Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi drg. Nurtami, Ph.D., Sp,OF(K) menyatakan rekomendasi hubungan UI-BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) ke depan berlandaskan pada model triple helix (pemerintah, universitas, dan industri) untuk mengakomodasi produk riset dan inovasi nasional.
"Pada koridornya pemerintah wajib memberikan pendanaan bagi riset universitas; universitas memberikan produk riset inovasi bagi kepentingan industri; dan, industri pada akhirnya memproduksi dan menyediakan lapangan kerja," kata Nurtami dalam keterangannya yang diterima di Depok, Kamis.
Kendati demikian katanya, model ini seringkali memiliki permasalahan, seperti ketidaksejajaran peran, tidak adanya komunikasi yang mapan, perbedaan prioritas/fokus, dan ketidaksinambungan kepentingan semua unsur.
Oleh karena itu, dapat dibentuk skema-skema kerja sama komplementer antara pemerintah dengan industri, yang melengkapi skema triple helix yang sudah ada. Unsur tambahan tersebut akan dapat menanggulangi kendala yang telah dirumuskan berdasar pada model triple helix sebelumnya.
Ia menyampaikan tentang dampak setelah bergabungnya BRIN dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yakni pada berbagai regulasi terkait inovasi, yang kemudian harus dilaksanakan UI sebagai institusi pendidikan.
UI mengantisipasi perubahan dalam lembaga inovasi nasional tersebut dengan memperkuat hubungannya dengan lembaga penghasil produk riset inovasi dan kebutuhan pasar.
"Kami menekankan (posisi UI) pada demand pull dan bukan lagi berorientasi pada technology push melalui Peraturan Rektor UI No.31/2019 dan Peraturan Rektor UI No.18/2015," ujar Nurtami.
Baca juga: Wapres sebut sinergi "triple-helix" kunci penguatan inovasi
Baca juga: Rektor UI minta akademisi harus mampu berinteraksi dengan sekelilingnya
Baca juga: TRIPLE HELIX BANGUN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Pada koridornya pemerintah wajib memberikan pendanaan bagi riset universitas; universitas memberikan produk riset inovasi bagi kepentingan industri; dan, industri pada akhirnya memproduksi dan menyediakan lapangan kerja," kata Nurtami dalam keterangannya yang diterima di Depok, Kamis.
Kendati demikian katanya, model ini seringkali memiliki permasalahan, seperti ketidaksejajaran peran, tidak adanya komunikasi yang mapan, perbedaan prioritas/fokus, dan ketidaksinambungan kepentingan semua unsur.
Oleh karena itu, dapat dibentuk skema-skema kerja sama komplementer antara pemerintah dengan industri, yang melengkapi skema triple helix yang sudah ada. Unsur tambahan tersebut akan dapat menanggulangi kendala yang telah dirumuskan berdasar pada model triple helix sebelumnya.
Ia menyampaikan tentang dampak setelah bergabungnya BRIN dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yakni pada berbagai regulasi terkait inovasi, yang kemudian harus dilaksanakan UI sebagai institusi pendidikan.
UI mengantisipasi perubahan dalam lembaga inovasi nasional tersebut dengan memperkuat hubungannya dengan lembaga penghasil produk riset inovasi dan kebutuhan pasar.
"Kami menekankan (posisi UI) pada demand pull dan bukan lagi berorientasi pada technology push melalui Peraturan Rektor UI No.31/2019 dan Peraturan Rektor UI No.18/2015," ujar Nurtami.
Baca juga: Wapres sebut sinergi "triple-helix" kunci penguatan inovasi
Baca juga: Rektor UI minta akademisi harus mampu berinteraksi dengan sekelilingnya
Baca juga: TRIPLE HELIX BANGUN KETAHANAN EKONOMI INDONESIA
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021