Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menyelenggarakan pameran 50 karya fotografi puspa dan satwa langka, di Graha Samida, Komplek Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, pada 7-8 November untuk memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) 2020.
Kepala Balai TNGHS, Ahmad Munawir, usai membuka pameran fotografi, di Kebun Raya Bogor, Sabtu, mengatakan sebanyak 50 karya fotografi yang dipamerkan adalah foto-foto karya para fotografer pencinta puspa dan satwa yang melakukan "hunting" foto di hutan di kawasan TNGHS, pada 13-15 Oktober 2020.
Mereka adalah, sejumlah komunitas fotografi dan organisasi seperti Yayasan IAR Indonesia, Yayasan Riza Marlon Indonesia, Bogor Nature and Wildlife Photography (BNWP), Kukangku, Gibbonesia, Yayasan KIARA, serta Sahabat Halimun Salak (Sahala).
"Dari ratusan foto-foto yang dihasilkan, kemudian disortir dengan berbagai pertimbangan, baik obyeknya adalah puspa dan satwa langka maupun teknik fotografinya seperti komposisi dan pencahayaan," katanya.
Munawir menjelaskan, pameran fotografi ini merupakan gagasan bersama antara TNGHS dengan LSM lingkungan maupun fotografer pencinta lingkungan untuk memperingati HCPSN 2020.
Melalui pameran foto ini, menurut dia, misinya adalah ingin mensosialisasikan cinta puspa dan satwa kepada masyarakat luas agar terus menjaga kepedulian dan kecintaannya terhadap puspa dan satwa yang habitatnya berada di lingkungan.
Setelah foto-foto yang dinilai terbaik dipilih, Munawir kemudian menemui Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan Dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), R Hendrian, meminta izin untuk menyelenggarakan pameran fotografi puspa dan satwa di Kebun Raya Bogor.
"Kami memilih Kebrun Raya Bogor karena banyak dikunjungi masyarakat terutama pada akhir pekan, sehingga pesan untuk mencintai puspa dan satwa bisa tersampaikan," katanya.
Munawir menjelaskan, dari 50 foto puspa dan satwa yang dipamerkan, ada beberapa satwa langka yang sudah sulit dijumpai, terutama katak merah (Leptophryne cruentata). "Katak merah ini dalam lima tahun terakhir sudah sulit dijumpai," katanya.
Foto satwa langka lainnya yang dipamerkan adalah owa jawa (Hylobates moloch) dan elang jawa (Nisaetus bartelsi). "Satwa-satwa langka itu masih ditemukan di hutan di kawasan TNGHS. Artinya hutan di TNGHS masih terawat dengan baik," katanya.
Baca juga: Bupati Bogor beri insentif penyuluh agama dan amil Rp2,4 juta per orang
Baca juga: Pemkot Bogor akan revitalisasi GOR Pajajaran hadapi Porda Jabar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Kepala Balai TNGHS, Ahmad Munawir, usai membuka pameran fotografi, di Kebun Raya Bogor, Sabtu, mengatakan sebanyak 50 karya fotografi yang dipamerkan adalah foto-foto karya para fotografer pencinta puspa dan satwa yang melakukan "hunting" foto di hutan di kawasan TNGHS, pada 13-15 Oktober 2020.
Mereka adalah, sejumlah komunitas fotografi dan organisasi seperti Yayasan IAR Indonesia, Yayasan Riza Marlon Indonesia, Bogor Nature and Wildlife Photography (BNWP), Kukangku, Gibbonesia, Yayasan KIARA, serta Sahabat Halimun Salak (Sahala).
"Dari ratusan foto-foto yang dihasilkan, kemudian disortir dengan berbagai pertimbangan, baik obyeknya adalah puspa dan satwa langka maupun teknik fotografinya seperti komposisi dan pencahayaan," katanya.
Munawir menjelaskan, pameran fotografi ini merupakan gagasan bersama antara TNGHS dengan LSM lingkungan maupun fotografer pencinta lingkungan untuk memperingati HCPSN 2020.
Melalui pameran foto ini, menurut dia, misinya adalah ingin mensosialisasikan cinta puspa dan satwa kepada masyarakat luas agar terus menjaga kepedulian dan kecintaannya terhadap puspa dan satwa yang habitatnya berada di lingkungan.
Setelah foto-foto yang dinilai terbaik dipilih, Munawir kemudian menemui Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan Dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), R Hendrian, meminta izin untuk menyelenggarakan pameran fotografi puspa dan satwa di Kebun Raya Bogor.
"Kami memilih Kebrun Raya Bogor karena banyak dikunjungi masyarakat terutama pada akhir pekan, sehingga pesan untuk mencintai puspa dan satwa bisa tersampaikan," katanya.
Munawir menjelaskan, dari 50 foto puspa dan satwa yang dipamerkan, ada beberapa satwa langka yang sudah sulit dijumpai, terutama katak merah (Leptophryne cruentata). "Katak merah ini dalam lima tahun terakhir sudah sulit dijumpai," katanya.
Foto satwa langka lainnya yang dipamerkan adalah owa jawa (Hylobates moloch) dan elang jawa (Nisaetus bartelsi). "Satwa-satwa langka itu masih ditemukan di hutan di kawasan TNGHS. Artinya hutan di TNGHS masih terawat dengan baik," katanya.
Baca juga: Bupati Bogor beri insentif penyuluh agama dan amil Rp2,4 juta per orang
Baca juga: Pemkot Bogor akan revitalisasi GOR Pajajaran hadapi Porda Jabar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020