Pakar ekologi politik IPB University Dr. Arya Hadi Dharmawan mengatakan bahwa desa merupakan tumpuan bagi kehidupan masyarakat karena desa memiliki sumber prasyarat kehidupan berupa tumbuhan, tanah, air, pangan dan energi.
"Energi, terutama energi terbarukan. Jadi sebetulnya desa menjadi tumpuan kehidupan. Jadi kalau kota tiba-tiba hilang, semua akan pergi ke desa, dan desa akan memberikan kehidupan dan kemakmuran bagi masyarakat dan orang-orang yang akan hidup di sana," ujar pakar ekologi politik itu melalui keterangan pers IPB University yang diperoleh ANTARA di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa desa pada dasarnya memiliki potensi yang luar biasa. Karena dengan sumber daya yang ada, desa mampu menciptakan sirkular ekonomi yang mengubah sesuatu hal yang tidak bermanfaat menjadi bermanfaat dan fungsional.
"Nah, di desa itu banyak sekali hal-hal yang tidak berguna tetapi memiliki banyak manfaat. Sudah ada banyak desa yang bisa mandiri, seperti mandiri energi dari sampah,” kata Arya.
Contoh desa yang sudah mandiri dengan memanfaatkan sampah adalah Desa Cisondari, Kecamatan Pasir Jambu, Bandung. Di daerah tersebut, awalnya banyak sampah atau limbah kotoran sapi yang mengotori sungai. Namun, saat ini kotoran tersebut sudah diolah menggunakan biodigester yang kemudian menghasilkan biogas. Biogas tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memasak dan penerangan di rumahnya.
“Saya menegaskan bahwa desa itu punya kemandirian yang luar biasa. Tergantung bagaimana nanti inovasi itu ditumbuhkembangkan di desa. Nah, ini perlu para tehnologist-tehnologist yang masuk ke desa," kata Arya lebih lanjut.
Untuk mencari inovasi dari desa, Arya menjelaskan bahwa inovasi tersebut dapat muncul secara alami dari desa. “Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa dipersentuhkan dengan akademisi itu menjadi penting,” katanya.
Arya kemudian menyinggung upaya diseminasi inovasi kepada masyarakat secara tepat. Menurutnya, diseminasi inovasi dapat dilakukan oleh peneliti atau inovatornya, pemerintah daerah setempat maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan sukarelawan.
"Upaya diseminasi inovasi ini penting, supaya inovasi maupun teknologi yang dihasilkan oleh para inovator bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu orang yang tepat untuk melakukannya,” demikian kata Arya.
Baca juga: IPB dukung perencanaan pembangunan desa berbasis data
Baca juga: Dosen IPB kembangkan konsep data desa presisi untuk bangun desa
Baca juga: IPB bantu 12 desa lingkar kampus kembangkan data presisi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Energi, terutama energi terbarukan. Jadi sebetulnya desa menjadi tumpuan kehidupan. Jadi kalau kota tiba-tiba hilang, semua akan pergi ke desa, dan desa akan memberikan kehidupan dan kemakmuran bagi masyarakat dan orang-orang yang akan hidup di sana," ujar pakar ekologi politik itu melalui keterangan pers IPB University yang diperoleh ANTARA di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa desa pada dasarnya memiliki potensi yang luar biasa. Karena dengan sumber daya yang ada, desa mampu menciptakan sirkular ekonomi yang mengubah sesuatu hal yang tidak bermanfaat menjadi bermanfaat dan fungsional.
"Nah, di desa itu banyak sekali hal-hal yang tidak berguna tetapi memiliki banyak manfaat. Sudah ada banyak desa yang bisa mandiri, seperti mandiri energi dari sampah,” kata Arya.
Contoh desa yang sudah mandiri dengan memanfaatkan sampah adalah Desa Cisondari, Kecamatan Pasir Jambu, Bandung. Di daerah tersebut, awalnya banyak sampah atau limbah kotoran sapi yang mengotori sungai. Namun, saat ini kotoran tersebut sudah diolah menggunakan biodigester yang kemudian menghasilkan biogas. Biogas tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memasak dan penerangan di rumahnya.
“Saya menegaskan bahwa desa itu punya kemandirian yang luar biasa. Tergantung bagaimana nanti inovasi itu ditumbuhkembangkan di desa. Nah, ini perlu para tehnologist-tehnologist yang masuk ke desa," kata Arya lebih lanjut.
Untuk mencari inovasi dari desa, Arya menjelaskan bahwa inovasi tersebut dapat muncul secara alami dari desa. “Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa dipersentuhkan dengan akademisi itu menjadi penting,” katanya.
Arya kemudian menyinggung upaya diseminasi inovasi kepada masyarakat secara tepat. Menurutnya, diseminasi inovasi dapat dilakukan oleh peneliti atau inovatornya, pemerintah daerah setempat maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan sukarelawan.
"Upaya diseminasi inovasi ini penting, supaya inovasi maupun teknologi yang dihasilkan oleh para inovator bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu orang yang tepat untuk melakukannya,” demikian kata Arya.
Baca juga: IPB dukung perencanaan pembangunan desa berbasis data
Baca juga: Dosen IPB kembangkan konsep data desa presisi untuk bangun desa
Baca juga: IPB bantu 12 desa lingkar kampus kembangkan data presisi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020