Cirebon, 5/4 (ANTARA) - Indonesia saat ini memerlukan pabrik gula (PG) baru untuk menggantikan PG yang rata-rata sudah tua dan tidak efesien dan menyebabkan rendemen gula juga rendah.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen, disela-sela Musda III APTRI Jabar di Cirebon, Selasa, "Rendemen gula di Indonesia pernah 15 persen pada tahun 1929, tetapi kini pabrik yang sudah tua menjadi penyebab rendemen sangat rendeh."
Tahun 2009 rendemen gula hanya sekitar 7 persen dan tahun 2010 hanya dibawah 6 persen. Salah satu penyebabnya karena PG banyak yang tidak efisien, katanya
Dikatakannya, tebu Tailand secara fisik tidak lebih baik dari tebu yang ditanam di Indonesia, tetapi rendemennya masih diatas 10 tahun 2010. Itu dikarenakan PG mereka sangat efisien.

Menurut dia, PG yang sudah tua tidak bisa hanya diperbaiki, melainkan harus didirikan PG baru di sebelahnya agar pertani yang sudah bersusah payah menanam tebu hasilnya bisa maksimal.

Untuk mendirikan satu PG baru diperlukan dana sekitar Rp1,5 triliun. Dana sebesar itu, dalam jangka panjang jauh akan lebih untng daripada memperbaiki PG yang sudah tua, katanya.

Ia sebaliknya, mengingatkan jangan mendirikan PG, apabila tidak mempunyai lahan paling tidak sekitar 5000 hektare.

"Kalau mendirikan PG tanpa lahan. Itu sama saja akan merugikan petani karena investor berdalih untuk mendirikan PG telah mengeluarkan dana besar, sehingga minta izin mengimpor gula mentah sebagai bahan baku," katanya.

Akibatnya bisa mematikan PG yang ada dan merugikan petani.

Disebutkannya, di Sulawesi Selatan sebelumnya sudah ada tiga PG, yakni di Bone, Caming, dan Takalar yang setiap tahun menghasilkan sekitar 70 ribu ton gula.

Kemudian berdiri lagi satu PG baru yang khusus untuk gula rafinasi.

Kenyataanya, ketiga PG yang sudah ada sekarang tinggal memproduksi sekitar 20 ribu ton gula, katanya.

Sementara itu, Wagub Jabar yang hadir dan membuka Musda III APTRI Jabar, antara lain menyebutkan perlu data tunggal tentang kebutuhan gula dan produksi gula.

Data yang ada saat ini kebutuhan gula di Jabar 516 ribu ton per tahun, sedangkan produksi gula di provinsi itu sekitar 120 ribu ton.

"Kita minta Badan Pusat Statistik melakukan merevisi dan membuat data tunggal tentang gula tersebut untuk menjadi patokan dalam membuat kebijakan," katanya. ***5***
(T.Y003/B/A027/A027)

Pewarta:

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011