Bandung (ANTARA) - Ketua Advokasi Persaudaraan Tani-Nelayan Indonesia (Petani), Tunjung Budi Utomo, menilai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto tidak hanya berfokus pada pemenuhan gizi anak-anak sekolah, tetapi juga menjadi penggerak utama ekonomi rakyat kecil di berbagai daerah.
“Program MBG bukan semata tentang memastikan anak-anak mendapatkan gizi seimbang, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi rakyat menengah ke bawah,” ujar Tunjung Budi Utomo, Senin (6/10).
Tunjung menepis anggapan bahwa MBG hanya dinikmati oleh kelompok tertentu. Menurutnya, program tersebut justru bersifat inklusif, melibatkan berbagai lapisan masyarakat mulai dari koperasi desa, petani, nelayan, hingga pelaku usaha kecil dan menengah di seluruh Indonesia.
“Setiap bahan pangan dalam program ini berasal dari masyarakat sendiri — mulai dari beras, sayur mayur, ikan, telur, hingga buah dan olahan rumahan. MBG mendorong ekonomi partisipatif dan membuka kesempatan luas bagi usaha kecil di berbagai daerah,” jelasnya.
Dalam pelaksanaannya, koperasi desa memiliki peran strategis sebagai penghubung antara petani dan konsumen. Keberadaan MBG, lanjut Tunjung, memberikan kepastian pasar yang berkelanjutan bagi para petani dan nelayan. Dampaknya terasa nyata, mulai dari peningkatan pendapatan, peningkatan kapasitas produksi, peningkatan standar kualitas hasil pertanian, hingga terciptanya lapangan kerja baru.
“Seperti yang diharapkan Bapak Presiden Prabowo, program ini menghadirkan efek berganda di sekitar dapur MBG. Banyak masyarakat kini bisa bekerja dan berdaya di lingkungannya sendiri,” ungkapnya.
Tunjung menjelaskan bahwa efek ekonomi dari MBG dapat dilihat dari tiga aspek utama. Pertama, efek produksi, di mana petani dan nelayan memperoleh kepastian pasar. Kedua, efek distribusi, karena koperasi dan pelaku logistik lokal ikut bergerak.
Ketiga, efek konsumsi, di mana keluarga penerima manfaat terbantu karena beban biaya makan anak berkurang, sehingga daya beli terhadap kebutuhan lain meningkat.
Selain itu, program MBG juga menciptakan lapangan kerja baru seperti juru masak, tenaga logistik, hingga pekerja harian yang terlibat dalam proses penyediaan makanan bergizi.
“Setiap rupiah yang digelontorkan negara melalui MBG kembali ke rakyat. Ini bukan sekadar bantuan sosial, tapi sirkulasi ekonomi rakyat yang nyata,” kata Tunjung menegaskan.
Ia juga membantah isu negatif yang menyebut MBG hanya dikuasai oleh segelintir pihak. Menurutnya, program ini justru dirancang untuk pemerataan ekonomi dan memperluas akses pasar bagi rakyat kecil yang selama ini terpinggirkan.
Tunjung menekankan, MBG merupakan bukti bahwa negara hadir secara nyata dalam menjawab dua persoalan mendasar bangsa sekaligus: pemenuhan gizi anak-anak dan penguatan ekonomi rakyat.
“Melalui keterlibatan koperasi, petani, dan nelayan, MBG menjadi simbol bahwa pembangunan nasional harus dijalankan secara gotong royong. Ini jalan menuju Indonesia yang sehat, kuat, dan sejahtera,” pungkasnya.
