Presiden Jolo Widodo menegaskan sejumlah alasan Indonesia harus mempercepat pelaksanaan implementasi Program Biodiesel bahkan hingga Program B100.
"Bagi saya tidak cukup hanya sampai ke B30, tadi saya sudah perintah lagi kepada para menteri dan Dirut Pertamina untuk masuk nanti tahun depan ke B40 dan awal tahun 2021 juga masuk ke B50," kata Presiden Jokowi saat peresmian implementasi Program B30 di SPBU Pertamina di Jalan MT Haryono Jakarta, Senin.
Ia menyebutkan setelah urusan kilang petrokimia terbesar selesai, ia memonitor secara khusus dari hari ke hari, bulan ke bulan untuk implementasi Program B30.
Menurut dia, setelah implementasi Program B20, sekarang ini Indonesia masuk ke Program B30.
Jokowi mengungkapkan paling tidak ada tiga alasan percepatan Program Biodiesel. Yang pertama, Indonesia berusaha mencari sumber sumber energi baru terbarukan dan harus melepaskan diri dari ketergantungan pada energi fosil yang suatu saat pasti akan habis.
Menurut dia, pengembangan energi baru terbarukan juga membuktikan komitmen Indonesia untuk menjaga planet bumi, menjaga energi bersih dengan menurunkan emisi gas karbon dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Kedua, ketergantungan Indonesia kepada BBM impor, termasuk di dalamnya solar cukup tinggi, sementara di sisi lain Indonesia adalah negara penghasil sawit terbesar di dunia.
"Dengan potensi sawit sebesar itu kita punya banyak sumber bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar solar," katanya.
Menurut Presiden, potensi itu harus dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional. Usaha usaha untuk mengurangi impor BBM, khususnya solar, harus terus dilakukan dengan serius.
"Kalkulasinya jika kita konsisten menerapkan B30 ini akan menghemat devisa kurang lebih Rp63 trilun, jumlah yang besar sekali," katanya.
Ketiga, lanjut Presiden Jokowi, penerapan B30 juga akan menciptakan permintaan domestik akan CPO yang sangat besar. Selanjutnya menimbulkan multiplier effect terhadap 16,5 juta petani dan pekebun kelapa sawit Indonesia.
Ini artinya Program B30 akan berdampak kepada para pekebun kecil maupun menengah, petani rakyat yang selama ini memproduksi sawit, serta para pekerja yang bekerja di pabrik-pabrik kelapa sawit
Menurut Jokowu, setelah program tersebut jalan, Indonesia tidak akan mudah ditekan-tekan lagi oleh negara manapun, terutama melalui kampanye negatif yang dilakukan beberapa negara terhadap ekspor CPO karena pasar dalam negeri yang sangat besar.
"Saya mengingatkan bahwa kunci keberhasilan program implementasi B30 maupun nantinya menuju ke B100, apakah kita mau keluar dari rezim impor atau tidak," katanya.
Ia mengingatkan tidak ada lagi yang masih suka impor, termasuk impor BBM. "Karena itu permintaan terhadap B30 dan menuju B100 dalam negeri harus terus dikembangkan dan diperbesar," kata Jokowi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Bagi saya tidak cukup hanya sampai ke B30, tadi saya sudah perintah lagi kepada para menteri dan Dirut Pertamina untuk masuk nanti tahun depan ke B40 dan awal tahun 2021 juga masuk ke B50," kata Presiden Jokowi saat peresmian implementasi Program B30 di SPBU Pertamina di Jalan MT Haryono Jakarta, Senin.
Ia menyebutkan setelah urusan kilang petrokimia terbesar selesai, ia memonitor secara khusus dari hari ke hari, bulan ke bulan untuk implementasi Program B30.
Menurut dia, setelah implementasi Program B20, sekarang ini Indonesia masuk ke Program B30.
Jokowi mengungkapkan paling tidak ada tiga alasan percepatan Program Biodiesel. Yang pertama, Indonesia berusaha mencari sumber sumber energi baru terbarukan dan harus melepaskan diri dari ketergantungan pada energi fosil yang suatu saat pasti akan habis.
Menurut dia, pengembangan energi baru terbarukan juga membuktikan komitmen Indonesia untuk menjaga planet bumi, menjaga energi bersih dengan menurunkan emisi gas karbon dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Kedua, ketergantungan Indonesia kepada BBM impor, termasuk di dalamnya solar cukup tinggi, sementara di sisi lain Indonesia adalah negara penghasil sawit terbesar di dunia.
"Dengan potensi sawit sebesar itu kita punya banyak sumber bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar solar," katanya.
Menurut Presiden, potensi itu harus dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional. Usaha usaha untuk mengurangi impor BBM, khususnya solar, harus terus dilakukan dengan serius.
"Kalkulasinya jika kita konsisten menerapkan B30 ini akan menghemat devisa kurang lebih Rp63 trilun, jumlah yang besar sekali," katanya.
Ketiga, lanjut Presiden Jokowi, penerapan B30 juga akan menciptakan permintaan domestik akan CPO yang sangat besar. Selanjutnya menimbulkan multiplier effect terhadap 16,5 juta petani dan pekebun kelapa sawit Indonesia.
Ini artinya Program B30 akan berdampak kepada para pekebun kecil maupun menengah, petani rakyat yang selama ini memproduksi sawit, serta para pekerja yang bekerja di pabrik-pabrik kelapa sawit
Menurut Jokowu, setelah program tersebut jalan, Indonesia tidak akan mudah ditekan-tekan lagi oleh negara manapun, terutama melalui kampanye negatif yang dilakukan beberapa negara terhadap ekspor CPO karena pasar dalam negeri yang sangat besar.
"Saya mengingatkan bahwa kunci keberhasilan program implementasi B30 maupun nantinya menuju ke B100, apakah kita mau keluar dari rezim impor atau tidak," katanya.
Ia mengingatkan tidak ada lagi yang masih suka impor, termasuk impor BBM. "Karena itu permintaan terhadap B30 dan menuju B100 dalam negeri harus terus dikembangkan dan diperbesar," kata Jokowi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019