Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) Kota Bandung mencatat usaha jasa boga atau katering merupakan jenis usaha yang paling terdampak selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Kepala Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro dan Fasilitasi Dinas KUMKM Nuri Nuraeni mengatakan jika UMKM sektor lainnya mengalami penurunan omzet mulai dari 60 persen hingga 90 persen, jasa katering tersebut mengalami penurunan sampai 100 persen.
"Karena kegiatannya pernikahan itu selama PPKM tidak diperbolehkan, kegiatan menimbulkan kerumunan orang," kata Nuri di Bandung, Jawa Barat, Kamis.
Menurutnya selama PPKM ini pihaknya telah melakukan survei kepada 540 pelaku berbagai jenis UMKM. Hasilnya, kata dia, para pelaku UMKM yang biasa mendapat omzet Rp10-15 juta per bulan, kini rata-rata hanya mendapat omzet Rp400 ribu hingga Rp1 juta per bulan.
Menurutnya pihak Dinas KUMKM pun terus melakukan pendampingan kepada para pelaku UMKM yang terdampak. Namun di saat pandemi ini, menurutnya pendampingan dilakukan secara daring.
"Jadi dilihat permasalahannya, karena pendamping UMKM itu sebagai konsultan yang memberikan fasilitasi akses-akses yang diperlukan untuk usaha yang didampingi," katanya.
Di sisi lain, menurutnya di masa PPKM ini ada beberapa jenis usaha yang omzetnya melonjak drastis. Di antaranya, kata Nuri, yakni bisnis minuman jamu, dan produk madu.
"Karena tingginya penderita COVID-19 kemarin-kemarin, itu jadi semakin banyak yang membutuhkan minuman itu, Alhamudlillah kalau untuk itu, bahkan banyak yang naik omsetnya lebih dari 100 persen," kata Nuri.
Untuk itu, ia pun yakin para UMKM yang kini mengalami keterpurukan di bidang bisnis dapat tetap melanjutkan bisnisnya dengan berbagai strategi setelah diberi pembinaan.
Pasalnya, kata dia, tak jarang UMKM kini merubah bisnisnya menjadi bisnis yang produknya kini lebih dibutuhkan oleh masyarakat.
"Mereka ada yang cerdas juga, karena mereka bisa merubah usaha, jadi beralih usaha, mulanya asalnya kerajinan, nggak laku, dia akhirnya jualan hand sanitizer, dan dari fesyen juga ada yang jualan masker," kata dia.
Baca juga: 73 persen UMKM di Kota Bandung telah menerima BPUM
Baca juga: Dinas KUKM Bandung sebut digitalisasi kunci bertahannya UMKM kala PPKM
Baca juga: Dengan "Fast Pants", UMKM Bandung produksi celana hanya 30 menit
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Kepala Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro dan Fasilitasi Dinas KUMKM Nuri Nuraeni mengatakan jika UMKM sektor lainnya mengalami penurunan omzet mulai dari 60 persen hingga 90 persen, jasa katering tersebut mengalami penurunan sampai 100 persen.
"Karena kegiatannya pernikahan itu selama PPKM tidak diperbolehkan, kegiatan menimbulkan kerumunan orang," kata Nuri di Bandung, Jawa Barat, Kamis.
Menurutnya selama PPKM ini pihaknya telah melakukan survei kepada 540 pelaku berbagai jenis UMKM. Hasilnya, kata dia, para pelaku UMKM yang biasa mendapat omzet Rp10-15 juta per bulan, kini rata-rata hanya mendapat omzet Rp400 ribu hingga Rp1 juta per bulan.
Menurutnya pihak Dinas KUMKM pun terus melakukan pendampingan kepada para pelaku UMKM yang terdampak. Namun di saat pandemi ini, menurutnya pendampingan dilakukan secara daring.
"Jadi dilihat permasalahannya, karena pendamping UMKM itu sebagai konsultan yang memberikan fasilitasi akses-akses yang diperlukan untuk usaha yang didampingi," katanya.
Di sisi lain, menurutnya di masa PPKM ini ada beberapa jenis usaha yang omzetnya melonjak drastis. Di antaranya, kata Nuri, yakni bisnis minuman jamu, dan produk madu.
"Karena tingginya penderita COVID-19 kemarin-kemarin, itu jadi semakin banyak yang membutuhkan minuman itu, Alhamudlillah kalau untuk itu, bahkan banyak yang naik omsetnya lebih dari 100 persen," kata Nuri.
Untuk itu, ia pun yakin para UMKM yang kini mengalami keterpurukan di bidang bisnis dapat tetap melanjutkan bisnisnya dengan berbagai strategi setelah diberi pembinaan.
Pasalnya, kata dia, tak jarang UMKM kini merubah bisnisnya menjadi bisnis yang produknya kini lebih dibutuhkan oleh masyarakat.
"Mereka ada yang cerdas juga, karena mereka bisa merubah usaha, jadi beralih usaha, mulanya asalnya kerajinan, nggak laku, dia akhirnya jualan hand sanitizer, dan dari fesyen juga ada yang jualan masker," kata dia.
Baca juga: 73 persen UMKM di Kota Bandung telah menerima BPUM
Baca juga: Dinas KUKM Bandung sebut digitalisasi kunci bertahannya UMKM kala PPKM
Baca juga: Dengan "Fast Pants", UMKM Bandung produksi celana hanya 30 menit
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021