Dokter spesialis gizi klinik lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Juwalita Surapsari MGizi, Sp.GK berpesan kepada masyarakat yang gemar mengonsumsi mi instan agar tidak hanya memperhatikan kandungan kalori yang rendah, melainkan turut mencermati kandungan garam yang tinggi dalam produk itu.
"Banyak mi instan yang mengandung kalori lebih rendah. Tetapi untuk menjadi sehat, pertimbangannya tidak hanya mengenai kalori, kita harus jeli mengetahui kandungan lain dalam makanan tersebut, misalnya makanan instan atau olahan juga mengandung kadar garam tinggi," kata dia kepada ANTARA melalui pesan elektroniknya, dikutip Minggu.
Juwalita mengingatkan Anda mencermati label pada kemasan produk yang akan dibeli. Lihatlah misalnya kandungan natriumnya (bagian dari garam dengan jumlah tinggi), yang menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tak boleh lebih dari 20 persen per harinya atau setara 1 sendok teh per hari.
Selain garam, perhatikan juga soal kandungan lemak dalam produk. Kementerian Kesehatan mengajurkan konsumsi lekak per orang per hari 20-25 persen dari total energi atau setara 5 sendok makan (67 gram).
Di sisi lain, saat Anda mengonsumsi mi instan, sebaiknya jangan dibarengi makanan olahan lainnya seperti sosis atau bakso. Menurut Juwalita, makanan ini cenderung mengandung garam yang tinggi sehingga berisiko membuat Anda kelebihan asupan garam.
"Kita boleh-boleh saja mengonsumsi produk ini namun tidak setiap hari dan harus memperhitungkan makanan lainnya misalkan tidak dikonsumsi bersama makanan olahan lain seperti sosis atau bakso," demikian pesan Juwalita.
Kemudian, karena mi instan umumnya tak mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh seperti serat dan protein, Anda bisa menambahkan beberapa sayuran dan sumber protein misalnya telur dan tofu untuk meningkatkan profil nutrisi dalam mi instan Anda.
Pakar diet dari Mount Elizabeth Hospital, Seow Vi Vien menyarankan Anda menggunakan seperempat atau setengah porsi bumbu saja. Anda bisa menambahkan daun bawang atau ketumbar untuk meningkatkan rasa.
"Bila Anda menggunakan versi instan yang tidak perlu dimasak, hindari mengonsumsi semua kuahnya (apabila itu berkuah) untuk membantu Anda mengurangi asupan garam dan sertakan sayuran dan sumber protein seperti telur di sampingnya. Jika Anda tidak dapat memasukkan sayuran, maka pastikan untuk memenuhi asupan sayuran Anda pada waktu makan berikutnya," tutur dia seperti dikutip dari The Strait Times.
Baca juga: Susie terkena kanker dari kebiasaan makan mi instan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Banyak mi instan yang mengandung kalori lebih rendah. Tetapi untuk menjadi sehat, pertimbangannya tidak hanya mengenai kalori, kita harus jeli mengetahui kandungan lain dalam makanan tersebut, misalnya makanan instan atau olahan juga mengandung kadar garam tinggi," kata dia kepada ANTARA melalui pesan elektroniknya, dikutip Minggu.
Juwalita mengingatkan Anda mencermati label pada kemasan produk yang akan dibeli. Lihatlah misalnya kandungan natriumnya (bagian dari garam dengan jumlah tinggi), yang menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) tak boleh lebih dari 20 persen per harinya atau setara 1 sendok teh per hari.
Selain garam, perhatikan juga soal kandungan lemak dalam produk. Kementerian Kesehatan mengajurkan konsumsi lekak per orang per hari 20-25 persen dari total energi atau setara 5 sendok makan (67 gram).
Di sisi lain, saat Anda mengonsumsi mi instan, sebaiknya jangan dibarengi makanan olahan lainnya seperti sosis atau bakso. Menurut Juwalita, makanan ini cenderung mengandung garam yang tinggi sehingga berisiko membuat Anda kelebihan asupan garam.
"Kita boleh-boleh saja mengonsumsi produk ini namun tidak setiap hari dan harus memperhitungkan makanan lainnya misalkan tidak dikonsumsi bersama makanan olahan lain seperti sosis atau bakso," demikian pesan Juwalita.
Kemudian, karena mi instan umumnya tak mengandung zat gizi yang dibutuhkan tubuh seperti serat dan protein, Anda bisa menambahkan beberapa sayuran dan sumber protein misalnya telur dan tofu untuk meningkatkan profil nutrisi dalam mi instan Anda.
Pakar diet dari Mount Elizabeth Hospital, Seow Vi Vien menyarankan Anda menggunakan seperempat atau setengah porsi bumbu saja. Anda bisa menambahkan daun bawang atau ketumbar untuk meningkatkan rasa.
"Bila Anda menggunakan versi instan yang tidak perlu dimasak, hindari mengonsumsi semua kuahnya (apabila itu berkuah) untuk membantu Anda mengurangi asupan garam dan sertakan sayuran dan sumber protein seperti telur di sampingnya. Jika Anda tidak dapat memasukkan sayuran, maka pastikan untuk memenuhi asupan sayuran Anda pada waktu makan berikutnya," tutur dia seperti dikutip dari The Strait Times.
Baca juga: Susie terkena kanker dari kebiasaan makan mi instan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021