Kelas pelatihan membatik yang diinisiasi oleh masyarakat di Desa Kebon Gedang, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, diminati sejumlah siswa mulai dari SD hingga jenjang SMA.
"Kami tidak sekedar membatik, tapi juga mengadakan pelatihan, riset dan promosi batik dari Ciwaringin ini. Kami juga membuka kelas yang diminati oleh siswa," ujar Ketua Kelompok Batik Ciwaringin, Fathoni Dimiaty, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Program Batik Ciwaringin itu merupakan binaan tanggung jawab sosial PT Lintas Marga Sedaya. Fathoni menambahkan pihaknya juga bekerja sama dengan SMK Gunung Jati, Cirebon. SMK itu memiliki jurusan batik.
Para guru di SMK itu magang untuk belajar bagaimana membuat batik tulis di desa tersebut. Selain itu juga ada mahasiswa yang melakukan pelatihan di desa itu.
"Pada bulan ini, bertepatan dengan momen Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober, kami membuka sejumlah kelas pelatihan membatik yang diikuti oleh pelajar SD, SMP dan kelompok guru," katanya.
kelompok pelajar yang mengikuti pelatihan membatik adalah SD 1 Ciwaringin, SD 3 Ciwaringin, SD 1 Galagamba serta guru-guru dari SMKN 1 Gunung Putri, Cirebon. Dengan banyaknya peminat pelatihan batik ini, terutama anak-anak, Fathoni mengaku senang. Ia berharap anak-anak yang dapat mengenal batik sedari kecil akan menjadi generasi penerus yang mampu menjaga warisan budaya.
Kelompok Batik binaan LMS ini juga menerima jasa pewarnaan dari daerah-daerah lain seperti Kalimantan, Jambi, Sulawesi dan lainnya. Pewarna yang digunakan adalah pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kulit pohon, daun , buah dan bunga-bungaan.
"Kami ingin mengangkat masalah lingkungan. Jadi kami mengambil sampah limbah orang lain, seperti kulit mahoni, kulit buah manggis, secang, rambutan, kulit pohon mangga yang relatif lebih aman terhadap lingkungan. Yang penting ramah lingkungan, murah, tersedia melimpah, dan tidak tergantung kepada negara lain,"terang dia.
Batik olahan kelompok yang dipimpin Fathoni sudah merambah beberapa negara tetangga. Mulai dari Malaysia, Korea dan Jepang. Dia mengakui para pembatik di Ciwaringin ini memiliki konsep 3K yakni kebersamaan, kesehatan dan kesejahteraan.
"Sekarang para pembatik sudah hampir bisa mandiri. Kalau dulu mereka batik itu masih sebagai sambilan. Tapi dengan adanya kelompok membatik sekarang, jadi mulai bisa mandiri," kata Fathoni.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Kami tidak sekedar membatik, tapi juga mengadakan pelatihan, riset dan promosi batik dari Ciwaringin ini. Kami juga membuka kelas yang diminati oleh siswa," ujar Ketua Kelompok Batik Ciwaringin, Fathoni Dimiaty, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Program Batik Ciwaringin itu merupakan binaan tanggung jawab sosial PT Lintas Marga Sedaya. Fathoni menambahkan pihaknya juga bekerja sama dengan SMK Gunung Jati, Cirebon. SMK itu memiliki jurusan batik.
Para guru di SMK itu magang untuk belajar bagaimana membuat batik tulis di desa tersebut. Selain itu juga ada mahasiswa yang melakukan pelatihan di desa itu.
"Pada bulan ini, bertepatan dengan momen Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober, kami membuka sejumlah kelas pelatihan membatik yang diikuti oleh pelajar SD, SMP dan kelompok guru," katanya.
kelompok pelajar yang mengikuti pelatihan membatik adalah SD 1 Ciwaringin, SD 3 Ciwaringin, SD 1 Galagamba serta guru-guru dari SMKN 1 Gunung Putri, Cirebon. Dengan banyaknya peminat pelatihan batik ini, terutama anak-anak, Fathoni mengaku senang. Ia berharap anak-anak yang dapat mengenal batik sedari kecil akan menjadi generasi penerus yang mampu menjaga warisan budaya.
Kelompok Batik binaan LMS ini juga menerima jasa pewarnaan dari daerah-daerah lain seperti Kalimantan, Jambi, Sulawesi dan lainnya. Pewarna yang digunakan adalah pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kulit pohon, daun , buah dan bunga-bungaan.
"Kami ingin mengangkat masalah lingkungan. Jadi kami mengambil sampah limbah orang lain, seperti kulit mahoni, kulit buah manggis, secang, rambutan, kulit pohon mangga yang relatif lebih aman terhadap lingkungan. Yang penting ramah lingkungan, murah, tersedia melimpah, dan tidak tergantung kepada negara lain,"terang dia.
Batik olahan kelompok yang dipimpin Fathoni sudah merambah beberapa negara tetangga. Mulai dari Malaysia, Korea dan Jepang. Dia mengakui para pembatik di Ciwaringin ini memiliki konsep 3K yakni kebersamaan, kesehatan dan kesejahteraan.
"Sekarang para pembatik sudah hampir bisa mandiri. Kalau dulu mereka batik itu masih sebagai sambilan. Tapi dengan adanya kelompok membatik sekarang, jadi mulai bisa mandiri," kata Fathoni.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019