Anggota DPR RI Dedi Mulyadi meminta pemerintah menghentikan kegiatan belajar mengajar secara online atau daring bagi pelajar sekolah dasar di wilayah perdesaan dan membuka sistem belajar tatap muka.
"Belajar online untuk mencegah penularan COVID-19 itu tidak cocok bagi siswa SD di perdesaan," kata Dedi dalam sambungan telepon yang diterima di Karawang, Senin.
Ia menyarankan agar belajar tatap muka di desa yang sudah clean bisa segera dilakukan, terutama untuk sekolah dasar.
Mantan Bupati Purwakarta ini mengatakan, sistem belajar daring untuk siswa SD di perdesaan tidak akan efektif. Karena rata-rata mereka tidak memiliki ponsel. Selain itu, untuk siswa SD, belajar membaca dan menulis via daring tidak akan berhasil.
"Siswa SD itu butuh panduan langsung dari guru, terutama untuk belajar membaca dan menulis. Kalau daring akan sulit," kata Dedi.
Dikatakannya, belajar daring hanya cocok untuk siswa SD di wilayah perkotaan. Karena umumnya siswa SD di wilayah perkotaan sudah bisa membaca dan menulis sebelum masuk SD.
Sarana pendukung belajar daring juga rata-rata sudah tersedia dan memadai di wilayah perkotaan. Bahkan siswa SD di kota umumnya sudah terbiasa memakai gawai dan jaringan internetnya juga tersedia.
Dedi mengatakan, untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar tatap siswa SD, itu memerlukan syarat, di antaranya tenaga pengajarnya harus melakukan tes swab terlebih dahulu.
Baca juga: Menteri Nadiem tekankan protokol soal pembelajaran tatap muka di zona nonhijau
Baca juga: Mendikbud nilai KBM tatap muka pembelajaran paling efektif
Baca juga: Disdik Jabar periksa kesiapan SMA/SMK jelang sekolah tatap muka
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
"Belajar online untuk mencegah penularan COVID-19 itu tidak cocok bagi siswa SD di perdesaan," kata Dedi dalam sambungan telepon yang diterima di Karawang, Senin.
Ia menyarankan agar belajar tatap muka di desa yang sudah clean bisa segera dilakukan, terutama untuk sekolah dasar.
Mantan Bupati Purwakarta ini mengatakan, sistem belajar daring untuk siswa SD di perdesaan tidak akan efektif. Karena rata-rata mereka tidak memiliki ponsel. Selain itu, untuk siswa SD, belajar membaca dan menulis via daring tidak akan berhasil.
"Siswa SD itu butuh panduan langsung dari guru, terutama untuk belajar membaca dan menulis. Kalau daring akan sulit," kata Dedi.
Dikatakannya, belajar daring hanya cocok untuk siswa SD di wilayah perkotaan. Karena umumnya siswa SD di wilayah perkotaan sudah bisa membaca dan menulis sebelum masuk SD.
Sarana pendukung belajar daring juga rata-rata sudah tersedia dan memadai di wilayah perkotaan. Bahkan siswa SD di kota umumnya sudah terbiasa memakai gawai dan jaringan internetnya juga tersedia.
Dedi mengatakan, untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar tatap siswa SD, itu memerlukan syarat, di antaranya tenaga pengajarnya harus melakukan tes swab terlebih dahulu.
Baca juga: Menteri Nadiem tekankan protokol soal pembelajaran tatap muka di zona nonhijau
Baca juga: Mendikbud nilai KBM tatap muka pembelajaran paling efektif
Baca juga: Disdik Jabar periksa kesiapan SMA/SMK jelang sekolah tatap muka
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020