Tim Medis Siaga Bencana mencatat ada 30 orang korban menjalani operasi patah tulang karena terdampak reruntuhan bangunan pascagempa di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, pada Jumat (15/1) dinihari.
"Dalam dua hari, saya dan tim telah membedah 24 pasien patah tulang. Hari ini rencananya ada enam pasien lagi, " sebut Ketua Tim Medis Siaga Bencana Prof DR Idrus A Paturusi melalui siaran pers yang diterima di Makassar, Senin.
Ia mengatakan Tim Siaga Bencana dari Makassar sesaat setelah tiba di Namun, langsung meninjau Rumah Sakit Umum Daerah. Rumah Sakit itu relatif besar namun kondisinya rusak di beberapa tempat.
Tim Medis selanjutnya mempersiapkan kemungkinan melakukan operasi dan pengobatan pasien korban bencana. Banyak pasien yang mengalami patah tulang yang perlu penanganan mendesak. Tim medis dari Makassar juga membawa peralatan medis, termasuk genset untuk suplai listrik.
"Bangunan Rumah Sakit memang besar, tapi kondisinya sangat terbatas. Akibatnya, kami menempatkan pasien usai operasi di lobby dan lorong Rumah Sakit," katanya
"Alhamdulillah, hari ini Rumah Sakit terapung KRI Dr. Suharso telah merapat dan rencananya sebagian pasien akan kita pindahkan ke kapal, " tambah Prof Idrus.
Ia menuturkan dari observasi saat gempa terjadi, banyak masyarakat menyelamatkan diri ke pegunungan. Namun setelah dua hari, masyarakat yang menjadi korban dan membutuhkan perawatan medis mulai berdatangan dari gunung.
Akibatnya, rumah sakit mulai dipadati korban dan tenaga medis mulai kewalahan. Dukungan peralatan kesehatan dan tenaga medis saat ini sangat mendesak.
“Kondisi Rumah Sakit (Mitra Manakarra) memang rusak di beberapa bagian. Namun kita coba optimalkan. Mudah-mudahan kita bisa menerima bantuan tenda darurat. Saya sudah berkomunikasi Jenderal Dony Monardo untuk bantuan dari BNPB," papar Prof. Idrus.
Menurut dia, untuk bantuan bahan pokok dan logistik saat ini terus mengalir dan ditampung pada berbagai posko darurat. Bantuan logistik dan kebutuhan pokok masyarakat dan korban mudah-mudahan memadai. Namun bantuan medis yang sekarang perlu menjadi perhatian.
“Saya sudah berkoordinasi dengan dr. Hasbullah dan relawan-relawan lainnya agar mengoptimalkan dukungan medis dan kesehatan. Sekarang pasien terus berdatangan, sehingga kita perlu dukungan untuk ini (medis)," ungkap mantan Rektor Unhas itu.
Prof Idrus Paturusi diketahui merupakan sosok yang selalu responsif setiap terjadi bencana alam di Indonesia, hingga ke luar negeri. Dokter spesialis tulang ini yang mendapat sebutan profesor bencana kemanusiaan ini menjadi penggerak untuk memastikan bantuan kemanusiaan dan medis bagi para korban.
Baca juga: BNPB catat korban gempa Sulbar bertambah menjadi 81 orang
Baca juga: BMKG: Masyarakat Sulbar agar tak terpancing informasi sesat
Baca juga: Korban jiwa gempa Sulbar bertambah jadi 73 orang dan 554 korban luka
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Dalam dua hari, saya dan tim telah membedah 24 pasien patah tulang. Hari ini rencananya ada enam pasien lagi, " sebut Ketua Tim Medis Siaga Bencana Prof DR Idrus A Paturusi melalui siaran pers yang diterima di Makassar, Senin.
Ia mengatakan Tim Siaga Bencana dari Makassar sesaat setelah tiba di Namun, langsung meninjau Rumah Sakit Umum Daerah. Rumah Sakit itu relatif besar namun kondisinya rusak di beberapa tempat.
Tim Medis selanjutnya mempersiapkan kemungkinan melakukan operasi dan pengobatan pasien korban bencana. Banyak pasien yang mengalami patah tulang yang perlu penanganan mendesak. Tim medis dari Makassar juga membawa peralatan medis, termasuk genset untuk suplai listrik.
"Bangunan Rumah Sakit memang besar, tapi kondisinya sangat terbatas. Akibatnya, kami menempatkan pasien usai operasi di lobby dan lorong Rumah Sakit," katanya
"Alhamdulillah, hari ini Rumah Sakit terapung KRI Dr. Suharso telah merapat dan rencananya sebagian pasien akan kita pindahkan ke kapal, " tambah Prof Idrus.
Ia menuturkan dari observasi saat gempa terjadi, banyak masyarakat menyelamatkan diri ke pegunungan. Namun setelah dua hari, masyarakat yang menjadi korban dan membutuhkan perawatan medis mulai berdatangan dari gunung.
Akibatnya, rumah sakit mulai dipadati korban dan tenaga medis mulai kewalahan. Dukungan peralatan kesehatan dan tenaga medis saat ini sangat mendesak.
“Kondisi Rumah Sakit (Mitra Manakarra) memang rusak di beberapa bagian. Namun kita coba optimalkan. Mudah-mudahan kita bisa menerima bantuan tenda darurat. Saya sudah berkomunikasi Jenderal Dony Monardo untuk bantuan dari BNPB," papar Prof. Idrus.
Menurut dia, untuk bantuan bahan pokok dan logistik saat ini terus mengalir dan ditampung pada berbagai posko darurat. Bantuan logistik dan kebutuhan pokok masyarakat dan korban mudah-mudahan memadai. Namun bantuan medis yang sekarang perlu menjadi perhatian.
“Saya sudah berkoordinasi dengan dr. Hasbullah dan relawan-relawan lainnya agar mengoptimalkan dukungan medis dan kesehatan. Sekarang pasien terus berdatangan, sehingga kita perlu dukungan untuk ini (medis)," ungkap mantan Rektor Unhas itu.
Prof Idrus Paturusi diketahui merupakan sosok yang selalu responsif setiap terjadi bencana alam di Indonesia, hingga ke luar negeri. Dokter spesialis tulang ini yang mendapat sebutan profesor bencana kemanusiaan ini menjadi penggerak untuk memastikan bantuan kemanusiaan dan medis bagi para korban.
Baca juga: BNPB catat korban gempa Sulbar bertambah menjadi 81 orang
Baca juga: BMKG: Masyarakat Sulbar agar tak terpancing informasi sesat
Baca juga: Korban jiwa gempa Sulbar bertambah jadi 73 orang dan 554 korban luka
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021