PT Jasa dan Kepariwisataan Jabar (Perseroda) atau Jaswita dan PTPN VIII akan mengembangkan Ciater Agrotourism di Kabupaten Subang, karena saat ini tren wisata berbasis alam terus meningkat dan diminati banyak wisatawan.

Kesepakatan pengembangan Ciater Agrotourism tersebut tertuang dalam Memorandum of Understanding) atau Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PT PN VIII dengan PT Jaswita Jabar hari kedua West Java Investment Summit (WJIS) 2020 di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Selasa.

"Kalau pariwisata itu yang penting bikin orang senang. Saat pandemi, tren pariwisata alam. Kami melihat potensi yang besar. Apalagi PT PN punya potensi yang besar," kata Direktur Utama PT Jaswita Jabar Deni Nurdyana di sela-sela acara tersebut.

Selain penandatanganan perjanjian kerja sama antara PT PN VIII dengan PT Jaswita Jabar, dalam WJIS 2020, PT Agro Jabar menandatangani perjanjian Kerjasama Operasional (KSO) dengan PT Pupuk Indonesia Pangan.

KSO ini merupakan implementasi Peraturan Daerah (Perda) Jabar Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pusat Distribusi Provinsi. Yang mana PT Agro Jabar berperan serta dalam penyediaan stok pangan strategis.

Lewat KSO, diharapkan produksi beras dari PT Agro Jabar akan memenuhi target 2.500 hingga 4.000 ton beras per bulan pada 2021. Kerja sama ini juga memungkinkan adanya transfer pengetahuan dan teknologi, sehingga dalam dua tahun kedepan PT Agro Jabar akan memiliki alat produksi beras modern.

PT Agro Jabar pun bekerja sama dengan PT BIJB tentang pemanfaatan Aerocity Kertajati sebagai lokasi gudang logistik.

WJIS 2020 sendiri merupakan forum investasi yang digelar oleh Pemda Provinsi Jabar dan Kantor Perwakilan (KpW) Bank Indonesia Jabar untuk menjaring minat investor berinvestasi di Jabar.

Sementara itu, Direktur PTPN VIII Mohammad Yudayat mengatakan, pemandangan kebun teh yang mempesona dapat dioptimalkan dengan sejumlah pembangunan fasilitas. Dengan begitu, hamparan kebun teh akan memiliki nilai tambah dengan konsep agrowisata.

"Bisnis utama kami adalah komoditas, yaitu teh, sawit, dan karet. Sekarang kami lihat ada kesempatan lain. Ada aset-aset kami yang optimalisasinya rendah, dan bisa kami kembangkan (menjadi destinasi wisata)," katanya.

PT PN VIII mengelola lahan ribuan hektare untuk berbagai komoditas dan sekitar 90 persen lahan PT PN VIII berada di Jabar. Mayoritas lahan yang dikelola PT PN VIII menyajikan keindahan alam dan menyimpan sejarah.

Yudayat mengatakan akan mengembangkan lahan di Ciater lewat kerja sama dengan berbagai skema. Tujuannya agar hamparan kebun di Ciater memiliki nilai ekonomi di sektor pariwisata tanpa mengubah fungsi lahan.

"Selain pemandangan, ada nilai sejarah di lahan PT PN. Kalau ada yang pernah ke Boscha, Boscha itu dimakamkan di lahan PT PN. Sejarahnya tinggi. Kami pernah mendapatkan wisatawan mancanegara ingin duduk santai sambil minum teh dan diceritakan sejarah kebun teh yang ada," kata dia.

Investasi dan pariwisata

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Dedi Taufik Kurohman menyatakan dengan menggenjot investasi pariwisata, turisme di Jabar maka diharapkan sektor pariwisata bisa kembali berdenyut cepat pasca diterjang pandemi COVID-19.

"Sektor pariwisata sangat terdampak pandemi. Untuk itu, kami menggali potensi-potensi (pariwisata) di wilayah Jabar. Dalam WJIS, ada 76 potensi investasi pariwisata yang kami angkat di 21 kabupaten/kota," kata Dedi Taufik.

Pandemi COVID-19 menyetop roda pariwisata Jawa Barat (Jabar). Sekitar 2.000 industri pariwisata dan ribuan pekerja pariwisata terpuruk.

Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar tidak diam. Sejumlah upaya dilakukan. Salah satunya menawarkan 76 proyek pariwisata kepada investor dalam West Java Investment Summit (WJIS) 2020.

Menurut Dedi Taufik keindahan alam yang memesona, hamparan kebun teh, dan lanskap pantai, menjadi keunggulan destinasi wisata di Jabar. Selain itu, banyak destinasi wisata Jabar menyimpan sejarah peradaban.

Dedi menyatakan, keindahan alam dan sejarah yang tersimpan dapat dimaksimalkan dengan pengembangan dan pembangunan fasilitas. Dengan begitu, destinasi yang ditawarkan dalam WJIS 2020 dapat menjadi primadona wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

"Kami tawarkan destinasi wisata berbasis air, seperti air terjun dan air panas. Kami tawarkan juga destinasi wisata berbasis alam," katanya.

"Dengan keindahan, destinasi wisata cukup dikembangkan dengan selfie economy (tempat swafoto) itu dapat menarik minat wisatawan," katanya.

Selain keindahan, kata Dedi, minat wisatawan nusantara berwisata di Jabar sangat tinggi. Pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke Jabar mencapai 62 juta orang.

Dedi menyatakan, untuk mengembangkan potensi dan memulihkan pariwisata Jabar, investor perlu dilibatkan. Tujuannya agar pengembangan dan pembangunan destinasi wisata dapat diakselerasi.

"Kami ingin mengangkat potensi pariwisata yang ada dengan kerja sama. Karena kalau kami mengandalkan dana APBN, APBD Provinsi, maupun APBD kabupaten/kota, itu akan sulit," ujarnya.

"Total nilai investasi dari 76 proyek yang ditawarkan dalam WJIS 2020 adalah Rp5,8 triliun. Kami berharap ketertarikan pariwisata Jabar akan makin tinggi, terutama dalam investasi pariwisata," tambahnya.

Salah satu keindahan Jabar terlihat dari lahan-lahan PT Perkebunan Nusantara (PN) VIII yang berlokasi di Ciater.

Baca juga: Gubernur Ridwan Kamil ajak investor kembangkan wisata Ciater di Subang

Baca juga: Gubernur: Pariwisata Jabar mulai membaik di tengah pandemi

Baca juga: Jasa Sarana Jabar teken sejumlah kerja sama investasi di WJIS 2020

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020