya akan lapor ke polres bahwa ini pungutan liar. Pokoknya kalau ini masih kotor besok mobil saya palangin (parkir melintang) di sini,” kata Dedi Mulyadi.
Terkait hal tersebut, Dedi sempat meminta penjelasan Manajer Perkebunan Jalupang Yudi Mulyadi melalui sambungan telepon. Ia menanyakan asal usul tanah yang diangkut diduga berasal dari perkebunan.
Ia meminta penjelasan apakah ada kerja sama yang jelas antara perkebunan dan pihak pengangkut tanah karena truk tersebut melintas di areal perkebunan hingga menyebabkan kerusakan jalan. Tak lupa ia menyampaikan keluhan warga terkait tanah yang berceceran di jalan.
Sementara PTPN menyebutkan kalau truk itu hanya lewat, sedangkan tanahnya di luar area perkebunan.
Baca juga: Ibu muda dilaporkan ayah kandungnya ke polisi mengadu ke Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi meminta agar pihak perkebunan segera melakukan pengecekan langsung ke lokasi karena jalan areal perkebunan menjadi rusak parah.
"Saya berharap hal seperti ini tidak lagi terjadi di tengah masyarakat karena meski bagi sebagian orang ceceran tanah sepele, tapi bisa berakibat kecelakaan di jalan raya yang bisa merenggut nyawa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022