Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, Hendrar Prihadi memberikan motivasi kepada santri dalam kegiatan Pesantren Kilat Ramadhan 1442 Hijriah secara daring di Pesantren Al-Fatah, Kompleks MA-SMK Ma'arif NU Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (25/4) 2021.

"Santri dan pondok pesantren harus mengikuti arahan-arahan kepatuhan pada protokol kesehatan COVID-19 sehingga terhindar dari penularan virus corona jenis baru penyebab COVID-19," katanya pada Pesantren Kilat Ramadhan 1442 Hijriah secara daring di Pondok Pesantren (Ponpes) Al- Fatah, Kompleks MA-SMK Ma'arif NU Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (25/4) 2021.

Ia bahkan menjelaskan bahwa di Kota Semarang, sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, jumlah ponpes yang ada sedikitnya ada 180 ponpes, dan jika dibandingkan dengan kota besar seperti Bandung, Surabaya, lebih banyak.

Diakuinya bahwa memang ada ponpes di Semarang ada yang terkena COVID-19, namun Pemkot Semarang segera melakukan penanganan dengan isolasi.

"Santri yang positif diisolasi dan kemudian setelah ditangani dengan baik sudah sembuh," katanya.

Mas Hendi, panggilan karib Wali Kota Semarang itu, juga mencuatkan protokol kesehatan (prokes) COVID-19 yang disebut "6M".

Jika sebelumnya prokes yang dikenal adalah 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi dan interaksi.

"Prokes M ke-6 adalah memanjatkan doa, karena COVID-19 ini bukan hanya masalah kesehatan, sehingga kita harus memanjatkan doa kepada Allah subhanahu wa ta'ala di dalamnya," katanya.

Dalam kesempatan itu, ia sempat menjawab pertanyaan santri terkait perjalanan hidupnya hingga menjadi wali kota dua periode.

Ia menginspirasi para santri dengan apa yang disebutnya "investasi nama".

Sejak kecil, ia mengaku tidak pernah bercita-cita menjadi wali kota. Cita-citanya justru menjadi dokter, insinyur, hingga tentara.

"Tapi kuliah ekonomi. Setelah saya fakultas ekonomi baru berpikir, ternyata cita-cita boleh berubah tapi tujuan hidup harus sama. Harus bermanfaat untuk orang lain," kata Hendi.

Istilah investasi nama yang ia maksud yaitu selalu berbuat baik hingga menjadi manusia bermanfaat bagi manusia lainnya.

"Berusaha semaksimal mungkin bagaimana nama kita tidak jelek. Seperti antarsantri, jangan hanya berteman saat ketika senangnya saja," katanya.

Menurutnya, dari prilaku baik yang ia jalani selain berharap pahala, tapi juga mendatangkan keberuntungan, seperti ketika dirinya bergabung di partai, kemudian digadang-dagang menjadi calon anggota legislatif.

"Begitu masuk partai diminta jadi dewan. Setelah menjadi dewan terpilih, menjadi wakil wali kota juga begitu, karena masyarakat yang memilih pernah merasa terbantu," demikian Hendrar Prihadi.

Ketua Panitia Pelaksana Sanlat Ramadhan 1442 H itu, ustadz Ahmad Fahir, M.Si menjelaskan penyelenggaraan Pesantren Kilat Ramadhan 1442 Hijriah kali ini bertema "Pesantren Kilat Nasional Strategi Multibudaya Cegah COVID-19" secara daring (online) dan luring (offline) digarap secara kolaboratif antara Komunitas Wartawan Jabodetabek, Yayasan At-Tawasuth, Portal Berita Serambi Nusantara, dan Pondok Pesantren Al-Fatah dan mitra kerja sama pendukung.

Mitra pendukung itu di antaranya, PT Indocement Tunggal Prakarsa, Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI, Tatajabar Private Power Company, BUMN PT Pupuk Kaltim, Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor, dan Batamindo Investment Cakrawala.

Baca juga: MER-C nilai pesantren miliki mekanisme isolasi mandiri terbaik

Baca juga: Ketum PKB minta Presiden Jokowi perhatikan kesehatan santri

Baca juga: Wakil Gubernur Jabar dorong pesantren bangun kemandirian ekonomi

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021