Bandung, 16/8 (ANTARA) - Para peternak sapi perah di Jawa Barat memiliki ketergantungan terhadap pakan konsentrat akibat keterbatasan lahan hijauan di lokasi peternakan mereka.

"Peternak makin terbiasa memberikan pakan konsentrat, padahal di luar negeri pakan hijauan justeru lebih dimaksimalkan. Peternak sapi masih kurang 'pede' mengurangi konsumsi konsentrat karena mereka tak punya lahan hijauan," kata Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Jawa Barat, Rochadi Thawaf di Bandung, Senin.

Menurut dia, pakan hijauan justeru bisa meningkatkan produktivitas susu dengan kualitas yang juga baik. Ia menyebutkan, saat ini para peternak masih tergantung pada pasokan konsentrat dari pabrikan pakan ternak.

Namun demikian, menurut Rochadi, banyak hal yang mengakibatkan peternak sapi perah di Indonesia, khususnya di Jawa Barat tidak bisa memaksimalkan pakan hijauan. Salah satunya keterbatasan lahan hijauan yang ada di sentra peternakan sapi perah.

Rata-rata para peternak sapi, yang rara-rata kecil, mengandalkan hijauan dari lahan milik orang lain atau dari hutan di sekitar perkampungan mereka.

"Bila musim penghujan tidak ada masalah, hijauan cukup tersedia. Namun bila kemarau mereka kesulitan dapat pakan hijauan sehingga memicu ketergantungan pada konsentrat," katanya.

Pada kesempatan itu, PPSKI Jawa Barat mendesak pemerintah untuk memfasilitasi pengadaan lahan hijauan bagi para peternak sapi perah.

"Hal ini membutuhkan komitmen pemerintah dalam menyediakan hamparan pakan hijau," kata Thawaf.

Pendapat sama juga diungkapkan oleh Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi menyebutkan, sekor sapi idealnya diberi pakan 20 persen dari total bobot badanya. Ia mencontohkan bagi sapi berbobot 500 kilogram dibutuhkan pakan hijauan sebanyak 100 kilogram per hari.

"Kenyataanya peternak rata-rata hanya mampu memberi seperlima dari kebutuhan ideal, sisanya menggunakan konsentrat yang sebenarnya kurang bagus bagi produksi susu sapi perah," kata Dedi.

Ia menyebutkan, pada saat musim penghujan hijauan cukup tersedia dan terjadi peningkatan produksi susu. Sebaliknya saat kemarau produksi susu turun karena kurang mendapatkan hijauan dan lebih banyak mendapat konsentrat.

"Saat musim kemarau basah seperti saat ini, hijauan masih tersedia sehingga produksi susu masih cukup tinggi, padahal lepas April biasanya produksi susu menurun akibat kemarau," kata Dedi Setiadi.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan jabar, kapasitas produksi susu Jawa Barat 239.000 ton per tahun. Jabar masih menjadi penyumbang produksi susu terbesar di Indonesia dengan cakupan mencapai 41,38 persen.

Sementara itu harga susu di tingkat Industri Pengolahan Susu (IPS) saat ini Rp3.700 per liter. Sedangkan rata-rata produksi susu 10-11 liter per ekor per hari atau masih di bawah kapasitas optimal 15 liter per hari.***2***
(U.S033/B/Y008/Y008) 16-08-2010 11:36:23

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010