Bandung, 11/5 (ANTARA) - Bocah penderita obesitas warga Sukabumi, Jawa Barat, diduga menderita penyakit "More Bide Obes" atau obesitas yang berlebihan.

"Dugaan sementara mengarah ke More Bide Obes, karena sejauh ini pasien tersebut tidak mengalami kelainan tumor otak yang mengarah ke Gigantisme (berperawakan raksasa)," kata Dokter Ahli Diabet dan Obesitas Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr Hikmat Permana, Selasa.

Ia mengatakan, dengan melihat jumlah berat badan Supardi yang mencapai 122,5 kg diusianya yang baru menginjak 14 tahun semakin menunjukkan bahwa ia mengalami obesitas berlebihan.

Pihaknya menyarankan, langkah pertama yang harus dilakukan agar Supardi dapat menurunkan berat badannya ialah mencari penyebab utama yang membuat ia obesitas.

"Langkah pertama, bagaimana kita mencari faktor penyebabnya apakah faktor keturunan atau genetis," ujar dr Hikmat.

Selain itu, untuk mengurangi berat badan Supandi, asupan keluar masuk gizi pun perlu diperhatikan dan dijaga ketat.

"Anak pada usia pertumbuhan, idealnya membutuhkan 40-50 kalori per kilogram berat badannya," ujarnya.

Sejak 24 April 2010 silam, Supardi, warga Kampung Cibalengbeng, Desa Cibaregbeg, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dirawat di RSHS Bandung.

Koordinator pelayanan kesehatan anak di bagian kesehatan anak yang juga dokter yang merawat Supardi di RSHS Bandung, dr J RM Ryadi Fadil SpA (K) MKes, mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab obesitas bocah tersebut.
"Penyebab obesitasnya belum diketahui secara pasti karena sampai saat ini kami masih melakukan pemeriksaan," ujar dr RM Ryadi Fadil.

Ia menjelaskan, awalnya dokter menduga Supardi menderita tumor di bagian otak.

"Dugaan ada tumor di kepalanya, tapi setelah dilakukan CT Scan ternyata tumor itu tidak ada," katanya.

Menurut dia, selama menjalani perawatan di RSHS Bandung Supardi melakukan pemeriksaan CT Scan untuk mendeteksi tumor di bagian otak, pemeriksaan jantung hingga "Magnetic Resonance Imagine: MRI."


Ajat S

Pewarta:

Editor : Irawan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010