Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro mengemukakan interval penyuntikan dosis selama 28 hari tidak akan mengurangi efektivitas vaksin Sinovac.
"Dalam proses uji klinis vaksin Sinovac fase pertama, kedua dan ketiga di China, mereka membagi ke dalam dua kelompok, kelompok usia 18-59 tahun dan kelompok di atas usia 60 tahun," katanya dalam acara daring Dialog Produktif Rabu Utama bertajuk “Partisipasi Lansia, Tugas Bersama” yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Sri mengatakan peneliti kemudian membagi kelompok usia peserta dengan interval penyuntikan selama 14 hari dan interval 28 hari dari dosis pertama dan kedua.
Ternyata di dalam hasil penelitian fase dua, kata Sri, imunogenisitas kelompok usia 18-59 tahun tidak mengalami perbedaan meski interval penyuntikan dilakukan dengan interval 28 hari.
Imunogenisitas merupakan kemampuan suatu vaksin dalam memicu respons imun dari tubuh manusia.
"Tetapi pada lansia jelas intervalnya harus 28 hari," katanya.
Sri mengatakan interval penyuntikan vaksin pada kelompok usia 18-59 tahun di Indonesia awalnya diputuskan selama 14 hari dengan pertimbangan masa darurat pandemi.
"Kalau yang muda ini dalam situasi darurat, silakan pakai yang 14 hari, karena kita harus secepatnya. Nanti kalau untuk yang rutin sebaiknya pakai yang interval 28 hari.
Lansia diharapkan pakai yang 28 hari," katanya.
Sri mengatakan, saat program vaksinasi COVID-19 menyasar kelompok medis, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menentukan interval penyuntikan selama 14 hari dapat dilakukan sebab kondisi darurat.
"Waktu itu belum ada yang indikasi untuk lansia. Begitu Sinovac diketahui bagus, kita pakai juga untuk lansia. Saat itu terjadi juga kebingungan masyarakat, kenapa yang satu 14 hari, tapi yang satu lagi 28 hari (interval dosis penyuntikan)," katanya.
Setelah dievaluasi pada kurun Januari hingga Maret 2021, kata Sri, ITAGI pun mengambil kesimpulan agar interval penyuntikannya disamakan menjadi 28 hari.
"Mulai April 2021, kita pakai yang 28 hari, itu memang ada dasarnya dari uji klinik yang dilakukan di China, Beijing dan Brazil oleh Sinovac," katanya.
Baca juga: IDI belum pastikan vaksin Sinovac aman bagi anak-anak
Baca juga: Sinovac klaim vaksinnya aman digunakan untuk bayi dan remaja
Baca juga: Vaksinasi dosis kedua tingkatkan antibodi hingga 99 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Dalam proses uji klinis vaksin Sinovac fase pertama, kedua dan ketiga di China, mereka membagi ke dalam dua kelompok, kelompok usia 18-59 tahun dan kelompok di atas usia 60 tahun," katanya dalam acara daring Dialog Produktif Rabu Utama bertajuk “Partisipasi Lansia, Tugas Bersama” yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Sri mengatakan peneliti kemudian membagi kelompok usia peserta dengan interval penyuntikan selama 14 hari dan interval 28 hari dari dosis pertama dan kedua.
Ternyata di dalam hasil penelitian fase dua, kata Sri, imunogenisitas kelompok usia 18-59 tahun tidak mengalami perbedaan meski interval penyuntikan dilakukan dengan interval 28 hari.
Imunogenisitas merupakan kemampuan suatu vaksin dalam memicu respons imun dari tubuh manusia.
"Tetapi pada lansia jelas intervalnya harus 28 hari," katanya.
Sri mengatakan interval penyuntikan vaksin pada kelompok usia 18-59 tahun di Indonesia awalnya diputuskan selama 14 hari dengan pertimbangan masa darurat pandemi.
"Kalau yang muda ini dalam situasi darurat, silakan pakai yang 14 hari, karena kita harus secepatnya. Nanti kalau untuk yang rutin sebaiknya pakai yang interval 28 hari.
Lansia diharapkan pakai yang 28 hari," katanya.
Sri mengatakan, saat program vaksinasi COVID-19 menyasar kelompok medis, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menentukan interval penyuntikan selama 14 hari dapat dilakukan sebab kondisi darurat.
"Waktu itu belum ada yang indikasi untuk lansia. Begitu Sinovac diketahui bagus, kita pakai juga untuk lansia. Saat itu terjadi juga kebingungan masyarakat, kenapa yang satu 14 hari, tapi yang satu lagi 28 hari (interval dosis penyuntikan)," katanya.
Setelah dievaluasi pada kurun Januari hingga Maret 2021, kata Sri, ITAGI pun mengambil kesimpulan agar interval penyuntikannya disamakan menjadi 28 hari.
"Mulai April 2021, kita pakai yang 28 hari, itu memang ada dasarnya dari uji klinik yang dilakukan di China, Beijing dan Brazil oleh Sinovac," katanya.
Baca juga: IDI belum pastikan vaksin Sinovac aman bagi anak-anak
Baca juga: Sinovac klaim vaksinnya aman digunakan untuk bayi dan remaja
Baca juga: Vaksinasi dosis kedua tingkatkan antibodi hingga 99 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021