Ahli kesehatan yang juga Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia, dr Sarbini Abdulmurad mengemukakan bahwa pondok pesantren (ponpes) sejatinya memiliki mekanisme isolasi mandiri terbaik.

"Jadi, ketika pimpinan pesantren melakukan kebijakan tidak ada kunjungan orang tua santri atau pihak luar, sebenarnya itulah wujud isolasi mandiri yang terbaik," katanya saat menjadi narasumber Pesantren Kilat Ramadhan 1442 Hijriah secara daring di Pesantren Al-Fatah, Kompleks MA-SMK Ma'arif NU Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (25/4).

Penyelenggaraan Pesantren Kilat Ramadhan 1442 Hijriah kali ini bertema "Pesantren Kilat Nasional Strategi Multibudaya Cegah COVID-19" secara daring (online) dan luring (offline) digarap secara kolaboratif antara Komunitas Wartawan Jabodetabek, Yayasan At-Tawasuth, Portal Berita Serambi Nusantara, dan Pondok Pesantren Al-Fatah dan mitra kerja sama pendukung.

Mitra pendukung itu di antaranya, PT Indocement Tunggal Prakarsa, Yayasan Baitul Maal (YBM) BRI, Tatajabar Private Power Company, BUMN PT Pupuk Kaltim, Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor, dan Batamindo Investment Cakrawala.
 
Ahli kesehatan yang juga Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia, dr Sarbini Abdulmurad memberikan pemaparan pada Pesantren Kilat Ramadhan 1442 Hijriah bertema "Pesantren Kilat Nasional Strategi Multibudaya Cegah COVID-19" secara daring (online) dan luring (offline) kerja sama kolaboratif Komunitas Wartawan Jabodetabek, Yayasan At-Tawasuth, Portal Berita Serambi Nusantara, dan Pondok Pesantren Al-Fatah, Ciomas-Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (25/4/2021). (FOTO ANTARA//M Fikri Setiawan)


Menurut dr Ben -- sapaan akrab Sarbini Abdulmurad -- mekanisme isolasi mandiri yang dimiliki pesantren, yang merupakan lembaga pendidikan, sebenarnya sudah cukup terbukti ampuh untuk meminimalisasi potensi penularan dan penyebaran COVID-19.

"Bahwa ada pesantren yang santri dan pendidiknya terkena, memang ada, namun sebagian besar pesantren terhindar dari terpapar COVID-19," katanya.

Karena itu, ia mengapresiasi kebijakan pimpinan pondok pesantren yang mengurangi interaksi dengan pihak luar, termasuk kunjungan-kunjungan orang tua santri sekalipun, kepada anak-anaknya yang sedang "nyantri".

Kebijakan tersebut, kata dokter pertama Indonesia yang bisa masuk jalur Gaza, Palestina, saat konflik Palestina-Israel 2008-2009 itu, perlu terus dilanjutkan pesantren guna memutus mata rantai COVID-19.

Selain pesantren, kata dia, pada masyarakat tradisionil seperti di Badui, Provinsi Banten, Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi, yang juga punya mekanisme seperti di pesantren yakni meminimalisasi interaksi dengan pihak luar, juga ampuh untuk mengurangi penularan.

Karena itu, kata dia, apa yang sudah dilakukan pihak pesantren dan juga komunitas tradisional itu, perlu terus dijaga, hingga suatu saat pandemi COVID-19 dinyatakan telah selesai oleh pihak berwenang.

Khusus kepada santri, yang kemungkinan pulang saat Idul Fitri (Lebaran), ia menyarankan menjaga protokol kesehatan (prokes) COVID-19, yakni isolasi mandiri di rumah guna mengurangi potensi menularkan virus corona jenis baru penyebab COVID-19 itu.

"Karena, pada dasarnya kita semua adalah berstatus orang tanpa gejala (OTG) sehingga tetap berpotensi untuk tertular atau menulari," kata Sarbini Abdulmurad.

Ketua Panitia Pelaksana Sanlat Ramadhan 1442 H itu, ustadz Ahmad Fahir, M.Si menjelaskan kegiatan yang berlangsung sejak pukul 09.00 WIB hingga menjelang buka puasa itu juga menghadirkan unsur kepala daerah, yakni Bupati Bogor Hj Ade Yasin, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, dan budayawan Sunda.

Baca juga: Bupati perkuat peran Satgas COVID-19 Pondok Pesantren di Bogor

Baca juga: MUI Kabupaten Bogor keliling pondok pesantren periksa protokol kesehatan

Baca juga: Bupati Bogor libatkan santri kampanye protokol kesehatan di 1.404 pesantren
 

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021