ANTARAJAWABARAT.com,25/7 - Masyarakat umum dan penduduk adat Kampung Naga merayakan se-Abad Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, disekitar halaman kantor desa setempat Jalan Raya Tasikmalaya-Garut, Senin.

Kuncen Kampung Naga sekaligus penyelenggara perayaan se-abad Desa Neglasari, Ade Suherlin mengatakan perayaan tersebut merupakan cara mengingat orang tua terdahulu juga menyambut datangnya bulan Puasa.

"Tidak mungkin ada sekarang kalau tidak ada hari kemarin, maka kita mengingatnya kembali dengan melestarikan seni tradisi yang kita miliki," kata Ade.

Perayaan se-abad Desa Neglasari kali pertama digelar tersebut dilakukan dengan upacara adat serta menampilkan kesenian musik, tarian, helaran yang pesertanya oleh warga Desa Neglasari sendiri.

Berbagai kesenian yang ditampilkan diantaranya seni terbang seja, angklung, terebang gemdrung, yang dilestarikan warga Desa Neglasari maupun warga adat Kampung Naga.

"Yang ditampilkan tentang kesenian yang dilestarikan di Neglasari dengan harapan supaya seni-seni di Neglasari tidak minder, dapat dikenal masyarakat luas," harapnya.

Selain itu, Ade berharap perayaan se-abad Desa Neglasari dapat meningkatkan silaturrahmi dan kebersamaan antar warga, serta salah satu upaya mewujudkan bangsa menjadi lebih besar dengan mencintai budaya, seni dan tradisi sendiri.

Pandangan dalam perbedaan adat, menurut Ade beda merupakan warna dari kehidupan, diharapkannya, masyarakat jangan membedakan warna etnis dan agama, karena perbedaan tersebut bagian dari kerukunan semua makhluk di dunia.

"Karena kalau tidak kita lestarikan dan pertahankan budaya yang kita miliki, maka bangsa kita rusak budayanya, rusak bangsanya," tegas Ade.

Sementara itu sejarah keberadaan Desa Neglasari diterangkan Ade berawal dari nama Desa Pasir Angin pada zaman kolonial yang diantaranya hingga sekarang suatu kampung yang masih mempertahankan adat, tradisi dan budaya yakni Kampung Naga.

Pada zaman berdirinya Desa Pasir Angin orang yang memimpin daerahnya atau disebut kuwu merupakan kakek dari Ade Suherlin yakni Eyang Arbasan.

Kemudian Eyang Arbasan mengubah nama Desa Pasir Angin menjadi Desa Neglasari yang awalnya gabungan dua daerah dari ujung barat Kampung Negla dan Desa Bantarsari sehingga diambil kata dari negla dan sari.

"Sekarang saya kira bukan satu abad tapi lebih, karena ada kitab-kitabnya yang belum terungkap semua," kata Ade.***6***

Feri P

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011