Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat, telah menyiapkan program padat karya untuk merehabilitasi lahan pertanian dan irigasi yang rusak akibat diterjang banjir bandang di wilayah selatan Garut, agar petani bisa kembali produktif memanfaatkan lahan tersebut.
"Padat karya langsung ke kelompok tani untuk perbaikan sawah dan irigasi, kemarin sudah laporkan secara formal ke BPBD," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga di Garut, Kamis.
Ia menuturkan bencana banjir bandang dan longsor melanda wilayah selatan Garut seperti Kecamatan Pameungpeuk, Cibalong, dan Cisompet pada Senin (12/10), tidak hanya merusak pemukiman rumah warga, tapi areal pertanian dan irigasi juga rusak.
Dinas Pertanian Garut, kata Beni, sudah melaporkan lahan pertanian yang terdampak banjir tersebut, dan secepatnya akan diberikan bantuan benih untuk petani, kemudian memperbaiki irigasi dan lahan pertanian yang rusak.
"Sudah dilaporkan ke BPBD, sekarang data sedang berjalan," katanya.
Ia menyebutkan areal pertanian yang rusak diterjang banjir sebagian besar adalah tanaman padi seluas 625 hektare dengan usia tanam 70 sampai 90 hari.
Tanaman padi usia jelang panen itu, kata dia, telah menimbulkan kerugian materi cukup besar dengan perkiraan awal sekitar Rp1,8 miliar.
"Ada lahan yang siap panen, usia tanam 70 hari sampai 90 hari, itu sudah tidak bisa diselamatkan lagi, kerugiannya sekitar itu (Rp1,8 miliar)," katanya.
Ia menambahkan banjir yang berdampak terhadap areal pertanian itu tidak mengganggu kebutuhan maupun stok padi, karena masih ada daerah lain di Garut bagian utara dan tengah yang siap memasok kebutuhan Garut.
"Kebutuhan bisa dipasok di tengah dan utara, untuk itu kebutuhan pangan tidak terganggu, karena penghasil (padi) itu ada di tengah dan utara," kata Beni.
Baca juga: Pemkab Garut siapkan tempat pengungsian sesuai protokol kesehatan
Baca juga: Perhutani bantah ada kerusakan hutan penyebab banjir di selatan Garut
Baca juga: Lima rumah warga terbawa hanyut banjir bandang di Garut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Padat karya langsung ke kelompok tani untuk perbaikan sawah dan irigasi, kemarin sudah laporkan secara formal ke BPBD," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga di Garut, Kamis.
Ia menuturkan bencana banjir bandang dan longsor melanda wilayah selatan Garut seperti Kecamatan Pameungpeuk, Cibalong, dan Cisompet pada Senin (12/10), tidak hanya merusak pemukiman rumah warga, tapi areal pertanian dan irigasi juga rusak.
Dinas Pertanian Garut, kata Beni, sudah melaporkan lahan pertanian yang terdampak banjir tersebut, dan secepatnya akan diberikan bantuan benih untuk petani, kemudian memperbaiki irigasi dan lahan pertanian yang rusak.
"Sudah dilaporkan ke BPBD, sekarang data sedang berjalan," katanya.
Ia menyebutkan areal pertanian yang rusak diterjang banjir sebagian besar adalah tanaman padi seluas 625 hektare dengan usia tanam 70 sampai 90 hari.
Tanaman padi usia jelang panen itu, kata dia, telah menimbulkan kerugian materi cukup besar dengan perkiraan awal sekitar Rp1,8 miliar.
"Ada lahan yang siap panen, usia tanam 70 hari sampai 90 hari, itu sudah tidak bisa diselamatkan lagi, kerugiannya sekitar itu (Rp1,8 miliar)," katanya.
Ia menambahkan banjir yang berdampak terhadap areal pertanian itu tidak mengganggu kebutuhan maupun stok padi, karena masih ada daerah lain di Garut bagian utara dan tengah yang siap memasok kebutuhan Garut.
"Kebutuhan bisa dipasok di tengah dan utara, untuk itu kebutuhan pangan tidak terganggu, karena penghasil (padi) itu ada di tengah dan utara," kata Beni.
Baca juga: Pemkab Garut siapkan tempat pengungsian sesuai protokol kesehatan
Baca juga: Perhutani bantah ada kerusakan hutan penyebab banjir di selatan Garut
Baca juga: Lima rumah warga terbawa hanyut banjir bandang di Garut
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020