Cimahi, 29/9 (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Jawa Barat, mengklaim angka kematian ibu dan bayi selama tahun 2010 mengalami penurunan signifikan jika dibandingkan pada tahun sebelumnya dengan interval waktu yang sama.

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinkes Cimahi dr Ars Agustiningsih, Rabu, mengatakan jumlah kematian ibu sampai dengan Agustus 2010, pihaknya hanya menemukan tujuh kasus dari 7222 kelahiran hidup di Cimahi.

Pendarahan menjadi faktor penyebab terbanyak kematian ibu dengan jumlah empat kasus. Selain itu, eklampsi atau keracunan kehamilan sebanyak dua kasus dan satu kasus akibat ibu hamil menderita TB paru.

"Sedangkan jumlah kematian bayi sampai Agustus 2010 sebanyak 48 kasus dari 7222 kelahiran hidup. Penyebab terbanyak kematian bayi adalah asfiksia dan komplikasi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)," katanya.

Selain itu, kematian juga disebabkan karena penyebab tidak langsung seperti akibat terlambat mendapatkan pelayanan serta fasilitas rujukan. Selain itu, ada juga kematian ibu hamil akibat usianya yang terlalu tua.

Diharapkannya, jumlah kematian ibu dan bayi tersebut dibandingkan tahun sebelumnya dalam bulan yang sama mengalami penurunan dan diharapkan sampai akhir tahun 2010 jumlah kematian ibu dan bayi lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Smentara itu, kematian ibu tahun 2009 terdapat 16 kasus dari 10.734 kelahiran hidup dan kematian bayi 80 kasus dari 10734 kelahiran hidup.

"Upaya-upaya yang telah kita dilakukan untuk menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi antara lain adalah dengan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi melalui kegiatan kunjungan rumah ibu hamil atau bayi risiko tinggi," ujarnya.

Ditambahkannya, pihaknya pun mengintruksikan kunjungan dokter spesialis ke puskesmas dan peningkatan kompetensi petugas kesehatan.

Selain itu, upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam kesehatan ibu dan bayi dilaksanakan program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) dengan pemasangan stiker di rumah ibu hamil.

"Kami pun meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak dan diterbitkannya Perda tentang kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak nalita pada tahun 2009," ucapnya.

Ars pun mengaku jika pihaknya dalam upaya menurunkan kematian ibu dan bayi terkendala dengan masih adanya persalinan yang dilakukan oleh "paraji."
Tak hanya itu masih rendahnya pengetahuan dan peran serta masyarakat dan Kurangnya pembinaan terhadap bidan praktek swasta dan kurangnya koordinasi dengan organisasi profesi menjadi hal yang harus segera diselesaikan, katanya.***3***
(U.pso-215/B/Y003/Y003) 29-09-2010 11:04:26

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010