Bogor, 25/10 (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan berharap Konferensi Internasional Budaya Sunda dapat mengukuhkan penemuan peradaban Atlantis di Indonesia terpusat di "Sunda Land" (Tanah Sunda) seperti yang diungkapkan dalam dua buku terlaris karya Prof Arysio Santos.

Penemuan tersebut berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Arysio Santos yang tertuang dalam dua buku terlaris miliknya berjudul "Eden In The East, Benua Yang Tenggelam Di Asia Tenggara" dan "Atlantis, The Lost Continent Finally Found".

"Yang pasti penemuan ini sudah melewati proses pengkajian sehingga dapat pengakuan dari UNESCO," katanya disela-sela acara peresmian Konferensi Internasional Budaya Sunda, di Hotel Salah The Heritage, Kota Bogor, Senin.

Kedua buku tersebut dihasilkan dengan cara penelitian berbeda yang menyatakan bahwa nenek moyang dari induk peradaban manusia modern yakni Mesir, Mediterania dan Mesopotamia berasal dari tanah Melayu yang lebih dikenal dengan Sunda land. Arysio Santos mengatakan bahwa Atlantis itu adalah Sunda Land.

Gubernur menilai penemuan dua hal dalam buku tersebut merupakan isu strategis dalam upaya mereinventarisasi budaya Sunda yang luhur dan dapat memberikan informasi keberadaan suatu peradaban yang sangat maju pada zaman Atlantis.

Gubernur pun mendapati bahwa para sejarawan dan peneliti mengindikasikan bahwa lokasi atlantis itu ada di Sunda Land, kawasan yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan serta laut dan selat diantaranya.
"Ini adalah catatan sejarah dan bukti-bukti sejarah harus sangat jelas sehingga kita bisa mengklaim tersebut. Itulah pentingnya UNESCO hadir supaya hasil yang dilakukan konferensi ini bisa dijadikan sebuah temuan yang bisa dipertanggungjawabkan," harapnya.

Gubernur menyakini bahwa konferensi internasional kebudayaan sunda merupakan momentum strategis untuk menggali sekaligus memperkenalkan rekam jejak peradaban masyarakat Sunda. Terlebih rekam jejak masyarakat Sunda di masa lalu yang dikenal telah memiliki peradaban yang tinggi.

Ia mengatakan, masyarakat Sunda patut berbangga terhadap eksistensi Budaya Sunda dan tidak ragu untuk ikut melestarikan nilai-nilai luhur kebudayaan Sunda.
"Diharapkan terbangun pula kesadaran kita untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur kebudayaan sunda baik di jaman kiwari sehingga di jaman yang akan datang," ujarnya.

Kepala Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional Hendarman mengatakan keberadaan para peserta konferensi adalah untuk mewujudkan kepedulian terhadap warisan budaya dan warisan alam yang ada, sekaligus mencoba melindungi warisan tersebut dari bahaya kepunahan.

"Kesadaran akan pentingnya pengelolaan dan pelestarian warisan budaya dan alam kini sudah semakin tinggi. Bahkan pecinta dan pemerhati budaya berkeyakinan bahwa sumber daya budaya itu tidak saja merupakan warisan, tetapi lebih-lebih adalah pusaka bagi bangsa Indonesia," tambahnya.

Menurutnya, sumber daya itu memiliki kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu dan melindungi bangsa ini dalam mengatasi masalah kehidupan dan menapaki jalan ke masa depan. Sebagai pusaka, warisan budaya harus tetap dijaga kekuatannya tidak hilang dan dapat diwariskan kepada generasi penerus tanpa berkurang nilai-nilai leluhurnya.

"Melalui konferensi ini, warisan budaya tetap terjadi dan nilai-nilai leluhur dapat tercipta di generasi masa akan datang," ucapnya.

Konferensi Internasional Budaya Sunda diikuti para peserta dari berbagai elemen termasuk budayawan, sejarawan, LSM, pelajar dan mahasiswa. Acara berlangsung selama tiga hari dimulai Senin (25/10) hingga Rabu (27/10), di dua kota secara bergiliran yakni Kota Bogor dan Karawang, tapi peresmian di Kota Bogor.

Rencananya besok para peserta konferensi akan berkunjung ke Karawang untuk melihat situs bersejarah Percandian Batujaya yang dikenal dengan Candi Jiwa.*
(KR-LR/S022)

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010