Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat mencanangkan program Gerakan Makan Telur setiap hari bagi ibu hamil, menyusui, dan anak untuk mengatasi masalah stunting atau gagal tumbuh pada anak untuk menghasilkan generasi yang lebih unggul dan hebat.
"Ini bisa menjadi program unggulan untuk menyiapkan generasi kita, sehingga menjadi generasi yang unggul, generasi yang bisa membawa kemajuan Kabupaten Garut, kita persiapkan anak-anak kita sehat," kata Wakil Bupati Garut Helmi Budiman saat deklarasi program Gerakan Makan Telur (Germatel) di Kabupaten Garut, Senin.
Baca juga: Helmi Budiman ajak warga Garut rutin konsumsi telur untuk atasi "stunting"
Deklarasi Germatel bertemakan "Sebutir Telur Setiap Hari Bagi Ibu Hamil dan Balita Sebagai Gerakan Percepatan Penurunan Stunting di Garut" itu dihadiri oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) Kabupaten Garut, organisasi perempuan, Tim PKK Garut, dan jajaran dinas.
Helmi mengatakan Germatel merupakan gerakan bagus, namun dalam penerapannya harus dilakukan dengan baik seperti cara memasaknya menggunakan air higienis agar tidak muncul masalah atau penyakit.
Jika dimasak dengan air yang tidak bagus, kata Helmi, maka akan mempengaruhi pada kualitas telur yang akhirnya mengurangi gizi pada telur.
"Ini merupakan sebuah gerakan, kita harus sama-sama, ada motor penggeraknya ada lokomotifnya," kata Helmi.
Baca juga: Kasus gagal tumbuh pada anak di Garut turun jadi 10 ribuan anak
Ia mengimbau semua tim dalam Germatel bisa melaksnakan tugasnya dengan baik, dan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti media sosial agar banyak masyarakat yang terlibat.
"Kita berharap ini juga menggunakan teknologi, menggunakan IT, aktif di medsos dan sebagainya, agar ini semua masyarakat terlibat," katanya.
Ia menyampaikan penanganan kasus gagal tumbuh pada anak merupakan sebuah gerakan kemanusiaan yang sangat mulia dalam menurunkan kasus tersebut di Garut.
Selain itu, lanjut dia, semua tim di tingkat kabupaten, kecamatan maupun desa bisa bergerak bersama sehingga pelaksanaan Germatel berjalan sesuai harapan bersama.
"Harus dibuat tim-tim yang handal, baik tim di kabupaten, tim di kecamatan ataupun tim di desa, untuk melaksanakan sekaligus monitoring dan evaluasi," kata Helmi.
Baca juga: Seluruh SKPD Garut diterjunkan guna wujudkan "zero stunting" 2024
Germatel tersebut merupakan impelementasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Loka Penelitian Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Pangandaran selama delapan pekan di Kelurahan Sukanegla, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.
Salah seorang tim peneliti dari Loka Litbangkes Pangandaran, Mara Ipa menyampaikan, hasil penelitian dari makan satu butir setiap hari selama delapan pekan menunjukkan peningkatan rata-rata tinggi badan sebesar 4,42 sentimeter terhadap 100 anak bawah dua tahun yang dipilih secara acak di Kelurahan Sukanegla, Kecamatan Garut Kota.
Ia menyampaikan konsumsi makan telur sudah banyak dilakukan di negara luar dan terbukti sebagai upaya yang cukup efektif untuk mencegah kasus gagal tumbuh pada anak.
"Memang terealisasi dan itu sudah terbukti hasil penelitian di negara luar sudah banyak dilakukan dan terbukti memang sebagai upaya yang cukup efektif untuk mencegah stunting" katanya.
Baca juga: Pemkab Garut: Penanganan "stunting" tetap berlanjut di tengah pandemi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Ini bisa menjadi program unggulan untuk menyiapkan generasi kita, sehingga menjadi generasi yang unggul, generasi yang bisa membawa kemajuan Kabupaten Garut, kita persiapkan anak-anak kita sehat," kata Wakil Bupati Garut Helmi Budiman saat deklarasi program Gerakan Makan Telur (Germatel) di Kabupaten Garut, Senin.
Baca juga: Helmi Budiman ajak warga Garut rutin konsumsi telur untuk atasi "stunting"
Deklarasi Germatel bertemakan "Sebutir Telur Setiap Hari Bagi Ibu Hamil dan Balita Sebagai Gerakan Percepatan Penurunan Stunting di Garut" itu dihadiri oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TP2S) Kabupaten Garut, organisasi perempuan, Tim PKK Garut, dan jajaran dinas.
Helmi mengatakan Germatel merupakan gerakan bagus, namun dalam penerapannya harus dilakukan dengan baik seperti cara memasaknya menggunakan air higienis agar tidak muncul masalah atau penyakit.
Jika dimasak dengan air yang tidak bagus, kata Helmi, maka akan mempengaruhi pada kualitas telur yang akhirnya mengurangi gizi pada telur.
"Ini merupakan sebuah gerakan, kita harus sama-sama, ada motor penggeraknya ada lokomotifnya," kata Helmi.
Baca juga: Kasus gagal tumbuh pada anak di Garut turun jadi 10 ribuan anak
Ia mengimbau semua tim dalam Germatel bisa melaksnakan tugasnya dengan baik, dan memanfaatkan perkembangan teknologi seperti media sosial agar banyak masyarakat yang terlibat.
"Kita berharap ini juga menggunakan teknologi, menggunakan IT, aktif di medsos dan sebagainya, agar ini semua masyarakat terlibat," katanya.
Ia menyampaikan penanganan kasus gagal tumbuh pada anak merupakan sebuah gerakan kemanusiaan yang sangat mulia dalam menurunkan kasus tersebut di Garut.
Selain itu, lanjut dia, semua tim di tingkat kabupaten, kecamatan maupun desa bisa bergerak bersama sehingga pelaksanaan Germatel berjalan sesuai harapan bersama.
"Harus dibuat tim-tim yang handal, baik tim di kabupaten, tim di kecamatan ataupun tim di desa, untuk melaksanakan sekaligus monitoring dan evaluasi," kata Helmi.
Baca juga: Seluruh SKPD Garut diterjunkan guna wujudkan "zero stunting" 2024
Germatel tersebut merupakan impelementasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Loka Penelitian Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Pangandaran selama delapan pekan di Kelurahan Sukanegla, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.
Salah seorang tim peneliti dari Loka Litbangkes Pangandaran, Mara Ipa menyampaikan, hasil penelitian dari makan satu butir setiap hari selama delapan pekan menunjukkan peningkatan rata-rata tinggi badan sebesar 4,42 sentimeter terhadap 100 anak bawah dua tahun yang dipilih secara acak di Kelurahan Sukanegla, Kecamatan Garut Kota.
Ia menyampaikan konsumsi makan telur sudah banyak dilakukan di negara luar dan terbukti sebagai upaya yang cukup efektif untuk mencegah kasus gagal tumbuh pada anak.
"Memang terealisasi dan itu sudah terbukti hasil penelitian di negara luar sudah banyak dilakukan dan terbukti memang sebagai upaya yang cukup efektif untuk mencegah stunting" katanya.
Baca juga: Pemkab Garut: Penanganan "stunting" tetap berlanjut di tengah pandemi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021