Australia akan meneruskan program inokulasi dengan vaksin AstraZeneca PLC, menurut pernyataan para pejabat kesehatan pada Sabtu, usai kasus pembekuan darah menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan vaksin tersebut.
Seorang pria berusia 44 tahun dibawa ke rumah sakit di Melbourne dengan kasus pembekuan darah, beberapa hari usai menerima vaksin AstraZeneca, menderita thrombosis yang serius, kondisi yang mencegah peredaran darah normal melalui sistem aliran darah.
Regulator Administrasi Barang-Barang Terapeutik (TGA) dan panel Kelompok Penasihat Teknis terkait Imunisasi Australia (ATAGI) bertemu pada Jumat malam dan Sabtu dini hari untuk mendiskusikan saran lebih lanjut terkait vaksin AstraZeneca.
“Saat ini kami belum disarankan oleh ATAGI atau TGA untuk menunda distribusi vaksin AstraZeneca di Australia," kata wakil kepala petugas medis Australia, Michael Kidd, dalam pengarahan yang ditayangkan di televisi pada Sabtu sore.
Meski demikian, Kidd mengatakan bahwa kasus pembekuan darah itu "kemungkinan" terkait dengan vaksin.
"Risiko efek samping yang serius tetap rendah, namun keamanan merupakan hal yang terpenting dan itulah mengapa TAGI dan TGA terus melakukan uji kelayakan terhadap kasus ini," kata Kidd, yang menambahkan bahwa pengumuman lebih lanjut akan dilakukan pekan depan.
Pada Kamis, Inggris mengidentifikasi 30 kasus pembekuan darah yang langka menyusul penggunaan vaksin tersebut. Sejumlah negara, termasuk Kanada, Prancis, Jerman, dan Spanyol membatasi penggunaan vaksin itu usai laporan-laporan serupa.
Australia meluncurkan vaksinasi massal untuk 25 juta orang pada Februari, dengan kebanyakan dari mereka diperkirakan akan menerima vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca, karena 50 juta dosis diproduksi secara domestik oleh CSL Ltd.
Namun negara itu telah menghadapi masalah dalam meluncurkan program, melewatkan target pada bulan Maret untuk mendistribusikan 3,3 juta dosis saat negara-negara bagian dan pemerintah federal bertengkar terkait pihak mana yang bersalah.
Permasalahan itu menyusul sukses yang signifikan selama satu tahun dalam menekan virus, dengan penguncian cepat, penutupan perbatasan dan upaya penelusuran yang cepat, membatasi infeksi virus corona menjadi di bawah 29.300 kasus, dengan 909 kematian terkait COVID-19.
Pada Sabtu, negara bagian Queensland, pusat dari pewabahan virus corona yang kecil baru-baru ini, mencatat satu infeksi baru, kata para pejabat kesehatan, namun risiko bagi publik terbilang minimal karena pasien telah diisolasi selama beberapa hari.
Sumber: Reuters
Baca juga: Australia selidiki keterkaitan pembekuan darah dengan vaksin AstraZeneca
Baca juga: Australia tetap lanjutkan vaksin AstraZeneca COVID-19
Baca juga: Ukraina catat 689 laporan efek samping vaksinasi AstraZeneca
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Seorang pria berusia 44 tahun dibawa ke rumah sakit di Melbourne dengan kasus pembekuan darah, beberapa hari usai menerima vaksin AstraZeneca, menderita thrombosis yang serius, kondisi yang mencegah peredaran darah normal melalui sistem aliran darah.
Regulator Administrasi Barang-Barang Terapeutik (TGA) dan panel Kelompok Penasihat Teknis terkait Imunisasi Australia (ATAGI) bertemu pada Jumat malam dan Sabtu dini hari untuk mendiskusikan saran lebih lanjut terkait vaksin AstraZeneca.
“Saat ini kami belum disarankan oleh ATAGI atau TGA untuk menunda distribusi vaksin AstraZeneca di Australia," kata wakil kepala petugas medis Australia, Michael Kidd, dalam pengarahan yang ditayangkan di televisi pada Sabtu sore.
Meski demikian, Kidd mengatakan bahwa kasus pembekuan darah itu "kemungkinan" terkait dengan vaksin.
"Risiko efek samping yang serius tetap rendah, namun keamanan merupakan hal yang terpenting dan itulah mengapa TAGI dan TGA terus melakukan uji kelayakan terhadap kasus ini," kata Kidd, yang menambahkan bahwa pengumuman lebih lanjut akan dilakukan pekan depan.
Pada Kamis, Inggris mengidentifikasi 30 kasus pembekuan darah yang langka menyusul penggunaan vaksin tersebut. Sejumlah negara, termasuk Kanada, Prancis, Jerman, dan Spanyol membatasi penggunaan vaksin itu usai laporan-laporan serupa.
Australia meluncurkan vaksinasi massal untuk 25 juta orang pada Februari, dengan kebanyakan dari mereka diperkirakan akan menerima vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca, karena 50 juta dosis diproduksi secara domestik oleh CSL Ltd.
Namun negara itu telah menghadapi masalah dalam meluncurkan program, melewatkan target pada bulan Maret untuk mendistribusikan 3,3 juta dosis saat negara-negara bagian dan pemerintah federal bertengkar terkait pihak mana yang bersalah.
Permasalahan itu menyusul sukses yang signifikan selama satu tahun dalam menekan virus, dengan penguncian cepat, penutupan perbatasan dan upaya penelusuran yang cepat, membatasi infeksi virus corona menjadi di bawah 29.300 kasus, dengan 909 kematian terkait COVID-19.
Pada Sabtu, negara bagian Queensland, pusat dari pewabahan virus corona yang kecil baru-baru ini, mencatat satu infeksi baru, kata para pejabat kesehatan, namun risiko bagi publik terbilang minimal karena pasien telah diisolasi selama beberapa hari.
Sumber: Reuters
Baca juga: Australia selidiki keterkaitan pembekuan darah dengan vaksin AstraZeneca
Baca juga: Australia tetap lanjutkan vaksin AstraZeneca COVID-19
Baca juga: Ukraina catat 689 laporan efek samping vaksinasi AstraZeneca
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021