Pemkab Cianjur, Jawa Barat, melibatkan seluruh dinas untuk menangani stunting bersama karena angka anak penderita masih tingggi, yakni sebanyak 10.000 anak yang tersebar di sebagian besar kecamatan yang ada wilayah itu.
"Rentang waktu dari Tahun 2018 hingga 2021, tercatat ada 10.000 anak yang mengalami stunting yang tersebar di 50 desa di Cianjur, meski sejak dua tahun terakhir berbagai upaya telah dilakukan, namun penderita tumbuh kembang anak masih saja tinggi," kata Kepala Dinkes Cianjur dr Irvan Nur Fauzy di Cianjur Jumat.
Ia menjelaskan, penanganan stunting sudah dilakukan secara optimal, mulai dari pendampingan hingga pemberian asupan vitamin tambahan untuk anak yang menderita stunting, termasuk dengan menggerakkan semua petugas, mulai dari tingkat kabupaten, puskesmas, hingga ke posyandu.
"Penanganan stunting tahun ini menjadi tanggung jawab bersama dinas terkait, dengan target setiap tahunnya angka stunting dapat ditekan, sesuai dengan target pemerintah pusat, provinsi dan pemkab," katanya.
Wakil Bupati Cianjur Tb Mulyana mengatakan Pemkab Cianjur menargetkan Tahun 2024, daerah sudah nol kasus stunting, meski hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh dinas tertentu, sehingga diperlukan kerja sama semua pihak.
"Ini bukan hanya tugas dinas kesehatan, namun harus melibatkan semua dinas, termasuk disnaker, diskoperindag hingga dinas pertanian. Keterlibatan semua dinas, termasuk untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat agar asupan gizi untuk anak mereka terpenuhi, ketika penghasilan mereka mencukupi," katanya.
Untuk tahun ini, ujar dia, pemkab menganggarkan Rp20 miliar untuk penanganan stunting. Anggaran tersebut tidak hanya dari APBD, tapi juga bersumber dari APBN, termasuk CSR perusahaan di Cianjur, sehingga target 2024 Cianjur nol stunting diyakini dapat terwujud.
Baca juga: Cianjur target kasus kekerdilan pada anak turun hingga 27 persen
Baca juga: Penanganan "kekerdilan" di Cianjur menunjukkan perbaikan
Baca juga: Dinkes Cianjur targetkan penanganan kekerdilan optimal tahun 2019
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Rentang waktu dari Tahun 2018 hingga 2021, tercatat ada 10.000 anak yang mengalami stunting yang tersebar di 50 desa di Cianjur, meski sejak dua tahun terakhir berbagai upaya telah dilakukan, namun penderita tumbuh kembang anak masih saja tinggi," kata Kepala Dinkes Cianjur dr Irvan Nur Fauzy di Cianjur Jumat.
Ia menjelaskan, penanganan stunting sudah dilakukan secara optimal, mulai dari pendampingan hingga pemberian asupan vitamin tambahan untuk anak yang menderita stunting, termasuk dengan menggerakkan semua petugas, mulai dari tingkat kabupaten, puskesmas, hingga ke posyandu.
"Penanganan stunting tahun ini menjadi tanggung jawab bersama dinas terkait, dengan target setiap tahunnya angka stunting dapat ditekan, sesuai dengan target pemerintah pusat, provinsi dan pemkab," katanya.
Wakil Bupati Cianjur Tb Mulyana mengatakan Pemkab Cianjur menargetkan Tahun 2024, daerah sudah nol kasus stunting, meski hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh dinas tertentu, sehingga diperlukan kerja sama semua pihak.
"Ini bukan hanya tugas dinas kesehatan, namun harus melibatkan semua dinas, termasuk disnaker, diskoperindag hingga dinas pertanian. Keterlibatan semua dinas, termasuk untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat agar asupan gizi untuk anak mereka terpenuhi, ketika penghasilan mereka mencukupi," katanya.
Untuk tahun ini, ujar dia, pemkab menganggarkan Rp20 miliar untuk penanganan stunting. Anggaran tersebut tidak hanya dari APBD, tapi juga bersumber dari APBN, termasuk CSR perusahaan di Cianjur, sehingga target 2024 Cianjur nol stunting diyakini dapat terwujud.
Baca juga: Cianjur target kasus kekerdilan pada anak turun hingga 27 persen
Baca juga: Penanganan "kekerdilan" di Cianjur menunjukkan perbaikan
Baca juga: Dinkes Cianjur targetkan penanganan kekerdilan optimal tahun 2019
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021