Organisasi Alumni Universitas Padjadjaran (Unpad) bisa menjadi komunitas atau hub yang memiliki potensi besar untuk membangun dan mengembangkan jaringan bisnis dan mempertemukan semua potensi UMKM di Indonesia, ungkap Direktur Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Dr Ary Zulfikar.
Ary Zulfikar menyampaikan hal tersebut pada sebuah seminar bertema "Pengembangan Kewirausahan Alumni Melalui Koperasi dan UMKM Sebagai Upaya Meningkatkan Kemandirian Ekonomi,” di Kantor Alumni Unpad Kota Bandung, Sabtu (14/3). Selain itu, pada acara ini juga dihadirkan narasumber penggiat UMKM dan Koperasi Dr Dewi Tenty Septi Artiany, SH MH MKn.
Ary menuturkan tentang bagaimana organisasi sebesar Alumni Unpad ini bisa memiliki kemandirian finansial melalui jalur bisnis.
"Karena memang potensinya sangat besar memiliki anggota 400 ribu orang, tinggal bagaimana mengindentifikasi peluang bisnis yang ada dan mengembangkannya," kata dia.
Salah satu gagasan yang ingin direalisasikan oleh Ary Zulfikar adalah membentuk membangun jaringan digital ekonomi dalam bentuk market place yakni tentang bagaimana mempertemukan antara penjual dan pembeli di pasar digital seperti halnya amazon, alibaba dan lain-lain.
“Komunitas alumni Unpad ini bisa menjadi hub atau market place yang akan memotong jalur distribusi, menghubungkan pembeli dan penjual antara satu alumni dengan yang lainnya,” tuturnya.
Menurutnya alumni sebagai komunitas memiliki kekuatan untuk menjadi buyer dan supplier dan dengan market place yang dimiliki oleh alumni Unpad bisa bisa mengembangkan bisnis sehingga memberikan dampak seluas-luasnya kepada yang lain.
“Harusnya organisasi seperti alumni, menggembleng para alumninya yang belum menjadi apa-apa untuk sukses. Organisasi bisa menyirami dan membesarkan alumni. Kalau sejak awal dibantu, pasti akan merasa untuk mencintai almamater,” kata dia.
Inilah gagasan besar yang ingin direalisasikan oleh Ary Zulfikar, membangkitkan potensi bisnis yang dimiliki oleh anggota alumni karena sebagai praktisi hukum dan bisnis, ia mengetahui sebenarnya potensi bisnis alumni di sektor UMKM sangat besar.
“Setiap investor yang masuk hendak menanamkan investasinya,punya kewajiban untuk juga bermitra dengan sektor UMKM,” tambahnya.
Sementara Dr Dewi Tenty Septi Artiany, SH, MH, MKn mengatakan sektor UMKM dan Koperasi sebenarnya selama ini menjadi garda terdepan dalam perekonomian nasional.
Namun demikian perlakukan terhadap UMKM dan Koperasi, masih belum seperti yang diharapkan dan meski pun masuk dalam UUD dan ada kementerian Koperasi dan UMKM.
“Koperasi di Indonesia masih belum sepenuhnya berkembang menjadi kekuatan bisnis, koperasi hanya diingat ketika tidak punya uang, untuk simpan pnjam,” katanya.
Sebagai penggiat koperasi dan UMKM, Dewi merasakan bahwa keberadaaan koperasi hanya sekedar akal-akalan para pebisnis. Ia mencontohkan seperti halnya ketika penjualan gula yang diatur melalui kementerian perdagangan dilakukan melalui koperasi.
“Ternyata yang membuat koperasi adalah pedagang-pedagang besar, yang orangnya itu itu aja,” tuturnya.
Menurut Dewi, orang-orang yang berjuang melalui koperasi dan UMKM harus mengubah mindset, memiliki pola bisnis seperti halnya korporasi besar, dengan memikirkan manajemen, produknya, packagingnya, distribusi dan pemasarannya.
“Sehingga produk koperasi dan UMKM bisa bersaing dengan produk-produk merek-merek terkenal lainnya,” tambahnya.
Menurutnya, di luar negeri justru koperasi berkembang menjadi besar jaringan toko ace hardware yang menjual berbagai macam perkakas basisnya adalah koperasi. Klub sepak bola dunia yang paling tersohor dari Spanyol, Barcelona lembaga usahanya adalah koperasi.
Di Jepang, koperasi di bidang pertanian, Zen-Noh menjadi koperasi yang bisnisnya sangat kuat. Sampai-sampai pemerintah Jepang jika ingin membuat kebijakan, harus bertanya dulu dengan Zen-Noh.
Di Negara-negara kapitalis justru koperasi malah bisa berkembang dan menurut penelitian tiga dari satu orang Amerika adalah anggota Koperasi, demikian juga di Jepang. Padahal negara-negara tersebut bisa jadi tidak memiliki kementerian koperasi.
“Di Denmark untuk sektor pertanian dan peternakan tidak ada tempat buat konglomerasi, karena sudah digarap oleh koperasi,” kata Dewi.
Gagasan Ary Zulfikar yang ingin mengembangkan potensi kewirausahan dan UMKM sangat didukung oleh Dewi.
“Unpad punya potensi jumlah alumninya mencapai 400 ribu orang, tinggal bagaimana digali potensinya dan dikembangkan,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Ary Zulfikar menyampaikan hal tersebut pada sebuah seminar bertema "Pengembangan Kewirausahan Alumni Melalui Koperasi dan UMKM Sebagai Upaya Meningkatkan Kemandirian Ekonomi,” di Kantor Alumni Unpad Kota Bandung, Sabtu (14/3). Selain itu, pada acara ini juga dihadirkan narasumber penggiat UMKM dan Koperasi Dr Dewi Tenty Septi Artiany, SH MH MKn.
Ary menuturkan tentang bagaimana organisasi sebesar Alumni Unpad ini bisa memiliki kemandirian finansial melalui jalur bisnis.
"Karena memang potensinya sangat besar memiliki anggota 400 ribu orang, tinggal bagaimana mengindentifikasi peluang bisnis yang ada dan mengembangkannya," kata dia.
Salah satu gagasan yang ingin direalisasikan oleh Ary Zulfikar adalah membentuk membangun jaringan digital ekonomi dalam bentuk market place yakni tentang bagaimana mempertemukan antara penjual dan pembeli di pasar digital seperti halnya amazon, alibaba dan lain-lain.
“Komunitas alumni Unpad ini bisa menjadi hub atau market place yang akan memotong jalur distribusi, menghubungkan pembeli dan penjual antara satu alumni dengan yang lainnya,” tuturnya.
Menurutnya alumni sebagai komunitas memiliki kekuatan untuk menjadi buyer dan supplier dan dengan market place yang dimiliki oleh alumni Unpad bisa bisa mengembangkan bisnis sehingga memberikan dampak seluas-luasnya kepada yang lain.
“Harusnya organisasi seperti alumni, menggembleng para alumninya yang belum menjadi apa-apa untuk sukses. Organisasi bisa menyirami dan membesarkan alumni. Kalau sejak awal dibantu, pasti akan merasa untuk mencintai almamater,” kata dia.
Inilah gagasan besar yang ingin direalisasikan oleh Ary Zulfikar, membangkitkan potensi bisnis yang dimiliki oleh anggota alumni karena sebagai praktisi hukum dan bisnis, ia mengetahui sebenarnya potensi bisnis alumni di sektor UMKM sangat besar.
“Setiap investor yang masuk hendak menanamkan investasinya,punya kewajiban untuk juga bermitra dengan sektor UMKM,” tambahnya.
Sementara Dr Dewi Tenty Septi Artiany, SH, MH, MKn mengatakan sektor UMKM dan Koperasi sebenarnya selama ini menjadi garda terdepan dalam perekonomian nasional.
Namun demikian perlakukan terhadap UMKM dan Koperasi, masih belum seperti yang diharapkan dan meski pun masuk dalam UUD dan ada kementerian Koperasi dan UMKM.
“Koperasi di Indonesia masih belum sepenuhnya berkembang menjadi kekuatan bisnis, koperasi hanya diingat ketika tidak punya uang, untuk simpan pnjam,” katanya.
Sebagai penggiat koperasi dan UMKM, Dewi merasakan bahwa keberadaaan koperasi hanya sekedar akal-akalan para pebisnis. Ia mencontohkan seperti halnya ketika penjualan gula yang diatur melalui kementerian perdagangan dilakukan melalui koperasi.
“Ternyata yang membuat koperasi adalah pedagang-pedagang besar, yang orangnya itu itu aja,” tuturnya.
Menurut Dewi, orang-orang yang berjuang melalui koperasi dan UMKM harus mengubah mindset, memiliki pola bisnis seperti halnya korporasi besar, dengan memikirkan manajemen, produknya, packagingnya, distribusi dan pemasarannya.
“Sehingga produk koperasi dan UMKM bisa bersaing dengan produk-produk merek-merek terkenal lainnya,” tambahnya.
Menurutnya, di luar negeri justru koperasi berkembang menjadi besar jaringan toko ace hardware yang menjual berbagai macam perkakas basisnya adalah koperasi. Klub sepak bola dunia yang paling tersohor dari Spanyol, Barcelona lembaga usahanya adalah koperasi.
Di Jepang, koperasi di bidang pertanian, Zen-Noh menjadi koperasi yang bisnisnya sangat kuat. Sampai-sampai pemerintah Jepang jika ingin membuat kebijakan, harus bertanya dulu dengan Zen-Noh.
Di Negara-negara kapitalis justru koperasi malah bisa berkembang dan menurut penelitian tiga dari satu orang Amerika adalah anggota Koperasi, demikian juga di Jepang. Padahal negara-negara tersebut bisa jadi tidak memiliki kementerian koperasi.
“Di Denmark untuk sektor pertanian dan peternakan tidak ada tempat buat konglomerasi, karena sudah digarap oleh koperasi,” kata Dewi.
Gagasan Ary Zulfikar yang ingin mengembangkan potensi kewirausahan dan UMKM sangat didukung oleh Dewi.
“Unpad punya potensi jumlah alumninya mencapai 400 ribu orang, tinggal bagaimana digali potensinya dan dikembangkan,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020