Bandung, 21/1 (ANTARA) - Siklus serangan wabah flu burung atau Avian Influensa (AI) belum bisa diprediksi seperti halnya wabah penyakit menular lainnya.
"Sejauh ini belum bisa diprediksi siklus berjangkitnya flu burung, namun tetap perlu diantisipasi dan diwaspadai oleh masyarakat, salah satunya dengan meningkatkan budaya hidup bersih," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jawa Barat, Yizar Imsmoetoto di Bandung, Jumat.
Ia menyebutkan, AI tetap menjadi ancaman setiap waktu, terutama pada musim penghujan. Namun demikian belum bisa diketahui siklusnya. Jabar yang memiliki kawasan padat merupakan salah satu daerah yang harus siaga terus menerus terhadap penyakit yang diakibatkan virus itu.
Peringatan waspada, kata Yuzar tidak boleh diartikan atau disikapi dengan kepanikan, sebaliknya justeru harus disikapi secara positif dengan meningkatkan kesiagaan.
"Bila tahun-tahun sebelumnya kasusnya banyak pada Maret atau April, itu tidak bisa dijadikan patokan karena siklusnya belum bisa diprediksi. Kesiagaan harus menerus," kata Yuzar.
Peringatan kewaspadaan terhadap wabah flu burung merupakan salah satu himbauan yang disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta rumah sakit dan Puskesmas di seluruh Jawa Barat.
Dinkes Jabar sendiri telah menunjuk sejumlah rumah sakit rujukan untuk mengantisipasi munculnya kembali wabah flu burung. Namun ia berharap hal itu tidak terjadi lagi.
"Pencegahannya bisa dilakukan secara mandiri, yakni berperilaku hidup bersih, terutama dalam memelihara ternak unggas, diharapkan rutin menyemprot dengan disinfektan serta membiasakan budaya mencuci tangan," kata Yuzar.
Selain itu, Dinkes Jabar pada Februari dan Maret 2011 mendatang mengantisipasi peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) dan diare yang biasanya meningkat pada tiga bulan pertama setiap tahunnya itu.
"Penyebab wabah DBD dan diare tidak terlalu terkait cuaca ekstrem, namun siklus serangannya memang di awal tahun terutama saat musim penghujan. Namun bila musim bergeser mungkin siklusnya juga bergeser," katanya.
Pihaknya bekerjasama sengan BMKG untuk memprediksi puncak serangan DBD serta beberapa penyakit lainnya yang terkait dengan cuaca.
"Ada rumusnya antara cuaca, curah hujan, kelembaban dengan kecenderungan serangan wabah penyakit seperti DBD, kita berkoordinasi dengan BMKG Bandung," kata Yuzar Ismoetoto menambahkan.
Syarif A
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011
"Sejauh ini belum bisa diprediksi siklus berjangkitnya flu burung, namun tetap perlu diantisipasi dan diwaspadai oleh masyarakat, salah satunya dengan meningkatkan budaya hidup bersih," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jawa Barat, Yizar Imsmoetoto di Bandung, Jumat.
Ia menyebutkan, AI tetap menjadi ancaman setiap waktu, terutama pada musim penghujan. Namun demikian belum bisa diketahui siklusnya. Jabar yang memiliki kawasan padat merupakan salah satu daerah yang harus siaga terus menerus terhadap penyakit yang diakibatkan virus itu.
Peringatan waspada, kata Yuzar tidak boleh diartikan atau disikapi dengan kepanikan, sebaliknya justeru harus disikapi secara positif dengan meningkatkan kesiagaan.
"Bila tahun-tahun sebelumnya kasusnya banyak pada Maret atau April, itu tidak bisa dijadikan patokan karena siklusnya belum bisa diprediksi. Kesiagaan harus menerus," kata Yuzar.
Peringatan kewaspadaan terhadap wabah flu burung merupakan salah satu himbauan yang disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta rumah sakit dan Puskesmas di seluruh Jawa Barat.
Dinkes Jabar sendiri telah menunjuk sejumlah rumah sakit rujukan untuk mengantisipasi munculnya kembali wabah flu burung. Namun ia berharap hal itu tidak terjadi lagi.
"Pencegahannya bisa dilakukan secara mandiri, yakni berperilaku hidup bersih, terutama dalam memelihara ternak unggas, diharapkan rutin menyemprot dengan disinfektan serta membiasakan budaya mencuci tangan," kata Yuzar.
Selain itu, Dinkes Jabar pada Februari dan Maret 2011 mendatang mengantisipasi peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) dan diare yang biasanya meningkat pada tiga bulan pertama setiap tahunnya itu.
"Penyebab wabah DBD dan diare tidak terlalu terkait cuaca ekstrem, namun siklus serangannya memang di awal tahun terutama saat musim penghujan. Namun bila musim bergeser mungkin siklusnya juga bergeser," katanya.
Pihaknya bekerjasama sengan BMKG untuk memprediksi puncak serangan DBD serta beberapa penyakit lainnya yang terkait dengan cuaca.
"Ada rumusnya antara cuaca, curah hujan, kelembaban dengan kecenderungan serangan wabah penyakit seperti DBD, kita berkoordinasi dengan BMKG Bandung," kata Yuzar Ismoetoto menambahkan.
Syarif A
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011