Kantor Staf Presiden (KSP) menemukan bahwa pasokan oksigen medis di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, masih belum mencukupi kebutuhan untuk penanganan pasien COVID-19.
“Beberapa titik di Kabupaten Bandung yang kami datangi, ditemukan pasokan obat terapi COVID-19 terkendali, multi vitamin dan vaksin juga aman, hanya saja pasokan oksigen kurang dari cukup,” kata Tenaga Ahli Utama KSP Abraham Wirotomo dalam siaran pers di Jakarta, Selasa.
Penemuan ini, ujarnya, berdasarkan pemantauan langsung di lapangan. Tim KSP menemui para pedagang oksigen dan memantau kondisi beberapa fasilitas kesehatan seperti rumah sakit di Kabupaten Bandung.
Selain melihat ketersediaan oksigen, KSP juga memantau pasokan vaksin serta obat terapi COVID-19 untuk masyarakat.
Abraham mengatakan KSP akan melakukan berbagai upaya untuk mencari solusi atas kurangnya pasokan oksigen ini.
“KSP sudah berkoordinasi dengan Posko Oksigen Jawa Barat untuk mempercepat pengadaan oksigen cair dan tabungnya bagi rumah sakit di wilayah Jawa Barat,” kata Abraham.
Para pedagang oksigen di Kabupaten Bandung yang ditemui oleh tim KSP mengungkapkan bahwa kelangkaan oksigen sudah terjadi dalam dua pekan terakhir seiring dengan lonjakan kasus COVID-19 di Jawa Barat.
“Saya sudah mengatakan ke para pelanggan dan saya meminta maaf karena saya sudah menyerah, dalam artian sudah tidak ada pasokan oksigen dan saya tidak bisa melakukan apapun,” kata Irwan, salah satu pemilik toko oksigen di Bandung.
Menurut Irwan, hampir semua pedagang oksigen di Kabupaten Bandung mengalami hal yang serupa yakni kehabisan stok oksigen untuk memenuhi permintaan pasien COVID-19.
“Saya memiliki delapan outlet oksigen di Bandung dan semuanya terpaksa ditutup karena tidak ada lagi pasokan oksigen,” kata Irwan.
“Bahkan ada dua pelanggan saya yang telah meninggal dunia akibat COVID-19 dan tidak mendapatkan pasokan oksigen,” ujar Irwan seperti disampaikan di siaran pers KSP.
Pria yang sudah menekuni bisnis isi ulang oksigen selama lima tahun ini pun mengakui terjadi lonjakan harga tabung dan regulator sejak pandemi terjadi karena jumlah permintaan yang terus meningkat tajam.
Tarif isi ulang oksigen per 1 meter kubik yang seharusnya sebesar Rp35 ribu hingga Rp40 ribu, kini bisa dijual hingga dua kali lipat oleh para pedagang.
Namun, menurut Irwan, kelangkaan oksigen adalah hal yang sangat meresahkan warga.
Kelangkaan oksigen juga diungkapkan oleh Tenaga Humas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang, di Kabupaten Bandung, Arif Rahman.
“Hanya oksigen yang kami kesulitan. Tempat tidur dan obat relatif tidak ada kendala,” kata Arif.
Hal yang sama juga didapati KSP saat memantau Kimia Farma wilayah Soreang Kabupaten Bandung.
Menurut pernyataan KSP, pasokan oksigen sudah kosong selama hampir dua pekan terakhir ini di apotik tersebut. Sebelum terjadi kelangkaan, Kimia Farma Soreang menjual oksigen seharga Rp40 ribu untuk tabung kecil.
Ketua Posko Oksigen Jabar Hanif Dahlan mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan KSP mengenai kelangkaan oksigen cair di Kabupaten Bandung dan sekitarnya.
Hanif mengungkapkan bahwa Posko Oksigen Jabar akan mengupayakan percepatan pengadaan oksigen cair dengan memprioritaskan ketersediaan oksigen di rumah sakit yang menangani pasien COVID-19.
Selain melihat ketersediaan oksigen, KSP juga memantau pasokan vaksin serta obat terapi COVID-19 untuk masyarakat. Namun, berdasarkan hasil pantauan, ketersediaan multivitamin dan obat-obatan di Kabupaten Bandung masih cenderung aman dan terkendali. Selain itu, ketersediaan vaksin masih dianggap mencukupi walaupun pasokannya sudah mulai menipis.
Pemantauan KSP di Kabupaten Bandung ini merupakan bagian dari serangkaian proses verifikasi lapangan dalam periode tujuh hari yang digagas oleh KSP untuk mengetahui situasi terkini di lapangan serta mencari solusi atas persoalan yang menghambat distribusi oksigen, obat dan vaksin COVID-19 kepada masyarakat.
Baca juga: TNI AU operasikan Pazam untuk penuhi kebutuhan oksigen di Kota Bandung
Baca juga: Kemenperin sediakan fasilitas isoman dilengkapi oksigen di Bogor dan Bandung
Baca juga: Persediaan oksigen di Bandung kurang, ini penyebabnya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021