Paguyuban warga Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengharapkan Pemerintah Kabupaten Bogor meneruskan sistem kanalisasi 2-1 Jalur Puncak atau pengganti sistem buka-tutup (one way), meski saat uji coba perdana pada Minggu (27/10) lalu memiliki beberapa catatan.

Salah satu paguyuban warga Puncak, bernama Masyarakat Adat Puncak (MAP) berharap sistem kanalisasi 2-1 bisa menguntungkan warga Puncak dari sistem buka-tutup yang membutuhkan waktu lama untuk bergantian melintas.

"Warga kemarin itu merasa bahagia sebetulnya ada sistem kanalisasi 2-1, karena selama 32 tahull n tidak ada solusi rekayasa lain. Kalau one way kita gak bisa kemana-mana," ujar Ketua Masyarakat Adat Puncak, Chaidir Rusli saat dihubungi di Bogor, Senin.

Ia mengatakan, Pemkab Bogor, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) maupun Kepolisian memerlukan kesabaran untuk memaksimalkan sistem 2-1 di Jalur Puncak sehingga kendala yang ada dapat terselesaikan.

"Mudah-mudahan kanalisasi 2-1 menjadi solusi yang selama ini kita harapkan. Cuma kan di lapangan banyak kendala, jalan belum sama semua, ada penyempitan salah satunya," kata Chaidir.

Paguyuban warga Puncak lainnya bernama Puncak Ngahiji juga mendukung pemerintah segera memaksimalkan sistem kanalisasi 2-1 dengan melengkapi infrastruktur pendukungnya.

"Contoh, masih banyak persimpangan jalan yang keluar masuk dengan bebasnya karena belum ada putaran yang layak. Kemudian, pelebaran jalan yang belum merata, serta tidak adanya rambu rambu lalu lintas," ujar Ketua Puncak Ngahiji, Az Basuni.

Bupati Bogor, Jawa Barat, Ade Yasin membeberkan beberapa catatan setelah melakukan pemantauan secara langsung uji coba sistem kanalisasi 2-1 Jalur Puncak, Kabupaten Bogor, yang dilakukan pada Minggu (27/10) sebagai pengganti sistem buka-tutup.

"Ada beberapa catatan selama pemantauan berlangsung. Insya Allah beberapa catatan-catatan ini akan segera dicarikan solusinya bersama," ujar Ade Yasin.

 

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019