Bandung, 11/4 (ANTARA) - Petani di negara-negara berkembang masih lemah dalam penguasaan teknologi pascapanen sehingga kurang menikmati nilai tambah atas komoditi yang mereka hasilkan.

"Hanya sebagian kecil saja petani di negara berkembang yang memiliki kemampuan teknologi pascapanen, sehingga kebanyakan tidak mendapatkan nilai tambah dari komoditi yang mereka hasilkan," kata Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Kabupaten Bandung Barat, Muchransyah Akhman di Bandung, Senin.

Menurut dia, lemahnya penguasaan teknologi pasca panen tersebut hampir merata di setiap negara berkembang sehingga terkadang produk pertanian mereka terpaksa dikemas di luar negeri.

Pengolahan komoditi pascapanen merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian, pasalnya kata Muchransyah pengolahan pasca panen menentukan kualitas produk di pasar.

"Pengolahan pascapanen menentukan nilai tambah hingga 100 persen, pengemasan produk juga ikut menentukan," katanya.

Muchransyah menyebutkan, pengolahan pascapanen di negara maju mendapat prioritas sehingga mampu meraih nilai tambah dari produknya. Padahal dari sisi lahan dan potensi produktifitas para petani di negara berkembang jauh memiliki peluang yang lebih besar.

"Potensi lahan dan prodiktifitas produk pertanian negara berkembang jauh lebih besar, demikian halnya pasarnya. Namun teknologi pascapanen mereka kurang siap," katanya.

Ia mencontohkan, para petani sebagian besar hanya mampu dan bisa hingga tingkat panen, selanjutnya dijual dalam bentuk buah atau sayuran seadanya.

Bahkan di beberapa negara pengolahan pascapanen hingga pengemasannya dilakukan di luar negeri atau di negara tetangganya yang lebih maju.

Ia mencontohkan sejumlah negara yang memiliki fasilitas pengolahan pascapanen yang baik meski tidak memiliki lahan pertanian yang luas adalah Singapura, Hongkong dan beberapa negara lainnya di Asia.

"Karena teknologi pascapanen yang masih lemah nilai tambah tidak diperoleh petani, juga produk buah dan holtikultura menjadi mudah layu," kata Muchransyah.

Kepala BBPP itu menyebutkan, Balai Besar Pelatihan Pertanian yang berlokasi di Lembang terus berupaya meningkatkan dan menyebarkan teknologi pasca panen produk pertanian. Bahkan instutusi yang berlokasi di Lembang tersebut memiliki laboratorium khusus teknologi pascapanen.

Salah satu programnya, melakukan pelatihan terhadap petani dan penyuluh pertanian untuk mempelajari dan mengetahui teknologi pengolahan pascapanen komoditas pertanian.

Pesertanya selain dari dalam negeri, juga dari mancanegara melalui program pelatihan ataupun program magan. Salah satunya bekerjasama dengan Kementrian Luar Negeri yang saat ini diikuti oleh 14 peserta dari kawasan Asia Fasifik.

Selain itu juga akan menempa program magang dari petani Komoro Afrika.

"Fokus mencetak penyuluh yang mampu menguasai teknologi pascapanen. Peningkatan teknologi itu tidak hanya menggunakan perangkan modern namun juga terkait tata cata kelola dan teknik panen yang tepat," kata Kepala BBPP Lembang itu menambahkan.***5***



(T.S033/B/Y003/C/Y003)

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011