Pelajar dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Sumedang, Jawa Barat (Jabar) berhasil memproduksi lampu LED hemat energi di tengah masa pandemi COVID-19 yang diberi label Nesas LED Lamp itu telah berhasil masuk ke pasar Kalimantan.
Lampu LED hemat energi tersebut diproduksi langsung oleh para pelajar SMKN 1 Sumedang yang tergabung dalam program Sekolah Pencetak Wiruasaha (SPW) yang digagas oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Adang Maulana (17) salah satu siswa yang tergabung dalam program tersebut, Selasa, mengatakan gagasan membuat lampu hemat energi tersebut karena menilai lampu merupakan kebutuhan masyarakat yang pasti digunakan setiap harinya.
Walaupun telah muncul berbagai merk lampu ternama, kata Adang, hal tersebut tak menyusutkan semangat untuk bisa memproduksi lampu LED bersama lima temannya.
"Memang kalau dilihat banyak sekali (lampu) digunakan oleh masyarakat. Di sini kami merakit lampu LED berawal dari pertama menyiapkan produk, dilanjutkan proses merakit, penyolderan, perekatan dan pemberian label," ujar Adang.
Adang menuturkan ia bersama teman-temannya hanya membutuhkan waktu sekitar tujuh menit untuk dapat memproduksi satu buah lampu LED dan bahkan lampu buatan mereka telah tembus pasar di Kalimantan pada awal produksi tiga bulan pertama di masa pandemi COVID-19.
"Kami bekerja dengan satu tim berisi lima orang, bagian pertama dibagi dengan lima tugas, yakni ketua, bendahara, pemasaran dan produksi. Jadi karena kami terbatas orang, ketua maupun bendahara ikut membuat produk ini," kata dia.
Lampu yang diproduksi oleh para pelajar tersebut berbagai varian daya, mulai dari lima hingga 15 watt dengan harga yang bervariatif tergantung kebutuhan konsumen yang melakukan pemesanan lampu tersebut.
"Pemasaran kami menggunakan online atau pun menawarkan kepada teman paling jauh ke Kalimantan awal pemasaran sampai sampai 50 pcs. karena kami menggunakan daya 5 sampai 15 watt dan dengan kualitas yang bagus dan juga tidak boros. Untuk harga yang 5 watt itu Rp12 ribu, 9 watt Rp15 ribu, 12 watt Rp18 ribu, dan 15 watt Rp20 ribu," kara nya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi, mengaku bangga atas produk yang dihasilkan para pelajar SMKN 1 Sumedang untuk meningkatkan kapasitas serta belajar berwirausaha.
Dinas Pendidikan Jawa Barat, lanjut Dedi, terus mendorong terobosan atau inovasi yang dihasilkan oleh para pelajar di Jabar.
"Sebetulnya berawal dari upaya kita di tahun ajaran ke depan bagaimana mengembangkan SMK itu dengan pola BLUD. Seperti contoh yang di SMK
Sumedang, diberi modal sekitar Rp10 juta ternyata dari modal yang diberikan kepala sekolah kepada siswa," kata dia.
"Tentunya ini bagian dari yang terus kita dorong, karena salah satu program atau kurikulum yang ada di SMK yaitu bagaimana SMK-SMK ini harus mampu mencipta," lanjut Dedi.
Pihaknya mengaku, para pelajar SMKN 1 Sumedang pun akan didorong untuk berkolaborasi dengan desa-desa di Jabar yang belum memiliki akses atau layanan penerangan pasalnya terdapat sekitar 16 ribu rumah di pedesaan hingga kini yang belum dilengkapi dengan penerangan.
"Jadi dengan mereka mencipta sebuah lampu LED ini merupakan bukti bahwa ciptaan mereka layak dan laku di pasaran. Ini tentu kita dorong ke depannya, bagaimana siswa SMK bisa berkolaborasi dengan 5.320 desa dalam menyelesaikan kampung-kampung di desa yang masih redup yang belum ada listrik," kata Dedi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Lampu LED hemat energi tersebut diproduksi langsung oleh para pelajar SMKN 1 Sumedang yang tergabung dalam program Sekolah Pencetak Wiruasaha (SPW) yang digagas oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
Adang Maulana (17) salah satu siswa yang tergabung dalam program tersebut, Selasa, mengatakan gagasan membuat lampu hemat energi tersebut karena menilai lampu merupakan kebutuhan masyarakat yang pasti digunakan setiap harinya.
Walaupun telah muncul berbagai merk lampu ternama, kata Adang, hal tersebut tak menyusutkan semangat untuk bisa memproduksi lampu LED bersama lima temannya.
"Memang kalau dilihat banyak sekali (lampu) digunakan oleh masyarakat. Di sini kami merakit lampu LED berawal dari pertama menyiapkan produk, dilanjutkan proses merakit, penyolderan, perekatan dan pemberian label," ujar Adang.
Adang menuturkan ia bersama teman-temannya hanya membutuhkan waktu sekitar tujuh menit untuk dapat memproduksi satu buah lampu LED dan bahkan lampu buatan mereka telah tembus pasar di Kalimantan pada awal produksi tiga bulan pertama di masa pandemi COVID-19.
"Kami bekerja dengan satu tim berisi lima orang, bagian pertama dibagi dengan lima tugas, yakni ketua, bendahara, pemasaran dan produksi. Jadi karena kami terbatas orang, ketua maupun bendahara ikut membuat produk ini," kata dia.
Lampu yang diproduksi oleh para pelajar tersebut berbagai varian daya, mulai dari lima hingga 15 watt dengan harga yang bervariatif tergantung kebutuhan konsumen yang melakukan pemesanan lampu tersebut.
"Pemasaran kami menggunakan online atau pun menawarkan kepada teman paling jauh ke Kalimantan awal pemasaran sampai sampai 50 pcs. karena kami menggunakan daya 5 sampai 15 watt dan dengan kualitas yang bagus dan juga tidak boros. Untuk harga yang 5 watt itu Rp12 ribu, 9 watt Rp15 ribu, 12 watt Rp18 ribu, dan 15 watt Rp20 ribu," kara nya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi, mengaku bangga atas produk yang dihasilkan para pelajar SMKN 1 Sumedang untuk meningkatkan kapasitas serta belajar berwirausaha.
Dinas Pendidikan Jawa Barat, lanjut Dedi, terus mendorong terobosan atau inovasi yang dihasilkan oleh para pelajar di Jabar.
"Sebetulnya berawal dari upaya kita di tahun ajaran ke depan bagaimana mengembangkan SMK itu dengan pola BLUD. Seperti contoh yang di SMK
Sumedang, diberi modal sekitar Rp10 juta ternyata dari modal yang diberikan kepala sekolah kepada siswa," kata dia.
"Tentunya ini bagian dari yang terus kita dorong, karena salah satu program atau kurikulum yang ada di SMK yaitu bagaimana SMK-SMK ini harus mampu mencipta," lanjut Dedi.
Pihaknya mengaku, para pelajar SMKN 1 Sumedang pun akan didorong untuk berkolaborasi dengan desa-desa di Jabar yang belum memiliki akses atau layanan penerangan pasalnya terdapat sekitar 16 ribu rumah di pedesaan hingga kini yang belum dilengkapi dengan penerangan.
"Jadi dengan mereka mencipta sebuah lampu LED ini merupakan bukti bahwa ciptaan mereka layak dan laku di pasaran. Ini tentu kita dorong ke depannya, bagaimana siswa SMK bisa berkolaborasi dengan 5.320 desa dalam menyelesaikan kampung-kampung di desa yang masih redup yang belum ada listrik," kata Dedi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020